eleven

6.2K 471 34
                                    

Arin dan Rachel tampak sibuk memasak bersama, menyiapkan untuk menu makan malam di penthouse mereka. Arin begitu bersemangat membuat makanan kesukaan Ethan.

"Cuma menu itu aja yang sejak tadi di urusin," goda Rachel membuat Arin tersenyum.

"Aku ingin meyakinkan kalau makanan ini harus sangat enak dan buat yang memakannya makin menyukainya," kekeh Arin.

"Tanpa di sogok makanan juga udah cinta banget dia," kekeh Rachel membuat Arin merenung.

'Benarkah itu? Semoga memang perasaan Ethan padaku masih ada.' Batin Arin tersipu dan kembali menekunin pekerjaannya itu.

Malam menjelang, semua makanan tertata cantik di meja makan tepat berada di balkon rumah dengan hiasa lampu cantik dan pemandangan kota Boston yang memukau.

Bukan hanya itu,Arin juga tampak cantik dengan gaun berwarna biru hitamnya, gaun dengan lengannya tali spageti itu membuatnya semakin cantik dan menawan. Itu adalah gaun yang di berikan Ethan kepadanya saat dia berulan tahun dulu.

"Mereka datang," seru Rachel menarik lengan Arin menuju pintu untuk menyambut mereka.

"Hallo ladies," sapa James dengan senyuman menawannya.

"Hai James," sapa Arin dan Rachel.

Setelah James masuklah Tom, Jerry, Marvin, Raymond, Vallen. Mereka semua saling memeluk dan menyapa satu sama lainnya.

Vallen melihat pandangan Arin terus saja ke arah pintu. Ia yakin Arin menunggu Ethan. Ada rasa kasihan dalam diri Vallen melihat Arin. Entah kenapa ia merasa yakin kalau Arin juga adalah korban tetapi Vallen tak bisa membuktikannya untuk meyakinkan Ethan. Vallen ingat ucapan Isabell dulu memgenai kepolosan Arin.

Tak lama pintu kembali terbuka dan Ethan masuk. Arin sudah tersenyum lebar menyambutnya tetapi senyuman itu seketika pudar saat melihat siapa yang ada di belakang Ethan.

"Hai guys," sapa wanita yang bersama Ethan yang tak lain adalah Yuri.

Arin tidak menjawab sapaan dari Yuri, tatapannya seakan menuntut penjelasan dari Ethan, tetapi Ethan tampak acuh dan dingin.

"Arin, Rachel, kenalkan ini Yuri. Dia anggota baru di team kami," ucap Marvin memperkenalkannya. Arin masih tak perduli itu, tatapannya tetap tertuju pada Ethan.

"Ayo kita langsung saja ke tempat makan," ajak Rachel membuat mereka semua mengikuti kecuali Ethan dan Arin.

Ethan berlalu tanpa kata melewati Arin menuju kamarnya. Arin berjalan mengikuti Ethan menuju kamar mereka.

"Biar ku bantu," ucap Arin berjalan mendekati Ethan yang sedang membuka kancing kemejanya.

Arin membantu membuka kancing baju Ethan yang masih menunjukkan wajah datarnya.

Arin tersenyum menatap Ethan seakan tak terjadi apapun. "Kamu lelah yah? Aku sudah memasakkan makanan kesukaanmu, dan aku jamin kali ini kamu akan lahap dan bahkan menghabiskannya," ucapnya dengan begitu bersemangat.

"Oh iya aku pakai baju ini, dulu kamu selalu menyukai saat aku memakai baju ini." Arin mengalungkan kedua tangannya di leher Ethan dengan senyumannya.

EthakakEthaniam membisu, Arin berjinjit hendak mencium Ethan, tetapi Arin menghentikan gerakannya saat sesuatu mencekik lehernya.

"Ethan," gumamnya meringis saat tangan Ethan mencekik lehernya.

"Kau berusaha merayuku lagi, Jalang? Kau ingin aku kembali jatuh pada pesonamu, dan kau akan dengan mudah menghancurkanku pada kesempatan itu!" Bentak Ethan.

"Ethan a-apa maksudmu?" Arin berusaha mengeluarkan suaranya walau sulit.

"Aku membencimu! Aku benci senyumanmu! Kau paham! Aku ingin melihatmu sengsara dan hancur, Putri Jeff!" Bentak Ethan mendorong tubuh Arin hingga punggung dan kepalanya membentur dinding.

Ethan berjalan masuk ke in closet mengambil t-shirt lalu keluar dari kamar mereka meninggalkan Arin yang menangis dengan tubuh yang luruh ke lantai.

"Aku hanya sedang berusaha meyakinkanmu kalau aku tulus mencintaimu, aku hanya sedang berusaha kalau aku tak pernah memiliki niat buruk padamu," gumam Arin.

***

Arin baru saja bergabung dengan yang lain.

"Kau kemana saja sih?" Tanya Rachel.

"Kita sudah kelaperan nih," keluh James.

"Kalau begitu mari silahkan makan," seru Arin.

Arin mengambil duduk di samping Ethan. Ia hendak mengambilkan makanan untuk Ethan, tetapi Ethan lebih dulu mengambil menu lain. Bahkan masakan Arin tak ia sentuh sama sekali. Hati Arin semakin terasa sesak.

Bagaimana sakitnya saat suami menolak masakan istri sendiri.

Arin berusaha mengabaikan itu dan ikut mengambil makanan.

"Ini sangat lezat," puji Jerry.

"Itu masakan Arin," ucap Rachel. "Dan makanan kesukaan Ethan juga."

"Pantas seenak ini," puji Jerry.

Ethan menatap tajam ke arah Jerry, entah kenapa pujian Jerry seperti mengandung unsur sesuatu.

Selesai makan, mereka menikmati suasana balkon dengan di temani anggur merah. Arin yang sedang duduk mengobrol bersama James, Rachel, Tom dan Vallen melirik ke arah Ethan yang tengah merokok sendirian. Tetapi ia melihat Yuri menghampirinya dan kini mereka tampak larut dalam obrolan. Melihat mereka berdua sungguh hati Arin terasa sakit.

***

"Arin!" Teriak Ethan membuat Arin berlari terpogoh-pogoh menghampirinya.

"Ada apa?" Tanya Arin dengan masih ngos ngosan.

Tanpa kata Ethan mendorong tubuh Arin ke ranjang dan tanpa menunggu lagi ia melepaskan celana Arin dan membuka kedua paha Arin.

"Ethan, a-apa yang kamu lakukan? Ahhhhh!" Teriak Arin saat Ethan menerobos masuk miliknya pada milik Arin tanpa ada pemanasan dulu.

"Sakit, hmm?" Tanya Ethan. Arin memalingkan wajahnya dengan tangisannya. "Inilah yang aku inginkan. Melihatmu tersiksa, hancur dan menangis." Arin semakin menangis terisak mendengar ucapan Ethan.

Setelah mendapat pelepasannya, Ethan berlalu ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

"Sial!" Umpat Ethan meninju dinding hingga tangannya memar.

***
Tbc
21-09-2018

Sesuai request kalian

Pernikahan yang tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang