04

757 52 0
                                    

Setelah perdebatan sore tadi akhirnya Ali menyetujui persyaratan yg tidak Prilly setujui, begitupun Prilly mengajukan persyaratan pada Ali.

Flashback On

"Maaf" hanya itu yg bisa di ucapkan Ali ketika tangis Prilly semakin menjadi. Prilly merasa terlecehkan dengan persyaratan ketiga Ali. Pasalnya orang tua Prilly sangat mengutamakan harga diri, walaupun orangtua Prilly tidak berhasil menjalin rumah tangganya, Tapi mereka sangat mengajarkan tata krama yg baik kepda anak-anaknya.

"Kamu pikir aku gadis cabe-cabean yg sukanya cuma morotin om-om! Hah!!" Sungut Prilly dengan tangisnya.

"Udah dong jangan nangis! Cengeng banget sih gitu aja! Lagian aku udah minta Maaf"

"Huaaa..huuuaaa..." Prilly menangis histeris.

"Huuuust..! Jangan kenceng-kencemg nangisnya, ntar di kira aku ngapa-ngapain kamu!" Prilly tidak menghiraukan Ali. Walaupun Ali terkenal arogan,
Tapi sebenernya dia laki-laki baik.

***

"Mbak? Itu bukannya suara gadis yg tadi di bawa den Ali?"
Tanya Itte ketika mendengar tangisan Prilly saat sedang menyiapkan makan malam diruang makan.

"Iya yah? Kyaknya Iya.."
Sahut Mbak Imah yg juga mendengar suara tangis dri kamar Ali. Itte mengulum senyumnya.

"Kamu kenpa malah senyum2?"
Tanya Mbak Imah saat melihat Itte menahan senyum.

"Nggak papa mbak lucu aja, kira-kira kenpa ya kok sampe gadis tadi nangis-nangis..hihi.."

"Huuus..jangan suudzon" kilah Mbak Imah.

"Nggak mbak Astaghfirullah" ucap Itte mengelus dadanya.

***

"Oke-oke. Sekarang aku nggak maksa kmu buat stay dirumah aku, tapi aku ingin kamu menemani aku kemanapun aku pergi" Ali sedikit frustasi karna Prilly tak henti-hentinya menangis. Ia yakin semua ART yg mendengar tangisan Prilly, akan berpikiran yg tidak2 pada Ali, ini sudah menurunkan pamornya sebagai laki-laki perfect.

"Kamu jahat!!!" Prilly memukul-mukul dada Ali,membuat Ali tergelak.

"Malah ngamuk!"

"Biarin!! Huuuaaa..."

"Udah deh! Lo pingin gue gimana!!?? Gue turutin! Yang penting jangan nangis gini dong!!" Pasrahnya.

"Beneran?" Prilly menghentikan tangisnya seketika.

"Iya!" Ali sedikit kesal.

"Baiklah syarat Prilly. pertama! Kamu nggak boleh deket-deket sama aku, minimal jarak 1 meter" mendengar itu Ali membelalakan matanya, seakan berkata "yang benar saja" Tapi Ali hanya diam.

"Kedua, kamu nggak boleh jatuh cinta sama aku" syarat Prilly yang kedua membuat Ali menahan tawanya. Mana mungkin Ali akan jatuh cinta pada gadis manja seperti Prilly? Ali hanya mengangguk.

"Syarat ketiga, kamu nggak boleh datang kerumahku, apapun alasannya!"

"Tapi Prill_"

"Nggak ada tapi-tapian, atau aku laporin kamu karna kasus pelecehan" Ali berdecak "gila ni anak bisa-bisanya gue yg terkenal arogan ini, kalah sama cewek kecil kek gini" Batin Ali.

Entah kenapa Ali merasa tak berkutik di depan Prilly, ancaman Prilly yg mungkin hanya pura-pura itu seakan menjadi ancaman yg paling tidak dia inginkan.

Flashback Off.

Setelah tadi bernegoisasi tentang syarat akhirnya Ali mengalah dan mengantar Prilly ke tempat kerjanya, di dalam mobil hanya ada keheningan yg tercipta. Kadang Ali sedikit bersenandung untuk menghilangkan rasa jengah.
Sedangkan Prilly? Tak sedikitpun menoleh pada Ali.

"Makasih" Hanya kata itu yg terdengar oleh Ali ketika mereka sampai di depan mini market tempat Prilly bekerja. Dan segera masuk kedalam mini market.

"Aaaaarrrghh!" Ali mengacak-ngacak rambutnya sendiri setelah Prilly masuk ke mini market.

"Kenapa gue jadi gini sih!!!, Jangan sampe gue jatuh cintrong sama ntu anak!" Kesal Ali pada diri sendiri.

"Lagian kenapa bukan gue banget sih gara-gara dia!!, Aaaarrrgggh....!" Ali terlihat frustasi. Tiba2 kaca mobil di ketok seseorang. Ali menoleh.

"Markonah!" Pekiknya, lalu ia menurunkan kaca mobilnya.

"Kenapa?" Yg ditanya malah tertawa, melihat Ali kusut tak seperti biasanya.

"Lo kenapa Li? Kucel banget hhhhha" Markonah tertawa. Ali mendengus.

"Bisa diam nggak!!" Bentaknya. Markonah rak menghiraukan.

"Kalo mau cari tumpangan mending lo diem dan masuk, kalo tidak gue tinggal" ujar Ali setengah marah melihat Markonah tetap tertawa.

"Ikut dong ah!!"

"Yaudah masuk!" Markonah akhirnya masuk ke mobil Ali. Ali masih mmberenggut, Markonah hanya menahan tawanya melihat Ali, daripada di turunin di jalan mending ia tahan dan berniat ia tumpahkan setelah sampai di depan rumah.

"Ohiya Li! Tadi siapa yg lo anter?" Markonah membuka mulut.

"Yang mana?" Balas Ali datar.

"Cewek yg imut dan cantik itu" Ali menoleh sekilas kepada Markonah.

"Oh tadi, gadis gila"

"Maksud lo?" Markonah menuntut jawaban.

"Gadis gila yg gue ceritain ke lo!"

"Oooohhh jadi ituuu. Dia benar-benar gila?, ato mulut lo aja yang nyinyir bilang dia gila? Ato jangan2 lo yg gila karna lo udah jatuh cinta pda pandangan pertama hingga lo memproklamirkan jika ia gadis gila?" Cerocos Markonah, membuat Ali semakin Kesal. Ali tak terima dengann ocehan Markonah barusan.

"Enak aja! Gue..gue nggak bakal jatuh cinta sama cabe kek gitu, paling tidak yang udah dewasa lah" Kilah Ali sedikit gugup.

"Munafik lo!" Bathin Markonah.

"Gue nggak yakin kalo lo tahan banting sama cewek imut kek dia Li!" Ujar Markonah. Ali menatap tajam pada Prilly.

"Lo nggak usah sok tau!"
protes Ali.

"Bukannya sok tau, cuma gue nebak aja!, Yaudah mau jalan kemna lagi? Ini udah sampe depan rumah" Ali tidak menyadari jika mereka sudah sampe di depan pagar rumah.

100 Day With Mr. AroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang