Fourteen

6K 513 20
                                    

                Ethan masuk ke dalam gudang yang gelap, ia menyalakan sikring lampu di sana dan tatapannya langsung tertuju pada tubuh yang meringkuk di lantai. Ada rasa kasihan juga sedih dalam hati Ethan melihat Arin.

Ethan berjalan mendekati tubuh itu dan berjongkok tepat di depannya. Ia merapikan rambut yang menutupi wajah Arin. Ethan mampu melihat wajah Arin yang sembab dengan air mata yang masih tersisa di sudut matanya.

"Aku ingin percaya padamu, tetapi bukti terlalu menyudutkanmu. Kenapa Arin? kenapa kamu melakukan ini, kenapa kamu harus membohongi dan menipuku selama ini?" ucap Ethan.

"Aku sungguh tulus mencintaimu, tetapi kamu hancurkan perasaan itu dan kamu ubah dengan rasa benci. Kenapa Rin?"

Tak ada jawaban dari Arin yang terlelap, hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Ethan memangku tubuh Arin ala bridal dan membawanya ke dalam kamar Arin. Perasaan itu masih ada, dan Ethan tidak bisa semudah itu melupakannya.

Ethan merebahkan tubuh Arin di atas ranjang dan beranjak pergi. Baru saja berbalik Ethan menghentikan gerakannya saat tangannya di genggam tangan mungil itu. Ia kembali menoleh dan mata Arin masih terlelap tetapi tampak gelisah.

"Jangan tinggalkan aku, aku mencintaimu, hikzz..."

Ethan mematung di tempatnya mendengar semua itu. Lalu ia mendekati Arin dengan melepaskan pegangan Arin pada tangannya. Saat Arin sudah kembali terlelap dengan tenang, Ethan menyelimuti tubuh Arin dan berlalu pergi.

Ethan baru saja keluar dari kamar Arin dan ia melihat Rachel berdiri tak jauh darisana. Ethan berjalan mendekati Rachel yang berdiri di sana.

"Belum tidur?" tanya Ethan.

"Apa benar Arin terlibat?" tanya Rachel. "Ethan, entah kenapa aku merasa Arin tidak terlibat."

"Mereka terlibat, Jeff jelas menjadikan Arin sebagai alat untuk menjebak kita dan akhirnya kita terlibat," ucap Ethan dengan nada datarnya.

"Tetapi Arin bukan wanita seperti itu." Rachel termenung sesaat. "Dia tidak mungkin berbuat seperti itu pada kita."

"Aku ingin percaya ucapan kamu itu, tetapi kenyataannya Arin terlibat. Terakhir aku melihat dia bertemu diam-diam dengan Ibu nya."

"Tetapi siapa tau mereka hanya bertemu, mungkin Arin ingin menanyakan semu-"

"Sudah cukup Rachel, Aku tau kamu perduli sama dia. Ini memang tak mudah untuk kita, tetapi Arin adalah musuh kita."

"Ethan!"

"Rachel, apa kau tidak curiga padanya. Selama ini dia tak pernah membiarkan kita bertemu dengan keluarganya. Dia selalu memberi alasan kalau Daddy dan Mom nya ini dan itu. Dia juga mengaku tak pernah di temui mereka selama beberapa tahun, dan terakhir saat kelulusan Junior High School. Apa itu masuk akal? Itu sudah jelas membuktikan segalanya."

Rachel mencerna segala ucapan Ethan barusan, dan memang benar adanya kalau Arin selalu berkata seperti itu dan selalu saja ada alasan setiap kali mereka ingin bertemu dengan keluarga Arin.

Rachel teringat sesuatu, ia mengikuti Ethan yang sudah berlalu menuju pantry dan menuangkan minuman botol ke dalam gelas kristal kecil.

"Ethan, apa-"

"Apa Hel?" tanya Ethan meneguk minumannya.

"Apa kau juga akan membunuh Arin seperti yang kamu katakan dulu?" tanya Rachel mulai gelisah.

Ethan menyimpan gelas ke atas meja dengan hentakan hingga mengeluarkan suara cukup kencang. Ia terdiam cukup lama untuk menanggapi ucapan Rachel.

"Bisakah Arin jadi pengecualian?" tanya Rachel.

"Aku sudah bersumpah di depanmu dan juga di depan makam orangtua dan Kakak kita kalau aku akan membunuh seluruh keluarga Jeff tanpa ada sisa. Bahkan tak akan ada lagi keturunan dari keluarga mereka."

Setelah mengatakan itu Ethan berlalu pergi meninggalkan Rachel yang mematung sendirian di sana.

Rachel berbalik hendak menuju kamarnya, tetapi gerakannya terhenti saat ia beradu pandang dengan mata Arin yang berkaca-kaca tak jauh dari pintu penghubung antara pantry dengan ruang keluarga.

"A-"

Arin berbalik meninggalkan Rachel sendirian. Ia berjalan dengan linglung, bahkan tubuhnya sempat oleng dan hampir terjatuh. Rachel dengan cepat membantu Arin.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Rachel membuat Arin menoleh padanya. "Kau belum makan apapun, sebaiknya kau makan dulu."

"Aku tidak lapar, Hel. Terima kasih," ucapnya diiringi senyumannya tetapi air matanya luruh membasahi pipi. "Aku bisa ke kamar sendirian."

Arin berjalan menuju kamarnya meninggalkan Rachel yang hanya bisa menatap iba padanya.

Sesampainya di kamar Arin menutup pintu kamarnya dan tubuhnya merosot ke lantai, ia kembali menangis. Kata-kata Ethan sungguh menyayat hatinya, bahkan tak ada sedikitpun kepercayaan dari Ethan untuk dirinya.

***

Arin hanya duduk di atas ranjang tanpa ingin melakukan apapun, tatapannya tertuju pada jendela kamarnya yang memperlihatkan kalau malam sudah berganti siang.

Ia menoleh saat pintu kamar di buka seseorang, dan itu adalah Ethan dengan setelan jas hitamnya. Arin dan Ethan hanya bisa saling menatap satu sama lain.

Ethan berdehem membuat Arin memalingkan wajahnya. "Aku hanya ingin memberitahu kalau kamu bisa kembali kuliah," ucap Ethan.

"Ah dan satu lagi aku sudah menangkap Ny. Drummond, jadi ku harap bekerjasamalah kalau kau ingin Ibu mu selamat."

Arin membelalak kaget mendengar penuturan Ethan barusan. Dengan cepat Arin beranjak dari duduknya menghampiri Ethan dengan melipat kedua tangannya.

"Aku mohon jangan lakukan apapun pada Mom, ku mohon Ethan," isaknya.

"Kau memohon padaku?" Ethan terkekeh.

"Ethan aku bersedia melakukan apapun untukmu asal jangan sakiti ibuku," isak Arin melipat kedua tangannya.

"Menangislah Arin, menangislah! Aku memang ingin melihatmu sangat terpukul dan mati secara perlahan." Arin terpaku mendengar ucapan Ethan barusan yang begitu kejam. Ia kini tak mengenal lagi Ethan, dia bukan Ethan yang dulu ia kenal.

"Aku akan membiarkan ibumu hidup, asal kau bisa membawa Jeff kepadaku," ucap Ethan.

"Et-"

"Dan jangan membantah, aku tidak menyukainya. Waktumu 2 minggu dari sekarang untuk menemukan keberadaan Jeff. Kalau kau tidak bisa menemukannya, maka jangan harap Ibumu selamat," seru Ethan berlalu pergi meninggalkan Arin sendirian.

"Ethan!" panggilnya diiringi isak tangisnya.

 ***

Tersedia pdf nya. Chat wa/telegram 081321079375

 Chat wa/telegram 081321079375

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pernikahan yang tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang