T I G A

184 68 54
                                    

~Shareefa Jehan Amira~

Aku menceritakan semua yang aku alami tadi di sekolah bersama Jovan pada Bi Ijah. Bi Ijah juga tertawa, dia terbawa senang karena ceritaku. Aku bercerita sampai malam. Bi Ijah juga sampai lupa menyiapkan makan malam. Akhirnya Bunda memutuskan untuk membeli makanan cepat saji.

Aku beruntung bisa kenal Bi Ijah. Dia janda dan tidak punya anak. Katanya dia di ceraikan suaminya karena Bi Ijah tidak juga punya anak setelah sepuluh tahun menikah. Karena tidak punya tempat tinggal dan biaya sehari-hari, akhirnya Bi Ijah merantau ke Bandung. Dan di sinilah kita sekarang.

Bi ijah ingin sekali memiliki anak. Apalagi anak perempuan. Dan aku rela di jadikan anak angkatnya. Karena aku menyayanginya seperti anak yang mencintai Ibunya. Maka dari itu Bi Ijah sangat suka rela mengurusku. Karena dia telah menganggapku seperti anak kandungnya.

Bi ijah mengurusku dari aku masih kecil hingga aku hampir lulus SMA kini. Jadi wajar saja aku lebih dekat dengan Bi Ijah dari pada dengan Bunda. Bunda selalu sibuk dengan kerjaannya sampai mengesampingkanku. Aku tau, yang dia lakukan untuk kebaikanku juga. Tapi setidaknya aku butuh lebih banyak kasih sayang dan perhatian darinya.

Bi Ijah memang sangat menyukai Jovan. Ia selalu menyebut Jovan dengan sebutan 'Aa ganteng'. Haha, aku akui Jovan memang tampan dan cool. Wajar saja, dia menjadi incaran cewek-cewek populer di sekolah. Berkat Jovan aku menjadi terbawa famous. Tapi tak jarang ada cewek yang menganggu dan mengancamku karena terlalu dekat dengan Jovan. Wajar saja dia sahabatku. Dan aku selalu mengecapnya sebagai milikku.

Aku membuka jendela kamarku. Membiarkan angin malam masuk. Bi Ijah selalu bilang untuk jangan membuka jendela pada malam hari, karena angin malam itu jahat. Dan entah apa yang telah angin malam lakukan pada Bi Ijah sampai-sampai Bi Ijah bilang kalau ia jahat.

Jendela kamarku menghadap ke depan arah jalan komplek. Jika aku menengokkan kepalaku ke arah kiri, aku bisa melihat ke arah rumah Jovan. Biasanya malam seperti ini dia selalu duduk di balkon kamarnya sambil bermain gitar dengan suaranya yang tidak terlalu bagus bahkan terdengar sangat memaksakan. Tapi lucu. Suaranya tak karuan.

"Jovan! " Sengaja aku berteriak agar terdengar oleh cowok yang telah memberi warna pada hidupku. Aku punya alasan bahagia.

Jovan tidak juga keluar dari Kamarnya. Ingin rasanya aku mengambil satu sepatuku dan melemparkankannya tepat ke jendela kamarnya.

" Jovaaaaan!" Aku berteriak lebih panjang dan lebih keras. Ini sungguh kekanakan.

"Oyyyy," samar terdengar jawaban dari seseorang. Dan aku tau itu pasti Jovan.

Aku ingin melihat wajahnya sebelum aku tidur. Setidaknya, jika besok aku tidak kembali bangun, aku tidak terlalu kecewa. Karena saat aku tidur, aku tidur dalam keadaan bahagia.

Aku ingin mengucapkan selamat malam padanya. Hanya itu.

Jovan keluar dari kamarnya dan sekarang dia berdiri di balkon kamarnya. Aku semakin menonjol keluar dan naik untuk duduk di jendelaku agar bisa lebih jelas melihat Jovan.

"Ada apa, Je?" Katanya lembut. Dia memang selalu berkata lembut padaku. Aku selalu berharap dialah yang akan menjadi suamiku kelak. Haha. Ayolah, aku masih SMA dan belum Kuliah.

"Je, awas jatuh." Ternyata dia baru menyadari kalau sekarang aku duduk di jendela kamarku.

Aku tersenyum lebar ke arahnya. Aku suka menatap wajahnya di bawah sinar bulan. Bagiku dia lebih bersinar dari sinar bulan. Aku sudah tidak menganggapnya seperti sahabatku. Aku ingin memilikinya tanpa harus kehilangannya.

"Jo, good night." Aku tidak peduli jika percakapanku dengan Jovan ini mengganggu tetanggaku. Toh mereka juga pasti pernah muda dan merasakan jatuh cibta bukan? Aah, aku sangat terobsesi dengannya.

Jovan tertawa. Tentu saja, konyol. Aku memanggilnya hanya untuk ini. "Good night too, baby. Have a nice dream."

Panggilan sayang itu, hantikan Jo. Kamu membuat sayapku melebar dan terbang jauh ke langit.

Aku turun dari jendelaku dan menutup jendela kamarku. Aku melompat kegirangan dan berteriak kencang di sana. Tak perduli apakah Jovan akan mendengar teriakanku atau tidak. Yang pasti aku bahagia. Dan aku akan tidur dalam bahagia sekarang.

Dan Jo, you're my nice dream.
I love you.

💦💦💦

Thanks for reading, guys💜😊
Kritik dan sarannya ya, kalo ada kesalahan.

KamuflaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang