03

760 63 0
                                    


"Lepasin Nggak!? " berontak Prilly.

"Nggak Usah di seret2 kali, lagian gue Nggak pergi kok!" Ali menghentikan langkahnya, menoleh pada Prilly.

"Nggak!! "

"Iihh...!" Prilly menghentakkan kakinya. Ali kembali menarik paksa Prilly untuk masuk kerumahnya.

Walaupun Tanpa di seret Prilly tetap akan mengikutinya, karna dia bukan tipe Gadis yg tidak Mau bertanggung jawab. Prilly sempat terpaku ketika memasuki rumah megah bergaya artistik itu, di hadapan Prilly terdapat kaca besar bening yg mengarah pada kolam renang luas dgn taman kecil di sampingnya.
Cukup mengagumkan. Prilly sempat berfikir jika orangtuanya adalah mavia, konyol bukan?!

"Eh..!" Prilly kembali tersadar ketika Ali menariknya kembali.
Menaiki tangga lantai dua.
Semua mata tertuju pada mereka, bukannya Ali tinggal sendiri??

Ali memang tinggal sendiri tidak dengan orangtuanya, tapi seperti yg Prilly duga bahwa dia memiliki ART lebih dari 10 orang.

"Mbak Imah? Itu siapa sih kok di paksa2??" Tanya Itte salah satu pembantu di rumah Ali setelah Ali dan Prilly tak terlihat lagi.

"Mbak juga nggak tau" jawab mbak Imah.

"Apa jangan2 pacarnya den Ali ya mbak ?" Itte sedikit kepo.
"Tapi kelihatannya masih ABG banget..hihii" sambung Itte terkikik. Mbak Imah hanya tersenyum.

"Biarlah, nggak usah ikutin privasinya, tugas kita disini kerja, nanti kalo kita kepo bisa2 di pecat sama den Ali. Lanjut masak aja yuk? Ujar mbak Imah yg di angguki Itte, Itte berjalan mengikuti mbak Imah menuju dapur.

****

"Kamu mau apain gue!" Bentak Prilly ketika sampai di depan pintu kamar.

"Nggak usah berisik, nurut aja kenapa sih!! Bawel!" Prilly mendengus, Ali menarik Prilly agar masuk ke kamarnya.

"Awas!! Kalo lo macem2!!"
Ancam Prilly khawatir. Ali hanya tersenyum miring, membuat Prilly ingin menonjoknya. Betapa terkejutnya Prilly ketika mendapati kamar yang berantakan seperti kapal pecah.
Apakah salah satu ART nya Nggak bisa bersihin kamarnya? Atau memang dia sengaja? Sangat mengesalkan. Prilly menoleh pada Ali dengan tatapan protesnya.

"Kenapa?" Tanya Ali sambil menyenderkan punggungnya ke dinding.

"Lo..Lo..nyuruh gue bersihin kamar ini?

"Iya! Bukannya lo mau tanggung jawab, karna udah nyelakain gue" ujarnya.

"Tap..tapi..huh!!" Prilly tak meneruskan kata2nya, ia sudah sangat jengkel, bagaimana mungkin ia harus membersihkan kamar segede ini seorang diri? Mana baju, celana dkk berserakan di mana2.

Ali menatap Prilly yg mulai mengangkat gitar dan memindahkan ketempatnya sambil melipat tangannya di depan dada.

"Ternyata lo rajin juga gadis gila, lo itu seperti bunga yg langka." Batin Ali tersenyum. Prilly melirik kesal Ali yang duduk di sofa.

"Bantuin dikit napa sih!! Nggak bakal berkurang kok kadar sok kegantengan lo..!" Batin Prilly.

"Ngapain lo liat2 gue?" Celetuk Ali yang sejak tadi diam.

"Ge er..!"

"Bilang aja kalo lo kangen pengen lihat gue..!" Mendengar itu Prilly menghentikan aktifitasnya, rasa2nya pingin melempar bantal yg kini ada di tangannya.

***

Butuh waktu satu jam untuk membersihkan kamar Ali, Prilly merasa sendi2 tulangnya Hampir copot. Rasanya Prilly ingin merebahkan tubuhnya sekarang juga. Berharap tenaganya segera pulih,

Gila! Jika ia harus membersihkan kamar Ali setiap hari yg ah! Seperti kapal pecah tadi, mungkin dalam waktu seminggu saja ia sudah menyerah.
Ia merebahkan tubuh mungilnya di sofa kamar Ali, tentu saja Ali tak ada disana, dia keluar 20 menit yang lalu dan berpesan jika ia pulang, kamar sudah bersih rapi dan wangi,
Tak ingin melihat satu butir debupun disana.

Ckck..
Prilly sempat tertawa tadi,
Emangnya sepasang mata dia di pasang microskop hingga bisa melihat satu butir debu?
Baru saja mata Prilly akan terpejam, tiba2 pintu kamar terbuka.

"Emm...enak ya malah tiduran" Celetuk Ali. Prilly langsung bangkit.

"Mau kemana?" Tanya Ali.

"Sudah selesai kan tugasnya? Gue mau tidur capek!" Prilly melangkah menuju pintu.

"Kenapa harus pulang? Tidur disini aja sama gue" Kata2 Ali menghentikan langkahnya, ia membelalakan matanya, menatap horor pada Ali. Ali malah tertawa.

"Biasa aja kali neng lihatnya! Lagian gue cuma bercanda" Prilly bernafas lega, setelah barusan sempat menahan nafasnya. Ali menghampiri Prilly menarik tangannya untuk duduk di sofa.

"Ini baru tugas pertama, dan gue punya peraturan Buat lo" Prilly mengernyit " maksud lo? Syarat??" Ali menghela nafas.
"bisa jadi" katanya. Prilly mencibir. Yang hanya di tanggapi Ali dengann senyum miringnya.

"Pertama, mulai sekarang panggilan kita di ganti jadi aku dan kamu. Bukan lo dan gue"

"Tap-" Baru saja Prilly akan membuka mulut, Ali melanjutkan.

"Kedua, mulai besok aku yang nganter sama jemput kamu kuliah" Prilly ingin sekali protes, Tapi percuma dan ia memilih diam, mendengarkan Syarat yg di ajukan Ali. Sebenarnya Prilly juga memiliki Syarat untuk dia.
Tapi akan Prilly bicarakan nanti.

"Ketiga, kamu harus stay dirumah gue 24 jam selama 100 hari" Prilly melotot kearah Ali yang duduk disampingnya.

"Gila!!! Sungut Prilly mendengar Syarat Ketiga.

"Oke! Aku bisa nyanggupin syarat pertama dan kedua! Tapi untuk yang ketiga aku nggak bisa!"

" Kenapa nggak bisa?"

"Kamu kira aku gadis apaan!? Disuruh stay dirumah cowok selama seharian penuh!!? Hah?!!
Gue masih punya harga diri!!!" Prilly benar2 emosi, wajahnya terlihat merah padam dan matanya berkaca2.

Ali hanya terdiam, melihat Prilly yg benar2 marah. Baru pertama kalinya Ali merasa di abaikan dan di bentak oleh seorang gadis.

100 Day With Mr. AroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang