CHAPTER 3

6.1K 744 15
                                    

Pria pemaksa, seenaknya, tukang ngancem, kaku, nyebelin dan keras kepala itu, suami gue.

💓💓💓

Prilly sedang mengeringkan rambutnya saat tiba-tiba Ali berdiri tepat dibelakangnya.

"Haaa... Kamu ngagetin aku aja, kenapa sih tiba-tiba berdiri di situ?"

"Kamu udah daftar les masak kan?" Tanya Ali santai.

"Ckk.. nanyain itu doang? UDAH.. besok orangnya dateng kesini" jawabnya malas.

"Good.. " hanya itu yang diucapkan Ali lalu beranjak masuk ke dalam kamar mandi.

Prilly melayangkan tinjunya ke udara dengan kesal.

"Dasar, diktator" gumamnya pelan.

Setelah memastikan rambutnya kering, Prilly segera menuju tempat tidur, biasanya ia tidur tanpa menggunakan bra, tapi semenjak menikah, ia bahkan tak berani tidur hanya menggunakan lingerie seperti biasanya. Untung saja mama sudah menyiapkan daster dan piyama yang tidak terbuka, jadi Prilly tak perlu malu di depan Ali.

Tapi tidur dengan bra membuat tidurnya tidak nyenyak. Ia memberanikan diri melepaskan branya, berharap daster katunnya dapat menutupi keprivasiannya.

Untung saja ia melakukannya dengan cepat sebelum beberapa detik kemudian Ali keluar dari kamar mandi. Tapi kali ini Prilly yang dikejutkan oleh penampilan Ali yang hanya menggunakan handuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Bagian atasnya dibiarkan terbuka dan masih basah, terkesan seksi. Prilly menelan ludahnya susah payah, jantungnya tak karuan berdetak, buru-buru ia memalingkan wajahnya ke arah lain saat Ali menoleh ke arahnya.

"Sorry, tadi aku lupa bawa baju ganti" ucap Ali santai. Berbeda sekali dengan Prilly yang sudah keburu salah tingkah dan pipinya memanas.

Prilly tak menggubris, ia mengambil posisi membelakangi posisi Ali biasa tidur.

"Prill.. " Prilly melengos malas dan terpaksa menoleh ke arah Ali.

"Kenapa lagi?" Tanyanya hampir menangis.

"Besok pagi, tolong siapin baju aku ya buat ngantor" pintanya terdengar memohon.

"Emang kenapa? Kan biasanya juga nyiapin sendiri?" Tanya Prilly bingung.

"Aku bingung besok mau pake baju apa, ada lunch meeting di bukit golf" ucapnya terdengar malu-malu.

"Trus?"
"Kamu kan fashionable" ucap Ali sambil menggunakan kaos tipis berwarna krem untuk tidur.

Prilly menghela nafasnya singkat.

"Ya udah.. berarti terserah aku mau nyiapin apa aja kan?" Tanya Prilly iseng.

"Ya.. jangan asal juga, sesuain temanya" ucap Ali kembali tegas.

Prilly mengerucutkan bibirnya kesal, kembali ke posisi tidurnya.

"Yes boss" jawabnya malas.

Ali menahan tawanya melihat wajah kesal Prilly. Tanpa sengaja ia melihat sehelai bra berwarna merah di lantai samping sisi tempat tidur Prilly. Wajahnya tiba-tiba memerah, seketika bingung harus berbuat apa, dan akhirnya memilih menonton televisi sembari menunggu Prilly terlelap.

💓💓💓

Prilly menguap panjang, rasanya kantuk masih bergelayut di matanya. Tapi ia sudah harus bangun menyiapkan sarapan dan pakaian kerja untuk suaminya.

"Begini amat sih nasib gue" keluhnya malas sambil mencari pakaian yang hendak digunakan Ali untuk lunch meeting kali ini.

Ia sedikit terkejut melihat isi lemari Ali yang berisi warna putih dan hitam serta warna gradasinya. Tak ada warna lain, seperti dalam televisi di jaman dahulu yang hanya ada warna hitam, putih dan abu-abu.

Susahnya Bilang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang