09. Untitled

440 84 93
                                    


Jisoo terbelalak melihat postingan Jinhwan, jadi benar, eh? Jisoo tidak habis pikir, entah Kim Jinhwan yang sinting, atau Goo junhoe yang brengsek.

Pemuda Hong itu gelagapan. Ia bingung harus memberi reaksi seperti apa pada Yunhyeong tentang postingan Jinhwan. Terlebih melihat Yunhyeong yang kini menunduk menyembunyikan wajahnya yang merah padam, berusaha menahan tangis meskipun sia-sia.

Yunhyeong terisak pelan, suara isakannya terdengar menyayat hati, "Jisoo-ya, jangan antar aku ke rumah. Bo- bolehkah aku menginap? Di apartemenmu, sehari saja?" tanyanya memelas.

Jisoo tahu, tidak mungkin Yunhyeong pulang ke rumahnya dengan keadaan seperti ini, terlihat mengenaskan. Jisoo menghela nafasnya, kemudian menyanggupi permintaan Yunhyeong dan mulai melajukan mobilnya keluar dari pelataran parkir universitasnya. Pemuda manis bermarga Hong itu melirik Yunhyeong yang kini terisak pelan, tiba-tiba merasa canggung dengan keadaan.

Tepat ketika mereka tiba di gedung apartemen Jisoo, lelaki Hong itu mengabari Yoon Jeonghan, teman sekelasnya, bahwa sesuatu terjadi dan ia tidak bisa kembali ke kampus.

Jisoo membukakan pintu apartemennya, mempersilahkan Yunhyeong masuk. Apartemen elegan milik pemuda Hong itu nampak rapi dan tertata. Yunhyeong mengedarkan pandangannya, ia sudah tidak menangis lagi, tapi matanya merah dan bengkak, membuatnya jadi malu sendiri.

"Ini kamarku," pelan Jisoo saat mereka memasuki sebuah ruangan bernuansa putih gading yang bersih dan wangi, "kau mau baju ganti?"

Yunhyeong mengangguk, beruntung ukuran tubuh mereka tidak jauh beda. Jisoo memberikannya sebuah harem pants abu-abu dan sebuah t-shirt putih dengan corak rubah, "kau bisa menggunakan kamar mandiku untuk berganti pakaian," Jisoo menunjuk sebuah pintu putih di dalam kamarnya.

"Terimakasih, Jisoo," kata Yunhyeong yang kemudian beranjak ke kamar mandi.

Yunhyeong memperhatikan wajahnya lekat-lekat pada cermin yang bertengger di kamar mandi Jisoo. Mata sembab dan merah, kulit lusuh; seperti orang sakit. Jelek sekali...

"Pantas saja Junhoe lebih memilih Jinhwan," gumamnya, tanpa disadari hatinya meraung tidak terima.

***

GRAUKK!

"Akh! Sakit, bodoh!" Junhoe mengusap bahunya yang baru saja digigit Taeyong.

Tidak memperdulikan teriakan kesakitan dari Junhoe, Taeyong melepaskan jaket denimnya dengan pandangan buas, seolah-olah ingin menerkam lelaki bodoh di hadapannya, dan menjadikannya media pukul untuk teman bodohnya itu.

"Brengsek! Apa yang kau lakukan!?" Taeyong berteriak, wajahnya merah padam karena amarah.

Jaehyun hanya duduk memperhatikan kekasihnya yang masih betah menyiksa Junhoe dengan brutal tanpa ada niat untuk melerai. Pemuda Jung itu tidak heran lagi, ia tahu Taeyong adalah laki-laki yang kasar, meskipun lebih sering menunjukkan sikap manis dan polos.

Junhoe mengernyit bingung, "apa maksudmu?"

"Kau pacaran dengan Jinhwan?" tanya Jaehyun kalem.

Junhoe akhirnya mengerti kenapa dirinya menjadi objek kekesalan Lee Taeyong.

Karena dirinya telah menyakiti Yunhyeong.

Taeyong bahkan pernah berjanji untuk mengigit bahunya jika ia berani menyakiti Yunhyeong. Taeyong tidak bodoh, ia paham betul perasaan Yunhyeong pada Junhoe hanya dengan melihat tatapan matanya. Ia juga tahu bahwa Junhoe memiliki perasaan yang sama besarnya.

Lalu kenapa Junhoe melakukan ini?

"Maaf," Junhoe menunduk.

"Kau ini seperti bocah," akhirnya Jaehyun membuka suara, "Jun, kau itu laki-laki dewasa, tapi tingkah pengecutmu itu seperti wanita bodoh."

Junhoe hanya diam, dalam hati ia membenarkan perkataan Jaehyun. Bahkan ia sendiri merutuki sikap pengecutnya. Ia tidak tahu apa yang membuatnya menjadi seorang pengecut, hanya saja semuanya begitu rumit. Apalagi mengingat pertengkarannya dengan Chanwoo.

Lelaki tampan bermarga Goo itu menghela nafasnya, "aku- tidak tahu."

Tanpa diduga, Junhoe meneteskan airmatanya. Taeyong dan Jaehyun yang kaget kini hanya bungkam. Mereka tidak menyangka lelaki Goo itu akan menangis. Sejujurnya mereka juga tidak tahu kenapa Junhoe seperti ini, lelaki itu tidak pernah bercerita. Bahkan pertengkarannya dengan Chanwoo, tidak satupun dari Jaehyun dan Taeyong mengetahui penyebabnya.

Mereka hanya menghindari Yunhyeong karena tidak tahu jawabannya, dan tidak siap melihat ekspresi kecewa dari lelaki manis itu.

Jaehyun berdiri, memegang kedua pundak Junhoe dan mendorongnya hingga terduduk, "kau masih tidak ingin bercerita?"

Junhoe mengelap airmatanya dengan kasar, menarik nafasnya dalam sebelum mulai bercerita, "sebenarnya-"

***

A month later.

Yunhyeong berjalan dari halte bus dekat rumahnya, otaknya masih memproses percakapannya dengan Chanwoo siang tadi saat tidak sengaja bertemu di kantin.

"Kau mantan pacarnya Junhoe?"

Kedua obsidian Yunhyeong membulat, "hah? Siapa yang bilang?"

"..Junhoe?" jawab Chanwoo dengan ragu, "um, bukan, ya? Ya sudah, lupakan."

Apa maksudnya? Kenapa Chanwoo bisa berpikir bahwa ia pernah menjadi kekasih Junhoe?

"Song Yunhyeong!" Yunhyeong yang terlalu tenggelam dalam lamunannya, tidak menyangka mendapati Lee Taeyong berdiri di depan pintu pagarnya. Samar-samar ia melihat Taeyong tersenyum tipis, melambaikan tangannya dengan canggung.

"Um, Yunhyeong? Bolehkah aku masuk?" kata Taeyong tanpa basa-basi, "ada hal yang harus ku bicarakan."

Pemuda Song itu mengangguk, meskipun masih terheran dengan alasan sahabat dari Junhoe ini bertandang ke kediamannya. Sendirian, tanpa Jaehyun.

"Bisakah kita berbicara di dalam kamar? Kurasa aku membutuhkan privasi."

Lagi-lagi Yunhyeong hanya mengangguk. Ia mempersilahkan Taeyong masuk ke dalam kamarnya yang tertata rapi, kemudian berjalan ke dapur untuk membawa minuman dan camilan untuk tamu dadakannya itu.

Yunhyeong menyimpan nampan yang dibawanya di atas meja nakas, "duduklah," katanya menepuk bagian kosong di ranjangnya.

"Terimakasih," kata Taeyong, lalu duduk di sebelah Yunhyeong.

Taeyong mengambil tangan Yunhyeong dan menggenggamnya, pemuda berambut pink pucat itu mengigit bibir bawahnya gugup, "Yunhyeong-a, aku mau minta maaf sebelumnya. Aku tahu ini bukan urusanku, tapi kurasa kau harus tahu yang sebenarnya terjadi."

Yunhyeong mengangguk, membiarkan Taeyong melanjutkan.

"Aku yakin berita Junhoe dan Jinhwan berpacaran sudah sampai di telingamu. Bahkan mungkin dari hari pertama hal itu terjadi," Taeyong menatap wajah Yunhyeong lekat, "aku meminta maaf atas kebodohan Junhoe."

Yunhyeong mengernyit bingung, kenapa Taeyong minta maaf?

"Sudahlah, tidak apa, Taeyong. Mungkin memang perasaanku yang sepihak," katanya sambil tersenyum tulus.

Kejadian itu sudah berlalu selama satu bulan, Yunhyeong sedikit-sedikit belajar merelakan apa yang bukan miliknya. Bohong kalau dia bilang sudah melupakannya, itu sangat munafik, dan Yunhyeong tidak mau bersikap kekanakan.

Yunhyeong telah menjadi pribadi yang jauh lebih tegar semenjak adanya konfirmasi berita pacarannya Junhoe dengan Jinhwan adalah benar. Ia berusaha membuat dirinya sibuk agar tidak memikirkan hal itu, meskipun sulit dan berat, tapi Yunhyeong berhasil melewatinya.

"Junhoe malakukannya karena terpaksa, Yunhyeong."

Apa katanya? Terpaksa? Tapi, kenapa?



To be continued.


Halaaa~ kali ini ga bakal kasih author notes seperti biasanya, tapi mau nanya.

Menurut readers sekalian, gimana sih works yang selama ini aku buat? Jelek ya? Adakah yang berkenan mereview?

Oke cukup itu pertanyaannya, aku juga ga bakal minta kalian tinggalin jejak, udah cape :(

Favorite Worst NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang