L A R A - FIFTEEN

45 5 3
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu. Disini lah Alana dan Vano berada, Cafe dekat sekolah.

Vano yang hanya menunggu Alana menjelaskan apa yang terjadi hanya diam, memandangi Alana yang sedang mencoba menghabiskan air matanya.

"Katanya lo gamau nangis karena Aran lagi Na?" tanya Vano

Alana hanya diam merutuki kebodohannya.

"Gue emang harus ngejauhin Eza." hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Alana

"Lo lemah banget, dia sahabat lo dari kapan tau Na." balas Vano

"Gue gabisa gini terus, No."

"Eza udah punya cewek." sambung Alana lagi

"Trus kalo Aran punya cewek lo harus jauhin dia gitu?" tanya Vano lagi

"Bukan gitu, tapi gue gabisa terus terusan kaya gini. Gue gabisa liat orang yang gue suka, suka sama orang lain. Apalagi didepan mata gue sendiri." jelas Ana

"Gue bener-bener gabisa."

"Dengan lo ngejauhin Aran, apa yang berubah dari hidup lo?" balas Vano

"Seenggaknya hidup gue ga bergantung sama dia, seenggaknya gue juga bisa ga liat dia setiap saat." jawab Alana

"Sorry gue gabisa bantu apa-apa Na." sahut Vano

Ana hanya menganggukan kepalanya tanda "tidak apa-apa"

"Shinta tadi nyamperin gue."

"Hah? Dia ngomong apa sama lo?" tanya Vano penasaran

"Dia ngancem bakal ngebocorin diary gue kalo gue masih deket sama Eza." jelas Ana

"Itu anak emang nekat." balas Vano pusing

"Udah sore No kita pulang yuk." ajak Alana sambil mengalihkan pembicaraan

SKIP

Selamat pagi dunia, hari ini Alana memutuskan untuk pindah tempat duduk.

Bukannya ingin seperti anak kecil, tapi inilah salah satu cara agar dia berhasil melupakan Eza secara perlahan.

Saat Eza sampai disekolah dia sangat bingung dengan apa yang dilakukan Alana.

Eza hanya diam dia akan menanyakan itu saat pulang dan menyelesaikan masalah yang dia pun tidak tahu sama sekali masalahnya.

Waktu berlalu begitu cepat.

Seperti biasa Alana sedang bersiap siap untuk pulang bersama Vano, tapi tangannya ditahan oleh Eza.

"Kalo emang ada masalah selesain Na." pinta Eza

Vano dan Shinta hanya melihat kejadian itu.

"Gue gak ngerasa ada masalah." jawab Ana

"Lo childish banget." balas Eza

"Gue emang childish dan maaf gue gak mau berdebat." sahut Ana

"Gue mau kita selesain masalah apapun ini, ayo pulang sama gue." ajak Eza

Alana melepaskan tangannya yang digenggam oleh Eza.

Alana melihat raut wajah Shinta yang sudah berubah.

"Gue kan udah bilang kalo kita gak ada masalah, untuk saat ini lo masih sahabat gue."

"Jadi sekarang lo anter aja pacar lo, kasian udah nungguin." sambung Ana lagi

"Untuk saat ini? Maksud lo apa? Lo bener-bener mau ngejauh dari gue?" tanya Eza

"Gue gak suka disaat seperti ini lo bawa-bawa pacar gue." jelas Eza lagi

"Kalo emang lo gak suka yaudah jalahanin aja hidup kita masing-masing dulu." jawab Ana

"Lo kenapa sih Na? Gak suka kalo gue punya pacar?" tanya Eza

Alana diam membisu. Pertanyaan itu membuat nya tercekam.

"Trus lo mau apa? Mau gue putus sama Shinta didepan lo? Harus gimana lagi gue pertahanin persahabatan kita Na?" tanya Eza setengah emosi.

"Kok bawa-bawa hubungan kita sih Ran?" tanya Shinta

Vano sudah ingin mencegah Shinta tapi apa daya.

"Lo egois Na"

"Kalo emang lo cemburu gak gini caranya." pekik Shinta kepada Alana

"Cemburu? Ada apa sih ini" tanya Eza bingung

"Kayanya lo sendiri yang minta gue buat bongkar semua ini." sahut Shinta

Alana kaget bukan main, dia berharap agar Shinta masih bisa menjaga rahasianya yang bodoh ini.

Tapi Shinta berkehendak lain.

"Apa reaksi kamu kalo sahabat kamu sendiri suka sama kamu Ran?" tanya Shinta kepada Eza

Aranza sangat tidak mengerti topik apa yang sedang dibicarakan.







Sorry ya kalo cerita nya kurang asik.

Maaf banget juga baru sempet next :")

Tolong dimaklumi ya, banyak tugas disekolah juga :)

Terima kasih buat yang sabar nunggu...

Vote dan komen kalian sangat berarti :')

Rianti Wuladari❤

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang