Aku diam. Begitu juga dengan Nevan. Tidak sopannya aku langsung menerobos masuk ke dalam mobil Nevan tanpa permisi. Aku masih duduk di bangku penumpang dengan sisa air mata dan rasa sakit yang tadi aku rasakan. Aku tidak suka mendengar kabar baik tentang hubungan mereka. Aku tidak suka jarak diantara mereka yang semakin menipis. Aku tidak suka Jovan memperlakukan cewek lain lebih istimewa.
Aku memang egois soal rasa ini. Bagaimana tidak, Jovan segalanya bagiku. Dia adalah Temanku, dia selalu menemaniku. Dia adalah musuhku, namun, seberapa sering kita bertengkar tentang apapun, aku tetap tidak bisa membencinya. Dia adalah Adiku, terkadang dia butuh pengawasan dan bimbinganku. Dia adalah Kakakku, orang yang selalu mengingatkanku ketika aku salah. Dia layaknya Ayahku, dia selalu menjagaku ketika ada seseorang yang mencoba menggangguku dan membelaku saat semua menyalahkanku. Dia adalah Cintaku, ya, hanya dia yang aku cintai. Bahkan aku tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya hati ini tanpanya. Dia adalah Milikku, aku takan membiarkan orang lain memilikinya.
Nevan terus melajukan Mobilnya tanpa arah. Sedari tadi Nevan mencoba menanyakan ke mana arah rumahku, tapi aku tidak menjawabnya. Sesekali aku bisa melihat gurat bingung pada wajahnya. Sebenarnya aku malu, tapi aku tidak ingin bicara duluan. Kini, aku menunggu Nevan kembali bertanya padaku.
Lena bilang Nevan adalah lelaki yang dewasa. Terkadang Lena selalu menumpahkan segala keluh-kesahnya pada Nevan Karena katanya Nevan selalu mempunyai jalan keluar yang baik untuk setiap masalah. Nevan adalah lelaki perhatian dan berhati lembut. Dia selalu memperlakukan wanita sebaik mungkin. Mungkin jika Lena tidak memiliki hubungan special dengan Rafi, dia akan mencintai Nevan.
Terlihat memang dari wajahnya. Dia cukup cool. Dia juga jarang terlibat masalah apapun di sekolah. Bagaimana dapat masalah, bergaulpun dia jarang. Bukan Karena dia tidak mau. Hanya saja banyak yang merasa canggung untuk dekat dengannya. Dia terlihat sangat berwibawa.
Sama seperti Lena, dia juga berotak encer. Dia pintar. Beberapa kali dia memenangkan kejuaraan di bidang science dan mengharumkan nama sekolah di bidang akademik lainnya. Lena mengenal dekat Nevan karena Lena sempat beberapa kali dipasangkan dengan Nevan di acara cerdas cermat ke berbagai kota.
Mungkin ini juga salah satu alasan mengapa aku pernah menyukainya dulu. Ya, dulu tepatnya satu tahun yang lalu. Aku manyukainya dan Lena membantuku untuk mengutarakan rasaku padanya. Dan, aku kegirangan saat ternyata Nevan juga memiliki perasaan yang sama denganku.
Namun saat aku bicara pada Jovan bahwa Nevan menyukaiku, aku melihat raut wajah kecewanya. Apa dia cemburu? Tentu saja aku senang saat melihat reaksi Jovan yang ternyata sangat di luar dugaanku. Aku merasa akan ada peluang besar kedepannya antara aku dan Jovan. Gilanya setelah itu aku malah mengarang cerita tentang Nevan.
Aku bilang pada Jovan kalau Nevan banyak mendekatiku dan aku sangat terganggu akan hal itu. Padahal sebenarnya Nevan tidak pernah seperti itu. Berbicara denganku pun jarang, apalagi sampai mendekatiku lalu menggangguku. Dia hanya melemparkan senyum lebarnya padaku setiap kali dia bertemu denganku.
Bahkan aku tidak menyangka kalau Jovan sampai mendatangi Nevan dan memberi peringatan keras padanya agar tidak menggangguku dan mendekatiku lagi. Sangat tidak terpikirkan olehku kalau akan jadi seperti ini. Maksudku berkata melebih-lebihkan pada Jovan hanya untuk membuatnya Cemburu.
Waktu itu, Nevan tetap bersikap tenang tanpa melawan Jovan yang berkata dengan nada tinggi padanya sambil menarik baju bagian atas milik Nevan di depan banyak orang. Mereka menjadi tontonan karena Nevan si kutu buku memiliki masalah dengan Jovan si anak nakal. Aku sama seperti siswa lainnya, berkerumun melihat kejadian ini yang hanya menjadi penonton di barisan depan saat itu. Menjadi penonton dengan perasaan bahagia karena aku rasa pada saat itu Jovan seperti orang yang terbakar api cemburu. Tapi dengan perasaan gundah juga karena baru saja aku tahu perasaan Nevan, lalu aku akan kehilangan itu. Mungkin perasaannya tidak sama lagi setelah kejadian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamuflase
Teen FictionDia adalah.. Temanku, Sahabatku, Musuhku, Adiku, Kakakku, Ayahku, Cintaku, Dan, milikku.