4. Jumat

4.1K 543 50
                                    

Kamar Taeyong begitu rapi. Meja yang berisi beberapa buku bertumpuk elok benar-benar aestetik. Penataan yang tepat membuat orang yang melihatnya tahu bahwa pemilik sangat menyukai seni.

Pemuda itu duduk membelakangi ranjangnya. Mencari kesibukan sendiri dengan menyusun pensil warna dari warna gelap ke terang.

Adalah Jaehyun, gundukan daging yang berbaring diranjang Taeyong dengan santai. Menggunakan bantal Taeyong. Menggunakan selimut Taeyong. Dan menggunakan semua milik Taeyong. Kecuali satu buku yang dia pegang. Itu miliknya.

"Ini kamar ku apa kamar kamu sih?!" tiba-tiba Taeyong berbalik, mengatakannya penuh rasa kesal.

"Ya kamar kamu lah, pake nanya gak penting."

"Seharusnya yang tidur disitu kan aku,"

"Ya sok atuh tidur bersama," Jaehyun hanya menoleh sebentar pada Taeyong. Lalu menggeser tubuhnya agak kesamping. "Sini..sini.." Dia menepuk bagian samping kasur yang kosong dan membagi bantalnya.

Taeyong kembali mengabsen pensil warnanya masih cemberut dengan kelakuan Jaehyun.

"Aku ganggu ya?" Ujar Jaehyun lemah.

Taeyong kembali berbalik, memandang Jaehyun cukup lama. Memonopoli tatap menatap selama beberapa detik.

Taeyong menggeleng.

"Sini atuh," Jaehyun tersenyum.

Taeyong berdiri, meninggalkan begitu saja pensil warna yang sudah tertata rapi. Ia naik ke ranjang miliknya. Membanting badannya sendiri disamping Jaehyun lalu memeluk tubuh disampingnya sambil menenggelamkan wajahnya sendiri dipundak Jaehyun.

Waw. Manjha.

Jaehyun mengangkat lengannya keatas, membenarkan posisinya agar mudah membalas pelukan Taeyong.

Lalu.

"U-UHK!" Jaehyun terbatuk.

"Kunaon?"

"Kirain mau manja manja kamu, taunya ngegencet,"

Taeyong cekikikan kemudian melepas pelukannya dari Jaehyun.

"Itu buku apa?" Taeyong menunjuk buku disebelah Jaehyun.

"Ini? Primbon. Betaljemur Adammakna."

"Apa itu?"

"Memuat ilmu-ilmu Jawa peninggalan para pujangga. Dipetik dari kitab adamakna karya dari Kanjeng Pangeran Harya Cakraningrat."

"Sumpah kamu??"

"Mau baca bareng?"

Taeyong memutar bola matanya. Ia menarik selimut dan menatap langit-langit kamarnya. "Baca shojou manga kek, novel romantis kek, Primbon."

"Ehhh... Liat sekarang malam Jumat loh. Jumat wage."

"Kenapa kalo Jumat wage?"

"Makanya baca bareng,"

"Nggak,"

Jaehyun menatap Taeyong. Menutup Primbon nya kemudian menarik selimut setara dengan Taeyong.

"Sekarang malam Jumat loh,"

"Iya biarin aja,"

"Horor,"

"Nggak takut,"

Jaehyun menghembuskan napasnya. Ikut menatap langit-langit kamar Taeyong.

Awkward.

Dan tiba-tiba Jaehyun memekik. Karena lampu kamar mati begitu saja.

"GAHH~"

Dalam waktu yang sama Taeyong mendekatkan tubuhnya dengan Jaehyun dan ikut memekik.

"AAAHHH~" Taeyong memukul Jaehyun.

"Sakit,"

"Kamu matiin lampunya ya?!"

"Enggak, kan aku dari tadi disini sama kamu,"

"Saklar nya kan disamping kamu,"

"Hii~"

"APA?!"

"Jangan-jangan~"

"Kamu teh suka banget nakut-nakutin,"

"Katanya gak takut,"

Taeyong diam sesaat.

Memandang Jaehyun dalam kegelapan.

Menghembuskan napasnya.

"Aku nggak takut kalau ada kamu,"

"Masa?"

"Tapi kalo udah gini... jadi malu,"

"Malu kenapa? Gak usah malu, kan cuman ada aku disini,"

"Iya aku malu karena itu kamu,"

Jaehyun terbelalak sambil menutup mulutnya.

"Gak usah sok kaget!" Taeyong berbalik memunggungi Jaehyun.

Kemudian tawa Jaehyun pecah.

"Sayang pisan sama Taeyongiieee,"

Taeyong hanya tersenyum.

Ngomong-ngomong saklar, Jaehyun emang kadang rada kurang ajar.


A/N : ku ingin lihat Jaehyun pake blangkon masa :( makin lama makin autis saya ih. Terimakasih buat kalian yang mau baca yang mau vote yang mau comment atau sekedar jadi silent reader makasihhhhhhh q sayang kalian kecup. Muach.

RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang