7: Mingyu

801 106 1
                                    

Aku merasa tidak enak setelah kejadian semalam. Momentum tersebut menganggu ingatanku beberapa kali, bahkan hingga pagi ini, saat aku belum siap apapun untuk 30 menit lagi masuk sekolah. Blank. Apa yang kulakukan , apa yang selanjutnya kulakukan, apa yang sebelumnya kulakukan.

Hanya termenung saja di depan cermin dengan wajah kurang tidur, dan kaus berantakan. Hening hingga beberapa waktu ke depan.

Sampai akhirnya suara ketukan keras, memekak ke dalam kamar.

"Kak Mingyu, ka-"

Aku menengok ke arah Minji yang segera mengatup mulut dengan ekspresi ketakutan. Aku sendiri tanpa sadar sudah menunjukkan wajah suram ini. Masih tenggelam dengan setengah bunga mimpi yang masih menyangkut.

"I-IBUUU! KAK MINGYU SAKIITTT!!!"
Minji berteriak histeris.

.

.

.

.

.

.

.

"Jadi kau bertengkar dengan Wonwoo?"

Aku menelan rotiku yang sudah kukunyah dengan berat, memperhatikan keseriuan ayahku yang dengan baik mau menyudahi baca korannya sementara demi ikut campur urusanku.

"Bu-bukan seperti itu sebenarnya. Sungguh."

"Tapi kau bilang sendiri bahwa kau menyesal melakukannya pada Wonwoo tadi malam. Ada apa masalahnya?"

Semua mata mengarah padaku dengan serius dan mencercaku dengan berbagai spekulasi miring mereka seperti aku adalah pelaku kejahatan. Aku menelan ludah, sungguh ini adalah sesuatu yang sangat mencemaskan.

"Kak Mingyu, apain kak Wonwoo?!" Minji tiba tiba merengkuh lenganku, sedikit gemas seperti ingin mencabik daging-dagingnya, dan memakan bulat-bulat. Ia tidak mau Oppa favoritnya itu diperlakukan tidak baik oleh kakak kandungnya sendiri. Tidak ada ampun, meskipun yang sedarah itu siapa.

"Hei, aku tidak melukainya atau bahkan memukulnya. Tidak ada sedikit pun. Err.." aku mengacak rambut gemas. Terasa frustasi di interogasi oleh keluarga sendiri. "Aku hanya kepikiran masalah itu, dan kupikir aku sangat menyesal. Kenapa aku melakukannya."

Ayah dan Ibuku bertukar tatapan. Masih belum paham dengan arah pembicaraanku. Terlalu ambigu, mengandung ratusan makna. Mana yang benar, tidak bisa kubeberkan dengan jelas. Mulutku mengatup rapat.

Mana mungkin menjelaskan tragedi 'penciuman' itu. Aku bisa disudahi sebagai pelaku kejahatan seksual pada sesama jenis.

Minji yang menerka paling keras, mulai menggertak gigi. Kerut keningnya mengendur, seolah baru menemukan jawaban.

"Oh My God!" Minji tiba-tiba menangkup bibir seolah sesuatu mengejutkannya. "Jangan bilang, Kak Mingyu..."

"A-Apa?!" aku mulai curiga dengan segala gerak-gerik nya. Perasaanku benar tidak enak.

"Ada apa? Kau tau sesuatu, Minji?" Ibuku mulai antusias penasaran. Ditunggunya jawaban dari Minji yang berkali-kali mengarah mata ke kiri-kanan, dengan was-was. Sama saja, seolah Minji serupa ingin menyangkal intuisi nya.

Kumohon jangan pernah dikeluarkan dari mulut licikmu.

"Ah, waktunya berangkat!" Minji mengecek jam tangan. "Aku bisa telat ke sekolah!"

Dengan sigap, dirinya menarik tanganku. Membawaku bersamanya untuk ikut berangkat ke sekolah. Aku mengelak, karena selain tarikan tangannya amat kuat bikin sakit, aku juga jarang pergi ke sekolah bersamanya. Ini adalah sesuatu yang sangat tak biasa.

EYE WITNESS; Meanie[√] Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon