“Sakura-chan kenapa kita lari?” Hinata sedikit terengah saat mengimbangi langkah Sakura yang semakin cepat. Dan Sakura hanya bergumam pelan, “Karena ini menyangkut nyawa, Hinata cepatlah!”“Nyawa siapa?” Lagi-lagi Hinata bertanya, membuat Sakura menjawabnya dengan geraman rendah, “Nyawaku lah!”
‘Sakura-chan ngomong apaan sih?’ Batin Hinata berteriak, namun gadis berponi rata itu tak berani untuk menyuarakannya dan hanya diam mengikuti Sakura yang kini berbelok menuju taman belakang Konohagaoka.
Sementara itu, Ino yang mengejar kedua sahabatnya pun mulai kewalahan, “Jidat tunggu!” Gadis itu berhenti berlari ketika sosok Sakura dan Hinata menghilang dari pandangannya.
“Kenapa berhenti?” Tenten bertanya pada Ino, gadis itu berjongkok menyamai tubuh Ino yang sudah duduk bersandar pada tembok kelas. “Aku capek tahu! Ngapain kita ikutan lari sih?” Tenten mengangguk dan ikut mendudukkan dirinya di samping Ino. “Iya juga ya.”
° ° °
Dengan nafas terengah-engah, Sakura mengistirahatkan kedua kakinya. Gadis itu bersandar pada tembok belakang gedung sekolah bersama Hinata yang kini tengah mencoba mengatur nafasnya. Tempat ini sepi, tentu saja, karena di balik tembok itu adalah ruang perpustakaan, bukan kelas atau ruang klub lain yang biasanya ramai dikunjungi.
“Sudah selesai main kejar-kejarannya?”
Sakura tersentak. Ia membuka matanya dan langsung menyesali dengan apa yang ia lihat di hadapannya sekarang.
Lelaki yang dipikirkannya sedari kemarin berdiri tegak tak jauh darinya, bersedekap dada sambil menatap tajam kearahnya. Disebelahnya ada si rambut pirang yang meneriakinya tadi tampak menyeringai senang.
“Naruto...”
“Siap Sasuke-teme, laksanakan.” Belum selesai Sasuke berbicara, lelaki berambut duren itu mendekati Hinata.
“Halo tuan putri, ayo ikut aku makan siang.” Hinata menoleh kala genggaman di telapak tangannya mengerat. Tubuh sahabatnya itu tampak kaku, “Ta-tapi—”
“Sudahlah, ayo. Biarkan mereka mengurus urusan mereka.” Seolah terbuai oleh perlakuan lembut Naruto saat melepaskan tangannya dari cengkraman Sakura, akhirnya gadis itu menurut dan mengikuti Naruto meninggalkan tempat itu.
Insting Sakura mengatakan harus segera kabur dari sini. Yah dia hendak lari, namun kalah cepat dengan Uchiha Sasuke yang sudah menarik lengan Sakura dan memojokkan gadis itu pada tembok dihadapannya.
Gadis itu meringis kesakitan, namun Sasuke seakan tak mau peduli. Lelaki itu malah menghimpit tubuh Sakura dan mengurungnya dengan sebelah tangan yang bertumpu pada tembok.
“Dengar,” Suara tegas Sasuke terdengar sangat mengintimidasi. “Kau harus menjawab jujur pertanyaanku, mengerti?”
Sakura bergidik saat suara itu memasuki pendengarannya dan membuat Sasuke menggeram karena perkataannya tak direspon oleh Sakura.
“Hei gulali! Kau dengar tidak?!”
Sakura mengangguk cepat, dan Sasuke merapatkan tubuhnya semakin menghimpit Sakura.
“Jadi kau melihat semua kejadian tadi malam?” Emerald Sakura membulat sempurna, bibirnya pun mulai gemetar.
“Jawab!” Gertakan Sasuke membuat Sakura menelan ludah dengan susah payah. “I-iya,” Dan firasat Sakura semakin buruk melihat seringai tipis muncul di wajah Sasuke.
Lelaki itu merogoh saku celananya. Kemudian mengeluarkan pisau lipat yang lagi-lagi membuat Sakura melotot untuk kesekian kalinya.
“Un-Untuk apa itu!” Sakura bergumam, “Kau jangan berani macam-macam denganku!” Gadis itu pun berseru. Namun ia harus kembali menyesali ucapannya begitu melihat kilatan marah pada mata Sasuke.
“Seharusnya aku yang mengatakan itu.” Sasuke mengacugan pisau lipatnya tepat di hadapan Sakura. “Kau telah membuatku marah...”
“Tunggu!” Sakura mulai panik, “Aku tidak mengerti. Sebenarnya apa yang kau inginkan?”
“Bukankah sudah jelas?” Sasuke mulai memainkan ujung pisau itu di kening Sakura, membuat gadis itu menahan nafas. “Kau sudah melihat semuanya...” Benda tajam nan dingin itu menyentuh pelipis Sakura, hanya meraba, tidak menekan, namun tetap membuat Sakura takut setengah mati.
“Lantas? Kenapa? Aku bahkan belum menceritakannya pada siapa pun—”
“Diam!” Sakura bungkam, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.
“Justru itu,” Pisau itu kembali bergerak, turun melalui sisi pipi Sakura, kemudian berhenti tepat di sudut bibir gadis itu. Onyx Sasuke yang juga menatap bibir Sakura, kini beralih pada emeraldnya.
“Saksi mata harus musnah sebelum bukti tersebar.”
DEG!
Hati Sakura mencelos, ‘Sial. Aku menggali kuburanku sendiri.’
“Sakuraaa!” Tenten datang dari kejauhan. “Kemana saja kau! Aku mencarimu—Ah! Maaf aku tidak bermaksud untuk mengganggu.” Tenten terkejut melihat Sasuke juga berada di sana, terlebih lagi posisi Sakura yang dihimpit oleh Sasuke.
Awalnya, Tenten dan Ino berniat mencari Sakura tadi, mereka berpencar dan ia sengaja mencari Sakura di sekitar taman belakang sekolah dan malah disajikan pemandangan yang iya iya.
Dengan cepat, Sasuke memasukkan kembali pisau lipatnya ke dalam saku celananya tanpa sepengetahuan Tenten juga Sakura.
“Oh, kau.” Sasuke berbalik, menoleh ke arah Tenten. Sementara Sakura masih terlalu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, sehingga ia hanya bisa bernafas lega dalam pikirannya.
“Hehehe... maaf ya anak baru. Bisa pinjam Sakura sebentar.”
“Hn, Silahkan.”
“Sakura?” Tenten memanggil, masih dari jarak dua meter dari Sakura dan Sasuke. Namun Sakura masih tak merespon, dia masih shock, yah tentu saja. Tidak pernah menerima ancaman pembunuhan, hn?
Sasuke melirik Sakura, emerald gadis itu tampak kosong, dan mulutnya sedikit terbuka, dengan goresan kecil di sudut bibirnya. Sasuke pun agak terkejut melihatnya, tanpa sadar rupanya pisau lipat yang ia sembunyikan tadi sempat menggores sudut bibir Sakura.
Sakura kembali dikejutkan dengan tindakan Sasuke. Lelaki itu menyentuh sudut bibir Sakura yang sedikit berdarah, lalu mengusapnya perlahan, berniat menghapus jejak kejahatannya. Namun tindakan itu memancing rasa penasaran Tenten yang melihatnya.
Detak jantung Sakura semakin kencang, sangat kencang, tapi anehnya dia merasa degup jantung ini agak berbeda dengan yang tadi.
“Tidak apa,” Suara Sasuke mendadak terdengar lebih lembut. “Mungkin lain kali...” Sasuke menatap Sakura dan seringai tipis itu kembali muncul di wajah tampannya.
Setelahnya Sasuke pun pergi meninggalkan Sakura dan Tenten.
Tenten berjalan mendekati Sakura. Sementara gadis berambut merah muda itu merosot dari sandarannya. Duduk di atas rumput sambil mencerna ucapan terakhir Sasuke tadi.
“Sakura? Kau kenapa? Apa yang si anak baru itu lakukan sampai kau lemas begini? Ayo bangun.” Mendadak Sakura tersentak dari lamunannya, namun ia tetap menurut pada Tenten yang sudah membantunya berdiri.
‘Maksudnya apaan coba? Mungkin lain? Apakah dia benar-benar ingin membunuhku? Bagaimana ini? Apa aku harus pindah ke luar kota? Sial! Harusnya aku lapor polisi kemarin.’
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL BY THE WINDOW
FantastikNaruto © Masashi kishimoto Devil By The Window © Akaknim Sensitive content! Sakura hanyalah seorang siswi biasa sebelum dia terlibat masalah dengan teman sekolahnya yang super misterius dan aneh. Oh ayolah, dirinya hanya ingin hidup normal seperti m...