11: Wonwoo [Last]

1.1K 87 7
                                    

Note : Ini akan jadi chapter yang lebih panjang dari chapter lainnya. Ada unsur "pemaksaan", jadi mohon dimaklumi jika ada salah, luput pengeditan. Sesungguhnya, saya telah melakukan yang terbaik untuk kalian :') Terima kasih, semoga bisa dinikmati....

.

.

.

.

.

.

.

Aku kembali di tempat ini. Usang, berdebu, bau kematian dimana-mana yang mulai terbiasa untukku setelah kurang lebih 3 hari ku disekap. Kenangan tidak indah yang membuatku kembali kemari.

Sudah tidak bisa banyak berpikir dengan apa yang kuperbuat. Sambil mengenggam dokumen jahanam ini yang mengawali sebuah perjanjian untuk berkhianat, aku memasuki rumah itu lagi seperti yang disuruh para pria berbadan besar yang membuatku tidak bisa berkutik lagi.

Badanku berkali-kali di dorong dari belakang, disuruh mempercepat langkah. Aku berkali mendecih mereka atas perbuatan tidak manusiawi ini.

Tak berapa lama, aku kembali ke dalam ruangan sebagai saksi kami berdua pertama kali bertemu. Pria itu sibuk menyedot cerutunya tanpa cemas dunia kriminalitas yang dibuatnya bisa menjebloskannya ke penjara kapanpun.

"Kau datang kemari pasti membawakan hadiah?"

Aku malas untuk ikut terhibur seperti yang dirasakannya. Bahkan aku tak bisa tersenyum sama sekali.

"Berikan benda itu. Kau sangat cepat dalam bertugas rupanya."

Awalnya ada rasa ragu. Barang ini belum sempat kuperiksa sama sekali isinya, kecuali memastikan dari pembicaraan 2 orang beberapa waktu sebelumnya. Barang yang sempat diciri-cirikan sesuai. Tidak salah lagi, juga ada tidak yakin. Benarkah dokumen ini bisa mempercepat penyelesaian masalahku?

Dalam kegusaranku yang cukup lama, aku pun mendapati pria itu tiba-tiba menginstruksi seseorang.

Kulihat ke belakang, dan mendapati karyawan cerobohnya datang lagi menampakkan mukanya yang menua setelah 13 tahun berlalu. Wajah karyawan itu selalu terlihat ketakutan jika berhadapan denganku. Mungkin dipergunakan sebagai taruhan antara masuk penjara atau tidak, membuat dirinya was-was.

"Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak pernah mengingkari janji untuk urusan seserius ini." ucapnya santai sambil menepuk tubuh karyawannya itu seperti memberi pukulan mematikan yang menyirat 'siap kau mati di penjara, kan?'

Dengan lengahan nafas , aku pun menyerah dalam kebimbangan. Maju beberapa langkah mendekati meja, kuulurkan dokumen yang ia mau.

Wajahnya sumringah, dirinya langsung merebut beberapa lembar kertas itu cekatan. Melihat isinya dengan kegembiraan seperti mendapat hadiah.

"Ini dia!! Ini yang kuperlukan!! Aku bebas!!"

Alisku bertaut, tidak mengerti. Kulihat sekitar, semua bawahannya ikut mengumbar suka cita.

Apa yang terjadi? Apa aku melewatkan sesuatu?

"Tunggu. Ini benar, kan? Kau akan membebaskan kami dari hutang, dan menyelesaikan perkara hukum ayahku?!" aku mencoba memastikan karena hanya diriku yang tidak bersenang-senang disini.

Pria itu , siapa namanya pun aku sudah tidak ingat--akhirnya memberikan dokumen itu pada salah satu bawahannya. Minta ditaruh ke tempat rahasia. Ia mengetuk-ngetuk meja dengan pulpennya, dan mendongak angkuh. Aku tak pernah suka dengan sikapnya.

"Tentu saja. Itu sangat mudah, dan semuanya akan beres." Ia lalu merogoh sesuatu dari laci mejanya. Mengulurkan beberapa lembar dan mengulurkannya padaku. Apa itu? Aku tidak tertarik dengan sampah.

EYE WITNESS; Meanie[√] Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon