One

18.9K 726 10
                                    

Pagi itu suasana di Boston begitu dingin karena sudah memasuki musim salju. Boston adalah ibu kota dan kota terbesar di Massachusetts di Amerika Serikat. Kota tertua dan terkaya di A.S.

Di sebuah penthouse mewah dan megah seorang wanita tampak terlelap di balik selimut putih tebalnya.

"Arin!!!" teriakan itu sungguh memekakan telinga Arin. Ia membuka matanya tampak malas dan menguap lebar hingga terdengar suara derap langkah mendekat. "Arin bangun, kita terlambat ke kampus!" pekiknya.

"Oh God Rachel! Bisakah tidak mengusik tidurku!" pekiknya sangat malas.

"Ayolah, jangan membuatku memanggil Kak Ethan dan membopongmu ke kamar mandi dan di mandikan! Bisa-bisa aku menunggu lebih lama lagi!" pekiknya membuat gadis di balik selimut itu segera mengerjapkan matanya dan segera bangun.

"Jangan memanggilnya, gue akan bersiap-siap!" desisnya dengan kesal melangkah menuju kamar mandi membuat Rachel terkikik geli. Sahabatnya itu benar-benar belum ingin melebihi batas dengan Ethan yang merupakan kekasihnya. Ia ingin menyerahkan segalanya saat nanti mereka menikah.

Rachel bergegas keluar dari kamar besar bernuansa putih itu. Di dalam kamar mandi Arin tampak menggulung rambutnya ke atas hingga memperlihatkan leher jenjangnya. Ia tampak membasuh wajahnya dan menggosok gigi. Setelahnya ia melakukan ritual mandi dengan singkat karena hari sudah semakin siang walau matahari masih bersembunyi di balik awan. Ini adalah hari pertama salju turun di Boston.

Gadis itu adalah Arinka, gadis yang memiliki garis wajah khas Indonesia dan Rusia. Ia memiliki bola mata hitam pekat dengan kulit putih mulus seputih kapas. Hidungnya mancung khas orang rusia dan runcing di bagian ujungnya. Bibirnya sedikit tebal di bagian bawahnya. Wajahnya begitu kecil dan tampak begitu imut di tambah lesung pipi yang semakin mempercantik wajahnya. Ia memiliki tinggi badan 165cm khas orang Indonesia dan tentu saja tingginya itu jauh di bawah Rachel yang memiliki tinggi 175cm tak berbeda jauh dengan Kakaknya Ethan yang sangat tinggi membuat Arin merasa seperti liliput saat berjalan bersama mereka.

Selesai ritual mandi, ia memakai handuk sebatas dada dan berjalan dengan santai keluar dari kamar mandi. Ia memang selalu berdandan sebelum berpakaian. Ia beranjak ke dekat cermin sambil menggerai rambut coklatnya dan menyisirnya dengan pelan. Rambut coklatnya tampak lurus tanpa bergelombang.

"Kau ingin menggodaku, Sayang?" suara itu membuatnya memekik dan secepat kilat berbalik. Tampak seorang pria dewasa dengan kemeja putihnya yang sudah di lipat hingga siku tengah bersandar di dinding dekat pintu masuk kamarnya.

"Sedang apa kau di sini?" pekiknya segera menyilangkan kedua tangannya di dada membuat pria tampan di depannya itu tersenyum manis. Ia berjalan mendekati Arin membuat Arin mundur untuk menghindarinya. Pria itu terus saja mendekati membuat Arin segera berlari dan meloncat ke atas ranjang untuk memasuki kamar mandi. Pria itu tau pemikiran Arin akan kemana, ia langsung menangkap kaki mulus Aris membuat tubuh Arin terhempas dan jatuh ke atas ranjang. Tanpa basa basi pria itu langsung menindih tubuh Arin dan membalikkan tubuh Arin hingga menghadap ke arahnya.

"Ethan hentikan!" kekehnya.

"Kenapa kau senang menggodaku, hmm?" tanya pria yang di panggil Ethan itu.

"Sudah aku katakan, jangan masuk ke kamarku sebelum kita menikah!" ucap Arin dengan senyumannya hingga memperlihatkan lesung pipinya.

"Aku tak sabar," bisik Ethan mengecup bibir Arin dengan lembut dan bahkan berkali-kali.

"Ethan hentikan!" kekehnya seraya menahan dada bidang Ethan yang terus saja menciumi bibir ranumnya.

"Kau sungguh seperti Morfin bagiku, aku tidak bisa hidup karena tidak mendapatkan asupan Morfin ini." Ethan kembali mengecupi bibir ranum Arin yang sangat manis dan memabukkan.

Pernikahan yang tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang