L A R A - FOUR

85 9 1
                                    

Terkadang kamu melambungkan hatiku seakan akan aku segalanya.
Terkadang pula kamu menjatuhkan hatiku seakan akan hatiku tidak pernah sakit.

- R

***

Alana sangat senang dengan jawaban yang diberikan Aranza. Walaupun dia masih sedikit kesal dengan laki-laki itu.

"Tapi Na gue harus balik sama lo, maaf ya Shin lo bisa minta anterin Vano kalo lo takut sendirian." jawab Eza cepat

"Sialan!" batin Shinta

"Apa-apaan nih bawa-bawa gue." tanya Vano yang kebingungan karena namanya disebut sebut

"Gue minta tolong lo anterin Shinta No, gue sama Ana soalnya." jawab Eza

"Yabagus kalo lo sadar, kasian Ana kalo pulang sendiri dia kan biasanya ada temen pulang." Jawab Vano sekenanya

Vano langsung mendapat pelototan dari Alana. Cowok itu hanya santai memandang pelototan Alana.

"Ayo Na." sambung Eza tanpa memperdulikan perkataan Vano

Alana hanya mengikuti arah Aranza.

Sesampainya diparkiran Aranza menjalankan motornya bersama Alana, ternyata Aranza mengajak Alana ke Cafe dekat sekolah tempat biasa mereka nongkrong berdua.

Mereka pun memasuki Cafe dan memilih tempat duduk disamping jendela besar. Tempat duduk favorite mereka.

"Lo sekarang deket sama Vano?" tanya Eza tiba tiba

"Deket sebagai teman kaya biasa, kenapa Za?" tanya Ana balik

"Gue gasuka Na lo terlalu deket sama Vano." kata Eza tiba-tiba disela keheningan

"Kenapa Za? Vano kan temen kita." tanya Ana heran

"Ya gue gasuka aja ada yang gantiin gue sebagai sahabat lo." jelas Eza

Alana hanya diam, ternyata benar Aranza tidak ingin Alana pergi hanya karena sebatas sahabat.

"Lo denger kan Na kalo gue gasuka?" jelas Eza sekali lagi

"Iya gue denger." balas Alana

"Gue juga gasuka Za lo deket sama Shinta." Batin Ana

Kenapa lo ga jujur sih Na? Kenapa lo gabilang aja ke Aranza kalo lo juga gasuka ngeliat dia deket sama Shinta? Kenapa harus lo pendam doang?

Bodoh!

"Yaudah Na pesen aja dulu." sambung Eza

"Iya Za, oh iya gimana perkembangan lo sama Shinta?"

"Udah gausah dibahas dulu, gue mau ngabisin waktu sama lo tanpa bahas siapa-siapa." Jawab Eza

"Oke." jawab Ana sambil menganggukan kepalanya

Setelah selesai dari Cafe, Aranza masih membawa Alana jalan-jalan.

Tujuan mereka kali ini adalah taman didekat komplek nya, tempat mereka dulu menghabiskan waktu bersama.

"Udah lama ya Za kita ga kesini." ucap Alana memecahkan keheningan

"Iya Na, gue kangen kita main berdua kaya gini." jawab Eza

"Gue juga kangen." balas Ana

Lagi-lagi keheningan tercipta diantara mereka berdua.

"Oh iya Na gue minta maaf ya soal tadi pagi. Maaf kalo gue salah yang tiba-tiba berangkat sama Shinta." kata Eza membuat Alana kaget karena Eza membahas soal tadi pagi

"Bagus kalo lo sadar Za." batin Ana

"Udah gausah dibahas lagi, gue pengen ngabisin waktu sama lo tanpa bahas siapa-siapa." jawab Ana sambil tersenyum miris, Ana mengikuti kata-kata Aranza

"Lo nyuri kata-kata gue tuh." Eza tertawa sambil tangannya mengacak puncak kepala Alana

"Gue gamau kehilangan sahabat kaya lo Na, gue minta maaf sekali lagi." sambungnya lagi

"Gue juga gamau kehilangan sahabat kaya lo Za." yakin Ana

Kata "Sahabat" yang terdengar itu sangat menyedihkan. Ya hanya sahabat.

"Udah sore ayo kita pulang." tanpa aba-aba Eza menarik tangan Ana dengan lembut

"Ayo." balas Ana sambil menatap tangannya yang digandeng oleh Aranza

"Jangan baper Na, ini cuma sebatas sahabat." Yakin Ana kepada dirinya sendiri

Sesampainya didepan rumah Alana, Alana pun turun dari motor dan memberikan helmnya kepada Aranza.

"Besok berangkat bareng ya kaya biasa." kata Eza yang membuat Alana sangat senang

"Lo gak bareng Shinta lagi?" tanya Ana

"Gue kan biasanya sama lo Na, tadi tuh gue cuma nolongin dia." jelas Eza kepada Alana

"Lagian dia bisa naik taksi, gue gamau cuma karena gue suka sama dia gue ngelupain lo." sambungnya lagi

Ucapan Aranza membuat Alana sangat senang, ya walaupun ada kata "Aranza suka Shinta disitu".

"Tapi kan lo lagi coba buat deketin dia Za, wajar kalo lo perhatian." kata Ana

"Udah Na itu masalah gue. sampai bertemu besok" jawab Eza sambil memberikan senyumnya

Alana tidak tahu bagaimana menjadi Aranza.

Aranza pun tidak tau bagaimana menjadi Alana.

"Oke sampai ketemu besok ya Za." jawab Ana

"Selamat istirahat Na." lagi-lagi Eza memberikan senyum terbaiknya

"Lo juga Za." balas Ana sambil tersenyum manis

Lalu Aranza menjalankan motor kearah rumahnya dan memasukkan motornya kedalam garasi rumahnya.

Alana langsung menuju kamarnya dengan perasaan sangat senang.

***

Terkadang hati sangat sulit untuk dipahami.
Tidak mengerti kemana arah yang akan dia tuju.

Aku lelah,
Ingin berhenti,
Tapi hati masih ingin tetap.

Tetap mencintai dia, yang tak bisa kumiliki.

***

Quotes di diary Alana pun bertambah.



Terima kasih masih betah baca cerita ini!!!

- Rianti Wulandari

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang