L A R A - FOURTEEN

76 7 2
                                    

Setelah kejadian kemarin, saat Eza memberikan pernyataan yang menyakitkan hati Alana. Ia sudah melupakan kata-kata itu.

Mulai saat ini Alana ingin semuanya berjalan dengan sendirinya. Tanpa ada air mata lagi.

Alana akan mencoba mengikhlaskan Ezanya untuk perempuan lain. Mengikhlaskan bukan melupakan.

Tapi tidak tahu nanti.

Mungkin kata-kata "mengikhlaskan" cuma untuk penyemangat bagi Alana. Ia sendiri tidak tahu bisa atau tidak menjalankannya.

Tetapi sesusah apapun Alana harus mencoba, karena Alana yang menyukai sahabatnya sendiri.

Alana tidak mengerti kenapa harus sekarang persahabatannya dan Eza harus merenggang, pada saat mereka akan lulus.

Alana ingin sekali merayakan kelulusan bersama sahabatnya itu.

Karena kedepannya tidak ada yang tahu.

Jam istirahat sudah berbunyi tetapi rasanya Alana malas sekali melangkahkan kakinya ke kantin.

Jadilah ia dikelas sendirian, karena Vano sudah pergi duluan saat mengetahui Alana tidak ke kantin.

Eza dan Shinta? Ya kalian tahu sendiri lah tidak perlu dijelaskan.

Alana hanya menghabiskan waktu istirahatnya dengan mendengarkan lagu dari "Eed Sheeran."

"Nih dimakan dulu."

Alana dikagetkan dengan kedatangan Eza yang membawakan sekotak nasi goreng dari kantin.

"Makasih." balas Ana

"Lo kenapa gak kekantin sih?" tanya Eza seraya duduk dikursi nya

"Gapapa mager aja." jawab Ana sambil membuka kotak nasi gorengnya

"Kebiasaan." sahut Eza

Sekilas Alana melihat Shinta yang memandangnya sebal.

"Gue ketoilet dulu Za." pamit Ana

"Lo belum selesai makan." balas Eza

"Nanti gue terusin." jawab Ana dan meninggalkan kelas

*toilet

"Gue harus gimana?" tanya Ana dalam hatinya

Ia ketoilet hanya ingin menenangkan hatinya.

"Gausah sok tegar, munafik."

Alana membalikkan badannya, melihat orang yang baru masuk kedalam toilet.

Ia sangat tidak mengerti kepada siapa Shinta berbicara.

"Gue lagi ngomong sama lo." pekik Shinta didepan muka Ana

"Maksud lo apa? Siapa yang munafik?" tanya Ana

"Lo minta gue bongkar semuanya?" tantang Shinta

"Lo ngomong apa sih Shin? Gajelas banget." balas Ana

"Lo suka Aran kan? Gue udah tahu semuanya." jelas Shinta

Alana hanya diam, tidak percaya dari mana Shinta tau.

"Gue udah tau semuanya dari Diary kesayangan lo itu." sambung Shinta lagi

Alana marah bukan main.

"Lo gak sopan banget." balas Ana tak kalah emosi

"Udah deh gue cuma mau satu hal dari lo."

Alana masih menunggu permintaan yang diminta Shinta itu.

"Jauhin Aran, simple kan?" sambung Shinta

Permintaan Shinta sangat lucu.

"Dia sahabat gue dari sebelum lo dateng dikehidupan dia, jadi apa hak lo?" tanya Ana

"Dia milik gue sekarang, sebagai pacar bukan sahabat." jawab Shinta sedikit menyindir Ana

"Gimana ya kalo Aran tahu sahabatnya sendiri suka sama dia." tanya Shinta kepada dirinya sendiri

"Jaga ya mulut lo." balas Ana

"Turutin kemauan gue apa susahnya sih?" tanya Shinta

"Gara-gara lo Aran gak bisa fokus perhatian ke gue doang." jelas Shinta

Alana harus bagaimana? Apakah dia harus menjauh dari Ezanya?

Sahabat yang sudah menemaninya dari beberapa tahun yang lalu.

Dan karena Eza sudah menemukan perempuan dihatinya, apakah itu alasan yang pantas untuk Alana menjauhi Eza?

"Gue minta lo jawab permintaan gue bukan malah bengong." sahut Shinta

"Kalo sampe gue lihat Aran perhatian atau ngajak lo bercanda lagi kaya beberapa hari yang lalu-" Shinta menggantungkan kata-katamya

"Apa? Lo lagi ngancem gue?" balas Ana

"Gue gak bakal biarin rahasia lo ini tetap aman, gue bakal bongkar itu kapanpun yang gue mau."

Setelah Shinta mengatakan itu kepada Alana, dia langsung pergi meninggalkan Alana yang sedang membisu.

"Kenapa jadi rumit gini sih." rasanya Alana ingin sekali menjerit

Setelah dirasa cukup Alana kembali kekelas dengan sikap yang agak berbeda. Lebih lebih dan lebih banyak diam.

"Kok lama banget Na?" tanya Eza

"Gapapa." jawab Ana

Alana langsung menghadapkan badannya kebelakang, berbicara kepada Vano.

"Nanti pulang anterin gue dulu ya." pinta Ana kepada Vano

"Kemana Na?" tanya Vano

"Toko buku." jawab Ana

"Okeee." jawab Vano dengan semangat. Ia akan menemani temannya itu kemana saja.

Alana sedang berhobong, sebenarnya bukan toko buku tujuannya.

Saat Alana menghadap depan lagi, ia melihat Eza yang memandanginya dari samping.

Tapi Alana pura-pura tidak mengetahui itu.

"Na?" panggil Eza

Alana hanya menengokkan kepala sambil memberi isyarat bahwa apa yang akan Eza bicarakan.

"Kenapa gak sama gue aja ke toko bukunya?" tanya Eza

"Biar sekalian balik sekolah." jawab Ana

"Kan bisa sore sama gue."

"Gue gak enakan nanti pacar lo marah lagi." balas Ana

Eza hanya diam, dia tidak enak hati kepada Alana.




Vote dan komen kalian sangat berarti :))

Rianti Wulandari
@riantiwlndr


LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang