9: Wonwoo

637 89 5
                                    

Dua mata menyipit itu membidik si tubuh teman dari samping. Bukannya menyipit, memang matanya seperti itu. Namun, tetap sudut pandangnya kali ini berbeda.

Penuh pertanyaan. 

"Jadi kau gay?"

Mingyu entah dari kapan akan menyudahi keterlenaannya menatapi sisi jauh di bawah sana, memandangi satu pemuda pendiam yang begitu tenang di bangku, yang menatapi sekitar dengan rasa tak tertarik. Tidak ada yang menemani ia mengobrol, bahkan untuk ukuran pelajaran olahraga yang begitu bebas, tidak ada yang mengajakanya main bola bersama. Atau sekedar mengajaknya mengobrol membahas sesuatu. 

Laki-laki itu selalu terbuang. dan Mingyu merasa kasihan, sekaligus terpukau dengan kepolosan wajahnya yang terkena pancaran sinar mentari siang itu. Apa ia bahkan sadar dengan peluh yang basah di kening dan lehernya? 

Mingyu ingin mengelapnya, yang dengan setengah sadar menjadi sebuah gerakan tangannya yang bergantung  di udara, ke luar jendela. 

"Woy! Mingyu! Ini anak menggigau apa lagi?!"Hoshi gemas, dia menendang kaki meja hingga tempat bertenggernya Mingyu berhalusinasi jadi bergerak kasar. Menghapus angan-angan laki-laki tampan itu. 

"Apa sih?!" protesnya. Hoshi memutar mata, kenapa jadi dia yang dimarahin?

"Aku tanya padamu. Apa kau bahkan jadi gay karena suka anak mengerikan itu?" mata Hoshi melirik acuh. "Sepertinya aku tahu jawabannya."

"Enak saja. Aku tidak seperti itu. Memangnya aku tertarik denganmu? Tidak!" 

"Ya udah biasa aja bilang 'Tidak' nya!" 

Mingyu tertawa melihat ekspresi sebal Hoshi yang sejak kemarin begitu annoying tiap kali berada di sampingnya. 

Sejak kejadian pemberian gelang pada waktu itu, Hoshi selalu mencium kecurigaan di sekitar Mingyu. Dari sebuah intuisi 'Mingyu adalah penyuka sesama', atau 'ia diancam jadi pembantu nya Wonwoo'. 

Baru kali ini lelaki berambut pirang itu dengan latah mempertanyakannya. Dari selang beberapa hari terlewati. 

Mingyu kembali menatapi sosok laki-laki itu yang tampak mengantuk, tapi masih belum pergi. Apa mungkin ditugasi jadi pengawas lapangan? Mingyu tersenyum. 

"Aku hanya menyukainya. Entah kenapa di mataku, hanya dia yang membuatku jatuh cinta. Perempuan manapun sepertinya sudah tidak menarik. Apalagi laki-laki. Aku tidak merasa suka laki-laki sejak awal, pengecualian untuknya." Penjelasan Mingyu, membuat Hoshi mengatup mulut dengan gelagat ketakutan. Ia benar-benar terkejut dengan semacam pengakuan sahabatnya itu. 

"La--lu, apa yang kau suka darinya? Pasti ada alasan. Apalagi dia anak bermasalah, dan kau tidak suka terlibat dengan orang bermasalah, kan?"

Mingyu cekikikan sendiri. Bagaimana ya? Darimana ia harus mengungkapkannya? 

Begitu banyak ingin ia tunjukkan  pada Hoshi , apa saja kesempurnaan pemuda itu di dalam hatinya. 

"Eum, kurasa.." Mingyu menerka-nerka. Ia sedang pilah pilih kata di 'kamus Korea' otaknya untuk maksud yang paling jelas dan mudah. 

"Dia itu baik, pintar, murah senyum.." Mingyu menjeda, sungging-sungging senyum sudah bikin Hoshi mual. "Ia menggemaskan."

"OMG!" Hoshi berjengit takut. "kau lihat! Bulu kudukku langsung merinding." dan Hoshi tidak bohong setelah menunjukkan tangannya. 

Gemetaran yang dirasakan sang sahabat tidak digubris Mingyu. Ia sangat puas mengungkapkan. Kenyataannya memang seperti itu. Namun tidak ada temannya yang akan tahu , tidak ada satupun. Ia berniat untuk menyimpannya. Jauh untuk di lubuk hatinya. 

EYE WITNESS; Meanie[√] Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon