4: Wonwoo

773 111 0
                                    


Sampah-sampah yang berserakan tak karuan sekitar lapangan ini, bersih sudah. Aku tidak mengerti kenapa sekolah ini membiarkan lapangan dibiarkan kumuh seenaknya saja sampai menunggu siswa tak berdosa seperti kami membersihkannya.

"Ah, selesai juga."

Mingyu tampak lelah. Merebahkan diri di antara bentangan rerumputan. Kulihat tangan laki-laki itu sudah kotor oleh tanah. Ia membiarkan tangannya kotor, memunguti sampah tanpa jijik. Mungkin ia terlalu asyik bercengkrama padaku, sampai-sampai tak menyadari betapa menjijikkannya benda-benda yang ia pungut dengan tangan telanjangnya.

Aku berlutut di sampingnya. Kupikir saking kelelahannya, ia tak sampai hati ingin membangunkan kedua matanya. Ini kesempatanku untuk membersihkan tangannya yang kotor.

Bagian bawah dari kemeja seragamku menyapu tangannya dengan lembut dan hati-hati. Aku tak ingin membuatnya sadar atas perhatianku yang tidak berarti ini. Aku tidak mau ia kegeeran atas perlakuanku. Kumohon semoga ia masih terlelap.

Ah, sudah. Tangannya setidaknya sudah lebih bersih dari sebelumnya. Ia masih asyik mendengkur. Wajah nya penuh peluh, dengan sunggingan senyuman yang konyol. Tapi,

Ia cukup tampan.

Aku merasa bersanding dengannya, hanya akan membuat kesan 'keren'nya mendadak menjijikkan. Sudah seharusnya aku menjaga jarak pada siapapun.

"Hei! Enak sekali kalian malah malas-malasan!"

Pria botak sedari tadi mengawasi kami. Gertakannya membuat telingaku panas. Ditambah, ia tidak menganggap semua kerja keras kami selama hampir 1 jam? Menganggap kami malas-malasan? Inilah yang membuat tanganku siap untuk menghanjar pria br*ngsk ini.

Happ

Saat aku sudah siap bangun untuk menutup mulut pria sialan tadi, suatu genggaman menarikku. Aku tersungkur kembali ke tanah. Mingyu sudah bangun rupanya. Ia kembali berdiri, membungkuk hormat pada pria brngsek itu. Entah apa yang ada di pikiran dangkal Mingyu hingga bisa memaafkan mulut bngst nya.

"Maaf Pak. Kami sudah selesai membersihkan. Karena terlalu lelah, saya ketiduran tadi." Mingyu cengengesan. Benar-benar tipikal dirinya yang suka bersenang-senang, apalagi dengan kondisi menggerahkan ini.

"Terserah kau saja. Tapi kalian harus kembali ke kelas. Awas kalau kalian bolos." Pria botak itu melirikku dengan tidak suka. Aku merasakan permusuhan dengan pria ini sejak dari tadi.

"Dan seragammu. Kotor sekali. Bersihkan!"

Kau tidak usah membentakku, sialan! Aku juga tahu apa yang harus kulakukan! Gertakku yang hanya bisa kusampaikan dalam tak hentinya bergemelutuk untuk mengekspresikan rasa kesalku.

"Fiuh. Lepas juga hewan peliharaan kita." Mingyu menghampiriku. Membantuku untuk bangun.

"Eh?" Tiba-tiba ia berhenti mengulurkan tangan kanannya. Ia mengamati lama. Entah apa yang sedang ia pikirkan.

"Tanganku kayaknya tadi kotor sekali. Sekarang sudah agak bersih."

Dua matanya tiba-tiba bergerak menuju bagian bawah kemejaku yang ditegur sangat kotor penuh tanah. Ia tidak tahu bahwa aku yang membersihkan tangannya, kan?

"A—aku tadi terjatuh." aku tak ingin ia membayangkan kejadian apa yang kulakukan padanya, sehingga aku segera beralasan. Walaupun, itu alasan yang kurang ampuh.

Mingyu mendadak tersenyum.

Entahlah, aku merasa aneh dengan senyumnya itu, lagi.

Ia membantuku untuk bangun. "Kau harus kembali ke kelas. Well, ke kelas yang kau tak ingin masuk, right?"

EYE WITNESS; Meanie[√] Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon