CHAPTER 8

5.8K 778 52
                                    

Gue ga tau cara ngejelasin perasaan gue saat ini, lebih tepatnya perasaan gue ke Ali. Kadang dia bikin gue kagum, tapi kadang dia bisa bersikap seperti diktator yang bikin gue keki. Ucapan dia kemarin bikin gue sedikit punya harapan untuk hubungan kami, tapi, kalau liat dia lagi cuek gini, rasanya pengen mundur aja.

💓💓💓

Prilly terlihat sibuk merias diri di depan kaca saat Ali masuk ke dalam kamar. Gadis itu sudah berpakaian rapi dengan rambut yang sedari tadi di roll.

"Ehem.. kamu mau kemana hari Minggu gini?" Tanya Ali yang bersandar pada pintu sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Hah?aku?aku mau ketemu Karmen"

"Oh, aku kira kamu lagi free, tadinya mau ajak nonton" lanjut Ali.

"Ayyuukkkk, aku bisa" jawab Prilly antusias.

"Lho, bukannya mau ketemu Karmen?"
"Bisa besok ko, kita nonton aja hari ini"

"Yakin?"
"Yakin ko, ayukkk" rajuk Prilly.
"Ya udah, ayo, udah siap kan?"
"Udahhhh.." seru Prilly girang.

💓💓💓

Dalam waktu 30 menit, mereka sudah tiba di mall terdekat dari appartment. Seperti dugaan Ali, hari Minggu sudah pasti mall akan dipenuhi jutaan manusia, terutama bagi mereka yang menghabiskan waktu bersama keluarga.

Ali berjalan beriringan bersama Prilly yang sedari tadi merangkul lengannya.

"Kita makan dulu yuk, baru abis itu nonton, soalnya udah jam makan siang juga"

"Boleh aja, aku juga udah laper"

Ali membawa Prilly ke sebuah restoran Jepang, sesuai selera Prilly. Ali tahu dari Baja, Prilly sangat suka makanan Jepang, mungkin pengaruh ia pernah tinggal di Jepang beberapa tahun.

"Wahh..kok kamu tahu sih aku lagi pengen makan soba, dari kemarin kepikiran tapi ga sempet keluar" seru Prilly saat mereka masuk ke dalam restaurant tersebut.

Suasana khas Jepang disajikan sedemikian rupa, Prilly memilih meja dengan tipe lesehan, ia lebih suka makan dengan santai.

"Mau pesen apa?" Tanya Ali.
"Aku mau soba mie, sama sushi, kamu mau suki ga?"

"Iya, aku suki aja, pake nasi, aku ga suka sushi" jawab Ali.

"Kalau kamu ga suka makanan Jepang, kenapa tadi ngajak kesini?" Ucap Prilly dengan nada sedikit meninggi.

"Yang penting kan kamunya, aku makan yang lain juga ga masalah, aku cuma ga suka makanan mentah, udah deh, jangan mulai pembahasan yang berujung perdebatan, hari ini damai dulu" jawab Ali mencoba menahan emosinya.

"Enggak, aku ga mau kalau cuma aku aja yang menikmati makannya, kita ke restoran lain aja" Tanpa seijin Ali, Prilly beranjak dari posisi duduknyà dan hendak meninggalkan ruang private tersebut.

Namun belum sempat ia keluar, Ali sudah keburu menahannya.

"Duduk.. jangan pancing emosi aku" ucapnya dingin sambil memegangi pergelangan tangan Prilly. Jadilah Prilly terpaksa makan siang dengan wajah ditekuk.

Ali jelas bukan tipikal pria romantis yang bersedia melakukan apa saja untuk merayu pasangannya. Prilly kembali dibuat kesal oleh sikapnya itu.

💓💓💓

Film belum diputar, tetapi Ali dan Prilly sudah duduk di kursinya masing-masing, tanpa suara, sejak keluar dari restoran, tidak ada yang mau memulai percakapan duluan, bahkan Ali memesan tiket film tanpa persetujuan Prilly.

Susahnya Bilang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang