Seven

6.2K 515 29
                                    

"Arin."

Arin menoleh ke sumber suara, tetapi dengan cepat ia memalingkan wajahnya untuk menghapus air matanya dan kembali menatap ke arah seseorang yang berjalan mendekatinya.

"Hai Jason," sapa Arin diiringi senyumannya.

"Hai Rin, kamu mau kemana?" Tanya Jason saat sudah berdiri di hadapan Arin.

"Aku mau ke Apotek. Kamu sedang apa di sini?" Tanya Arin.

"Aku habis beli makanan di restoran sebelah. Rin, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Jason dengan tatapan menerawang.

"Eh?" Arin mendadak gugup dan dengan segera ia merapihkan mantel dan syal yang sedang ia gunakan untuk menutupi luka di tubuhnya.

"A-aku aku-"

"Kamu kelihatan tidak sehat Rin? Kamu mau beli apa ke Apotek?" Tanya Jason tampak khawatir.

"Aku mau membeli obat flu, kebetulan aku sedikit dlu dan kurang sehat. Biasalah karena cuaca," kekehnya untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Oh begitu, bagaimana kalau sekalian makan siang bersama?" Ajak Jason.

"Maaf Jas, tapi aku harus segera pulang."

"Baiklah, akan aku antar pulang," ucap Jason.

"Aku bisa pulang sendiri, Jas. Sorry, bye Jason." Arin bergegas pergi meninggalkan Jason yang masih menatapnya menjauh.

Sekuat tenaga Arin berjalan normal supaya Jason tak mencurigai kesakitannya. Walau ia harus menahan rasa sakit, ngilu juga perih di pangkal pahanya.

***

Ethan merenung memikirkan kejadian semalam. Semalam ia merasa tak berbeda jauh dengan Ayah Arin. Dia seperti predator yang lapar. Dia sangat sangat menyakiti Arin.

Walau berusaha tak perduli, tapi batinnya berperang hebat saat mendengar isakan Arin yang jelas kesakitan.

"Kau terlalu lama melamun sampai tak menyadari kedatanganku." Seruan itu membuatnya tersadar dan menoleh ke belakangnya dimana James sudah duduk manis di sofa yang berada di dalam ruangannya.

"Kau datang?"

"Yah, dan sepertinya kau tak ingin di ganggu." Ethan berjalan mendekati James dan duduk di sofa yang berada di hadapan James hanya terhalang meja.

"Ngomong-ngomong tidak baik pengantin baru banyak melamun. Sebaiknya kau pulang saja jangan memaksakan bekerja kalau pikiranmu ada di rumah," goda James.

"Aku baik-baik saja, ngomong-ngomong kenapa kau datang?" Tanya Ethan.

"Ck, kau sungguh tidak siap untuk bekerja. Lihatlah jadwalmu atau tanyakan pada sekretarismu, sekarang itu waktunya kau meeting dengan Ceo James."

Ethan baru ingat mengenai kerjasamanya dengan perusahaan James baru-baru ini.

"Maaf, aku lupa."

"It's oke, mungkin efek kehebatan Arin di atas ranjang jadi membuat pikiranmu selalu ingin pulang," goda James diiringi kekehannya.

"Ck, berhentilah mengejekku." Ethan memanggil sekretarisnya dan mereka mulai serius membahas masalah pekerjaan.

***
Di dalam kamar Arin menahan isakannya saat ia mengoleskan salep ke sisi miss V nya. Juga mengoleskan salep anti lebam ke bagian tangan, pundak, juga lengannya karena ulah cengkraman Ethan.

Rasa sakitnya tak sebanding dengan rasa sakit di dalam hatinya. Kenapa Ethan tega melakukan itu padanya.

Selama ini Arin selalu bermimpi dan mengkhayalkan sebuah pernikahan yang indah dengan kekasih yang begitu ia cintai. Malam pertama yang penuh kehangatan, kemesraan dan keromantisan. Sebuah kebahagiaan yang selalu di nantikan Arinka selama hidupnya. Tetapi ternyata semuanya berubah menjadi menyeramkan, dan menyakitkan. Bahkan tak pernah terpikirkan atau terbayangkan sedikitpun di benak Arin.

Ethan?
Pria yang sudah cukup lama ia kenal. Pria baik, ramah juga lembut kini berubah menjadi menakutkan layaknya lucifer.

Sejak kecil Arin tak pernah mendapatkan kasih sayang dari orangtua nya. Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka dan Kakak laki-lakinya. Dan Arin di biarkan sendirian. Sejak kecil Arin begitu menyukai cerita-cerita barbie. Dimana seorang pangeran berkuda putih datang dan menyelamatkan hidupnya. Seperti Cinderella yang di selamatkan dari siksaan ibu tirinya, seperti Rapunzel yang di selamatkan dari siksaan wanita jahat, dan masih banyak lagi.

Dan tak di pungkiri, pemikiran polos Arin, mengharapkan datangnya seorang pangeran untuk membawanya pergi dari kehidupan yang penuh kehampaan, kesepian dan di acuhkan oleh kedua orangtuanya.

Tetapi kenapa takdirnya begitu miris, hingga menikahpun dia harus mencintai pria yang kini menganggapnya musuh, dan cinta itu kini berubah menjadi sebuah kebencian. Bukan kebahagiaan yang Arin dapatkan melainkan rasa sakit yang entah sampai kapan akan berakhir.

Orang selalu bilang, cinta dan benci itu perbedaannya begitu tipis. Hingga rasa benci bisa dengan cepat berubah menjadi cinta, dan sebaliknya juga.

Tetapi dia tidak akan mungkin bisa membenci Ethan. Arin terlalu cinta pada Ethan.

Ia akan tetap berusaha mempertahankan pernikahan mereka dan meyakinkan Ethan kalau dirinya tak mengetahui apapun yang telah di lakukan Ayahnya.

***

Hai hai,
Apa masih adakah yang menunggu cerita ini?

Karena Devil's back sudah tamat, jadi ini akan ku lanjut lagi.
Jangan lupa vote dan commentnya yah.

04-08-2018

Pernikahan yang tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang