"Joana... bangun sayang sarapan dulu." Joana mengeliat dari belitan Juwita. Setelah memutuskan untuk berhenti bekerja, Juwita memaksa kembali tidur bersama dengan Joana. Joana yang tidak memiliki alasan untuk menolak, membiarkan adiknya berbuat sesuka hati. Lagi pula ia juga merindukan saat-saat dimana ia bisa bersama.
"Ya ampun Juwita ini...tidurnya berantakan banget padahal anak cewek."
"Biarin aja Bun, kaya baru tau aja Juwita seperti apa."
"Kamu juga! Ngomongnya terlalu dewasa untuk ukuran bocah 14 tahun."
"Ye... bunda lupa ya, Jo, lebih cepet tua dibandingkan anak-anak lain." Joana ikut tertawa saat mendengar ibunya terkekeh geli, menyadari bahwa kata-kata yang ia lemparkan bukannya melindunginya malah balik menyerangnya.
"Pagi Ayah..." Joana mengecup pipi ayahnya ringan kemudian duduk disebelah laki-laki tua itu. Menyenderkan bahunya di dada bidang sang ayah dan kembali terpejam.
"Jangan ngebo lagi!" Joana meringis sakit saat merasakan jeweran di telinganya yang bebas. Ibunya memang tidak segan-segan kalau marah.
"Bunda lagi marah aja cantik," Joana pura-pura muntah mendengar gombalan Ayahnya.
"Ih...Ayah apaan sih!" dan juga reaksi sok malu-malu ibunya. Kedua orang ini benar-benar tidak memperhatikan situasi.
"Ih burung Ayah bangun tuh mandangi Bunda terus." Ledek gadis 14 tahun itu saat melihat celana ayahnya menggelembung.
"JOOOO!" bentak ibunya kesal sambil memukul pantat Joana keras, sampai-sampai gadis itu meringis kesakitan.
"Ya ampun, Bu! Seneng banget nyiksa anaknya."
"Iyalah wajar kamu Ibu pukul! Ngomongnya mesum banget engga lihat umur!" Joana memutar bola matanya saat mendengar jawaban ibunya yang begitu kolot.
Memang sih, Joana masih berusia 14 tahun. Tapi pemikirannya sudah dewasa, ia pun seorang lulusan fakultas kedokteran yang jangankan melihat alat kelamin, menyentuhpun ia biasa.
Ting...tong
Suara bell mengalihkan perhatian Joana dari rasa sakit yang akibat pukulan yang di layangkan ibunya.
"Biar Jo aja," ucap Joana segera bangkit dari duduknya.
Joana melangkah pelan membuka pintu. Bertanya-tanya dalam hati, siapa gerangan yang berkunjung kerumah mereka pagi-pagi buta seperti ini.
"Siapa...?" ucap Joana saat membuka pintu. Seringai laki-laki itu membuat ia terpaku. Tidak mampu bergerak. Ia tahu ada yang salah, hanya saja, ia tidak bisa menghindari tragedi menyakitkan itu.
----
"Tidurmu begitu nyenyak," Aku tersentak saat mendengar kata-kata sinis itu menggema dalam ruanganku. Berusaha mengatur napasku yang entah kenapa, bisa memendek hanya karena sebuah mimpi.
Sebuah mimpi yang berasal dari memori masa laluku. Masalalu yang seharusnya menghilang bersama kebahagiaanku.
"Jam setengah dua pagi?" gumamku saat melirik jam dinding yang tergantung di selku. Pantas saja aku merasa pusing, aku baru memejamkan mata kurang lebih satu setengah jam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In Love
RomanceRaza menatap gadis itu dengan pandangan kosong, selama tiga hari ia mengintrogasi gadis itu. Lagi, dan lagi ia hanya mendapatkan jawaban yang sama. Tidak, bukan karena jawaban yang tidak relevan. Namun, karena gadis itu mengakui semua perbuatannya d...