Playlist : Never Be The Same /Camila Cabello
***********
Malam malam pukul 1 lebih 25 menit, saat Gabby sedang mengambil air minum di dapur, ia mendengar suara kode pintu yang ditekan.
Gabby merasa was-was. Mungkinkah itu maling?
Tapi maling mana yang tahu kode aksesnya?
Tak mungkin Kenzo juga, pikirnya.
Karena pria itu sudah memberitahunya dari jauh hari bahwa weekend kali ini dia tak dapat menghabiskan waktu dengan anak-anaknya.Maka dengan mengendap-endap, Gabby berjalan untuk mengintip melalui lubang kunci dan ternyata, Kenzo lah yang ia temukan di sana.
Pria itu tampak baik-baik saja, tidak terlihat mabuk atau lainnya.
Hal itu mmbuat Gabby bingung. Tak biasanya Kenzo datang tengah malam begini dalam kondisi sadar."Ken?" panggilnya.
Kenzo tidak menyahut. Pria itu berjalan melewati Gabby begitu saja dan langsung menuju kamar wanita itu.Gabby mengikuti nya dari belakang dengan kepala yang masih dipenuhi tanda tanya. Kenapa sebenarnya pria ini?
Gabby memunguti pakaian Kenzo yang dilepas pria itu secara sembarangan.
Tak lama berselang, Pria itu keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk putih yang melingkari pinggang sampai pertengahan paha nya. Tanpa sadar Gabby meneguk ludah nya susah payah.
Oh Astaga, kapan Kenzo tidak tampil mempesona?
Gabby masih terpaku pada tonjolan di antara paha Kenzo sampai tak menyadari bahwa Kenzo kini telah berada di hadapannya.Kenzo menaikkan alisnya menatap Gabby yang megap-megap dengan mulut sedikit menganga.
Oh bibir Gabby selalu sukses membuat nya kecanduan. Tanpa banyak kata, langsung saja Kenzo menyerbu bibir kemerahan Gabby yang sudah memanggil-manggil nya sedari tadi.Kenzo melumat bibir Gabby tanpa ampun. Tangannya bergerak menahan kedua tangan Gabby ke atas kepalanya dan mendorong tubuh Gabby secara tiba-tiba hingga terbaring di ranjang dengan Kenzo yang berada di atasnya.
Lidahnya menelusup masuk mencari cari pasangannya dan mengabsen deretan gigi Gabby yang tertata rapi.
"Unghhh.."
Gabby melenguh saat Kenzo mengalihkan ciuman basahnya dari bibirnya ke leher dan bahunya. Pria itu menggigit gigit sesuka hati dan meninggalkan bekas bekas kemerahan di sana.Lagi lagi Gabby melenguh saat mulut hangat Kenzo sudah melingkupi Puncak dadanya yang menegang.
Bersamaan dengan itu, pria itu mendesaknya. Tubuhnya bergerak konstan hingga menghasilkan sensasi nikmat di tubuh keduanya.
Gabby tak dapat menahannya. Ia sampai pada batasnya disusul oleh Kenzo beberapa menit setelahnya.
Kenzo menyandarkan dahinya ke dahi Gabby dengan nafas yang masih memburu.
Bibirnya kembali meraup pasangannya dan memain mainkannya sesuka hati. Sementara itu Gabby Memilih memainkan rambut tebal dan halus milik Kenzo sambil menormalkan deru nafas dan detak jantungnya.Beberapa menit kemudian nafasnya berangsur-angsur angsur pulih. Suhu tubuhnya sudah mulai normal dengan keringat yang mulai mengering.
Gabby melamun, memikirkan kejadian tempo hari saat dimana ia mendapati Kenzo bersama wanita lain. Gabby ingin menanyakannya kepada Kenzo. Ia kira selama 4 tahun ini Kenzo sudah mulai melunak padanya. Mungkin juga Kenzo sudah ada rasa padanya, hanya Kenzo tak mau mengakuinya di hadapannya secara langsung.
"Ken," panggilnya.
Kenzo menggulingkan tubuhnya dari atas tubuh Gabby dan berbaring miring dengan wajah tepat berada di depan dada wanita itu.
"Hm.."
Kenzo bergumam malas. Tangannya kembali bermain-main dengan benda favoritnya.Gabby berbalik menghadap Kenzo.
"Aku mau ngomong serius."Kenzo tak bereaksi, pria itu tetap terfokus pada kegiatan tangannya. "Kemarin, aku melihatmu dengan Seorang wanita di toko perlengkapan bayi," katanya memulai pembicaraan.
Kenzo tetap diam tak menyahut.Gabby melanjutkan, "Kalau boleh tahu, Siapa dia? Apa dia kekasihmu?"
Kenzo mulai tertarik dengan pembicaraannya.
Pria itu mendongakkan wajahnya dan menatap Gabby dengan tatapan yang sulit diartikan.Gabby menghelas nafas saat Kenzo tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Dan-apa.. kamu, mencintaiku?"
Gabby memejamkan matanya erat setelah melontarkan pertanyaan tersebut. Ia takut mendengar jawaban Kenzo. Biasanya pria itu akan cepat tanggap saat ia menanyakan pertanyaan ini. Tentu saja Kenzo akan menjawabnya 'Tidak" dengan tegas.Namun kali ini Kenzo seakan kehilangan kemampuan berbicaranya. Saat Gabby membuka mata, pria itu sudah membalikkan tubuhnya membelakangi Gabby.
"Kita sudah bersama selama hampir 4 tahun. Kamu tahu kan kalau Cinta datang karena terbiasa? Apa tidak ada sedikitpun perasaan cinta itu tumbuh untuk ku di hatimu? Aku tidak mengharapkan-"
"Berhenti berbicara, sialan," perkataan panjang Gabby dipotong dengan begitu kejamnya oleh Kenzo.
Gabby tersentak di tempatnya.
Setelah itu, tanpa kata lagi Kenzo segera beranjak dari ranjangnya dan mengambil pakaian bersihnya dari closet. Ia memakainya terburu-buru dengan wajah yang dingin dan rahang mengeras.
Setelahnya, tangannya tergerak mengambil dompet dari atas nakas, mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari sana.
Dengan tak terduga, Kenzo melemparkan uang tersebut tepat ke wajah Gabby yang hanya dapat terdiam dengan bibir bergetar menahan tangis. "Terimakasih atas pelayananya," desisnya datar.
Matanya menyorot enggan pada Gabby yang hampir menumpahkan air matanya.Seakan tindakannya barusan belum cukup menyakiti hati Gabby, Kenzo kembali berucap lamat-lamat.
Tubuhnya yang tinggi bersandar pada sandaran sofa, dengan kedua lengan tertekuk di depan dada.
Dia berucap dengan bibir menipi.
"Aku. Tidak. Mencintaimu," ucapnya penuh penekanan di setiap katanya.Setelahnya dia berbalik menuju pintu keluar, meninggalkan Gabby yang termangu di atas ranjang seorang diri. Pandangan wanita itu kosong, seperti tak bernyawa.
Tangannya bergerak mengelus perut buncitnya perlahan.
Nyatanya, kebersamaan mereka selama 4 tahun ini tidak lah memberikan pengaruh apapun pada pria itu. Dia tetap menjadi Kenzo yang dingin, arogan, dan tak tersentuh.
Siapa Gabby sampai berpikir bisa meluluhkan pria itu?
TBC....
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Maker Machine
ChickLitHighest Rank : #1 In Child PRIVAT ACAK. Don't Copy my story!! Please kalau kalian menemukan cerita ini di manapun, harap laporkan kepada saya. Ide itu mahal harganya! "Maafkan aku, aku tau aku salah. Aku sadar posisi ku disini. Memang tidak...