06. Just A Friend

470 78 87
                                    

"Nah, seperti itu. Kau 'kan calon menantuku." Ujar Mrs. Goo dengan senyum yang menawan.

Apa!?

Mrs. Goo tersenyum, "Junhoe sering bercerita tentangmu."

Yunhyeong harus dibuat terkaget lagi. Pikirannya berkecamuk, Junhoe sering cerita tentangnya? Cerita apa? Kenapa ibu dari lelaki itu menganggapnya calon menantu?

Yunhyeong membulatkan matanya kaget. Untuk sesaat ia merasa jiwanya terpisah dengan raganya karena begitu kaget. Ia menatap kedepan dengan pandangan kosong dan pikiran yang entah kemana, membuat semua orang disana menatapnya dengan khawatir.

"Yunhyeongie?" panggil Junhoe dengan manis.

Lelaki manis bermarga Song itu merasa dunianya kembali, kesadarannya telah sepenuhnya kembali. Wajahnya memerah, apa katanya? Yunhyeongie?

Blush!

"E-eh, i-iya?" jawabnya tergagap.

Ia merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya tergagap disaat seperti ini. Dipikirnya Junhoe akan mengejeknya karena tergagap – Junhoe itu menyebalkan dan tukang bully. Tapi kali ini ia salah. Yang dilihatnya adalah Junhoe tersenyum manis dan lembut kepadanya.

"Kau baik-baik saja? Kalau kau merasa canggung dan tidak ingin makan bersama kami tak apa, aku akan mengantarkanmu pulang." Katanya sambil tersenyum.

"Ah tidak apa, aku baik-baik saja." Ia mencoba tersenyum dengan rileks, meskipun pikirannya berkecamuk.

"Kalau begitu ayo kita mulai makan."

***

"Uh, mom, tidak usah repot-repot." Yunhyeong menatap Mrs. Goo dengan pandangan tidak enak.

Setelah selesai makan, ibu dari Goo Junhoe itu memberikan satu kantong berisi oleh-oleh dari Negeri Sakura. Ada satu kotak Strawberry Daifuku, satu kotak Tokyo Banana, satu kotak Tokyo Cheese Biscuits, satu bungkus teh hijau, dan Kitkat dengan beragam rasa.

Apa benar ibunya Wooshin tidak menyukai Junhoe karena perbedaan kasta? Kali ini Yunhyeong benar-benar yakin Junhoe bukanlah orang tidak mampu. Melihat beragam oleh-oleh khas Jepang yang diberikan padanya cukup banyak, juga bagaimana keluarganya terlihat berkelas saat makan malam tadi. Fashion mereka juga tidak bisa diremehkan.

"Tidak apa, sayang. Sampaikan salam kami untuk kedua orang tuamu, eum? Kapan-kapan mainlah ke rumah," Mrs. Goo mengelus surai cokelat Yunhyeong.

"Nanti kusampaikan. Terimakasih banyak untuk makan malam dan oleh-olehnya." Yunhyeong membungkuk.

"Baiklah kalau begitu aku mengantar Yunhyeong dulu," pamit Junhoe.

Junhoe kemudian berjalan menuju pelataran parkir bersama Yunhyeong di sampingnya. Pemuda Goo itu kemudian memasukkan barang Yunhyeong ke dalam mobil dan berlari menuju kursi kemudi, memasang seat-belt.

Suasana di dalam mobil seketika hening. Junhoe terlalu fokus menyetir karena jujur ia merasa mengantuk, sedangkan Yunhyeong merasa linglung. Tentang semua ini, tentang hubungannya dan Junhoe.

Calon menantu katanya?

Calon menantu apanya? Jangankan calon menantu, pacaran saja tidak!

Diam-diam Yunhyeong mengerucutkan bibirnya akan pikiran itu, merasa konyol sendiri. Ia jadi berpikir, sebenarnya apa hubungannya dan Junhoe?

Teman? Tapi apa wajar teman melakukan hal-hal manis seperti yang mereka lakukan?

Pergi menonton di bioskop, pergi ke kedai es krim berdua, mengantarnya ke stasiun, mengkhawatikan satu sama lain, pergi ke toko buku bersama, berbagi cerita, mengantar dan menjemputnya, bahkan sampai makan malam dengan keluarga Junhoe?

Favorite Worst NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang