Two

11.1K 617 10
                                    

Malam itu Arin sudah siap dengan dress berwarna putihnya yang nampak begitu cantik membalut tubuh indahnya. Tak lama Rachel datang dan mengatakan kalau James sudah menjemput mereka berdua. Arin segera menyambar tasnya dan beranjak keluar mengikuti Rachel.

"Mau kemana kalian?" pertanyaan itu menghentikan langkah mereka.

"Kami akan pergi ke acaranya kak James," ucap Arin dengan cepat sebelum kekasihnya itu curiga.

"Benarkah? Ku pikir James tidak sedang mengadakan acara," ucap Ethan tampak menyipitkan matanya menatap tajam ke arah Arin dan Rachel bergantian.

"Kami serius, Kakak." Kali ini Rachel yang berucap.

"Aku tidak percaya," ucapnya Ethan. "Tunggu sebentar, aku akan mengambil kunci mobil, sebaiknya kita pergi makan malam," ucap Ethan dan seketika tatapan mereka berdua melebar.

"Jangan!" pekik keduanya membuat Ethan mengernyitkan dahinya. Kali ini Arin berjalan mendekatinya dengan puppy eyesnya.

"Aku membenci wajah seperti ini, Arin!" gerutu Ethan yang tak tahan melihat wajah kekasihnya seperti ini.

"Boleh yah kami keluar, Kak James sudah ada di luar kok." Rengeknya.

"Tidak Arin!"

"Ethan!" gerutu Arin mengerucutkan bibirnya membuat Ethan gemas sendiri.

"Tidak sebelum kau memberiku ciuman," ucap Ethan dengan menggulum senyumannya membuat Arin memutar bola matanya.

"Heh gadis kecil, berbaliklah. Kau belum cukup umur," perintah Ethan membuat Rachel mencibir.

"Hmmm," jawabnya beranjak menuju pintu lift dan berteriak akan menunggunya di bawah.

"Tahan sedikit lagi, Ethan. Kita akan menikah dua minggu lagi," ucap Arin dengan senyumannya.

"Aku tidak bisa menunggu selama itu, Arin." Ethan mengecup bibir merah Arin yang selalu ia rindukan setiap saat.

"Kau sungguh tidak sabaran," kekeh Arin mengalungkan kedua tangannya di leher Ethan.

"Kau tampak cantik, bahkan kau mampu membangunkan juniorku. Bisakah kau tetap tinggal bersamaku dan biarkan gadis kecil itu pergi bersama James," ucap Ethan.

"Ingat kesepakatan kita, Ethan. Aku akan menyerahkannya padamu kalau nanti kita menikah," ucap Arin dengan senyumannya.

"Kenapa begitu?" tanyanya terus saja di ulang membuat Arin jengah sendiri.

"Karena begitulah aturan di Negaraku," ucap Arin.

"Tapi kita tidak menikah di Negaramu," ucap Ethan sungguh lucu membuat Arin tak bisa menyembunyikan kekehannya.

"Bersabarlah sebentar lagi, Stone." Mendengar penuturan Arin barusan, kening Ethan berkerut.

"Stone?"

"Karena sifatmu sungguh keras kepala seperti batu," kekeh Arin.

"Jangan pergi," ucapnya lagi membuat Arin memutar bola matanya kembali.

"Aku setiap hari bersamamu, Ranethan!" ucapnya penuh penekanan.

"Tetapi tidak tidur bersama," tambahnya membuat Arin semakin terkikik. Sungguh kekasihnya ini sangat lucu.

"Kau sengaja mengulur waktuku," ucap Arin menaikkan sebelah alisnya tanpa memperdulikan ucapan Ethan barusan.

"Ayolah Arin, kau selalu saja berpikiran negative padaku," ucapnya.

"Sudahlah, aku harus pergi sebelum adik kesayanganmu kembali kesini dan menyeretku," kekehnya mengecup bibir Ethan.

"Jangan pulang terlalu malam, aku akan mencarimu segera kalau kau pulang lebih dari pukul 11," ucapnya dengan tegas.

Pernikahan yang tak DiinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang