L A R A - NINE

52 5 0
                                    

Alana sudah bersekolah hari ini. Aranza menjemputnya, menunggu bersiap-siap dan menunggu Ana sarapan. Eza terlihat lebih sabar kali ini tidak seperti biasanya yang menyuruh Ana lebih cepat sedikit.

Mereka sudah sampai disekolah dan memasuki kelas.

Ana kaget melihat Shinta yang ada ditempat duduk nya.

"Loh Shin kok lo disini?" tanya Ana heran

"Oh lo udah masuk Na, iya gue duduk sama Aran selama lo gak sekolah." jawab Shinta santai

"Jadi Eza duduk sama Shinta selama gue gak sekolah." batin Ana

Ana menatap Eza sekilas. Tetapi Eza tidak mengerti tatapan yang dimaksud Ana.

"Yaudah deh gue pindah lagi." sambung Shinta

"Ya haruslah gila aja lo."

Tapi Ana tidak mengeluarkan kata-kata itu, Ana hanya mendiamkannya dan melihat kepergian Shinta ke tempat asalnya.

SKIP

Saat mereka berempat sedang dikantin. Shinta mengeluarkan sebuah pertanyaan yang mencengangkan.

"Ran gimana pendapat lo?" tanya Shinta kepada Eza dengan menggantungkan kata-kata nya

"Pendapat apa?" tanya Eza bingung

Shinta menatap Ana dengan tatapan tidak biasa. Ana menyadari itu.

Apa maksud Shinta?

"Pendapat lo kalo punya sahabat yang suka sama sahabatnya sendiri." kata-kata Shinta membuat Ana tidak bisa berkutik

Ternyata Shinta sudah membaca Diary Ana yang kemarin di foto olehnya.

Tetapi Ana tidak mengetahui kalau Diary nya dibuka dan difoto oleh seseorang.

"Apa maksud Shinta? Apa dia nyindir gue? Tapi tau dari mana dia?" batin Ana

Ana masih bersikap biasa saja tetapi mulut dan badannya terasa sangat tegang.

Ana menatap Vano dengan tatapan bertanya, tetapi Vano hanya mengangkat bahu nya pertanda dia tidak tahu apa-apa.

"Siapa yang lo maksud?" Eza balik bertanya

"Bukan siapa-siapa gue cuma nanya pendapat lo." jawab Shinta

"Udah lah Ran, gausah ditanggepin." sahut Vano

"Gue ga ngomong sama lo." balas Shinta

"Gatau, gue gabisa ngasih pendapat apa-apa." jawab Eza

"Tapi gue gasuka hal-hal kaya gitu bisa ngancurin persahabatan." sambung nya lagi

"Mangkanya gue hilangin perasaan gue ke lo Na." batin Eza BATIN yaaaa

Shinta tersenyum puas mendengar jawaban Eza.

"Tapi gimana kalo itu yang terjadi di persahabatan lo?" Tanya Shinta lagi

"Kita ga bakal kaya gitu kan Na?" tanya Eza kepada Ana

Eza sangat munafik, kenapa dia harus mencegah perasaannya sendiri. Argh.

Ana hanya diam. Mematung. Ternyata benar Eza tidak punya perasaan lebih kepada Ana. Hanya sebatas sahabat.

"Na kita ga kaya gitu kan?" tanya Eza lagi

"Eh- iya Za kita ga akan kaya gitu, ga akan pernah." jawab Ana lirih

Apa tujuan Shinta bertanya seperti itu kepada Eza?

"Lo pada serius amat sih, gak penting nanggepin si Shinta." sahut Vano sebal

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang