"Aku butuh waktu... "
>>>
Seminggu sudah kejadian itu berlalu. Banyak hal yang berubah di apartement ini. Termasuk hubungan dua orang berbeda gender yang menghuninya.
Al dan Yuki.
Mereka seperti dua orang asing yang tak pernah bertemu sebelumnya. Bahkan hubungan rumah tangga yang mereka jalani lebih dingin daripada bulan pertama mereka resmi menyandang sebagai suami-istri.
Bicara berdua saja jarang, bahkan hanya sekedar menyapa saja juga tidak sama sekali. Mereka benar-benar membentang jarak yang jauh, satu dengan yang lainnya. Seperti ada tembok besar yang menghalangi kesadaran mereka akan pentingnya komunikasi.
Yuki, wanita itu terus menangis sepanjang hari ini. Biasanya ia hanya akan menangis pada malam hari karena merasa kesal dengan sikap Al yang berubah semakin membeku seperti ini.
Awalnya Yuki bernafas lega kala Al kembali ke apartement malam itu. Bisa dibilang kembali pada pagi buta, karena Al waktu itu pulang pukul 2 pagi. Membuat hati Yuki gundah bukan main memikirkan hal yang tidak-tidak.
Waktu itu, Yuki masih duduk di sofa, masih dalam keadaan menangis. Air matanya tak kunjung reda padahal sudah berusaha sekuat tenaga menghentikannya. Tapi sialannya, air mata itu terus mengalir membasahi kedua pipinya.
Al berlalu begitu saja, melewatinya, tanpa berbicara sepatah katapun. Hanya sebuah tatapan terluka yang Yuki lihat dari sorot mata sang suami. Keadaannya berantakan, rambutnya tak tertata dengan rapi seperti biasanya. Ada sedikit lebam di sudut bibirnya yang sedikit membiru. Yang membuat Yuki khawatir bukan main. Ada bekas darah di tangan kanan laki-laki itu.
Apa yang dilakukan laki-laki itu sebelumnya?...
Yuki sampai memilih tidur di sofa. Anehnya, ketika ia bangun di pagi hari, ia sudah berada di kamar utama. Pasti suami es batunya yang memindahkan tubuhnya yang tertidur meringkuk. Siapa lagi?.
Pikirannya terus menerawang pada kejadian malam itu. Tentang keberaniannya berkata jujur pada sang suami.
"Ki, lo kenapa sih nangis terus?lagi berantem sama laki lo?" ujar Brandon.
"Iya nih, gue jadi parno lihat lo nangis terus... " imbuh Naya, sahabat Yuki.
Yuki hanya menggeleng. Lalu beranjak dari duduknya. Sejak siang tadi Yuki memang pergi ke kampus untuk bertemu dengan duo sahabatnya. Suntuk berada di apartement itu terus. Hingga kini menjelang sore hari, Yuki baru beranjak dari tempat nyamannya.
"Gue balik... "
"Ki... !" seru Brandon dan Naya bersamaan.
"Gue gak papa, jangan khawatir!"
"Muka sedih begitu bilang gak papa?" celetuk Naya.
Lalu sebuah anggukan dari Yuki membuat Brandon dan Naya terdiam. Mungkin memang Yuki tidak bisa menceritakan masalah rumah
tangganya pada mereka. Jadi sebuah pelukan mereka berikan pada Yuki yang masih berdiri mematung."Apapun masalah lo, gue berharap cepat selesai Ki" tutur Naya.
"Thank's guys...kalian selalu ada buat gue" ujar Yuki mengurai pelukan kedua sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR WEDDING (√)
FanfikceYuki Pramudya Wardhani , namanya. Ia adalah gadis biasa yang begitu ceria dan aktif dalam berbagai organisasi di kampusnya. Ia adalah anak tunggal di keluarganya. Ayahnya bekerja di salah satu perusahaan ternama di Jakarta sebagai Kepala bagian Tek...