Flashback
"Diam kalau kau mau anakmu tetap hidup." Mata Agatha membulat saat seseorang mengarahkan pistol kearah perutnya. Dalam sinar lampu temaram, ia bisa melihat orang yang menodongkan pistol tersebut.
Wanita itu... adalah wanita yang sama yang mengatakan bahwa ia mengalami keguguran. Dokter yang bertugas memeriksanya setiap hari.
Apa sebenarnya yang terjadi? Tubuh Agatha gemetar akibat rasa takut bercampur senang. Ini artinya putri mereka masih hidup. Dia tidak gila! Putrinya dan Bian benar-benar masih hidup. Hanya saja keselamatan putri mereka saat ini sedang terancam.
"Aku bahkan tidak bersuara sedikitpun. Apa maumu? Apa yang harus kulakukan?" bahkan pada saat terdesak sekalipun Agatha tidak mampu menghilangkan keangkuhan dalam suaranya itu.
"Tidak berat. Kau hanya harus menjadi tawananku. Semudah itu."
"Terserah saja. Asal kau tidak menyentuh anakku. Aku akan menuruti maumu. Hanya saja, jika sebaliknya itu terjadi. Kau tak akan kuampuni!" ancam Agatha.
Wanita itu tertawa terbahak. Bahkan, jemarinya sibuk mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
"Agatha... Agatha... kau memang gadis sombong tidak tahu diri," wanita itu menjambak rambut Agatha menariknya kebawah hingga Agatha harus mendongak agar lehernya tidak terasa sakit.
Sebenarnya Agatha bisa saja melawan, gadis itu menguasai beberapa beladiri yang sengaja Bian ajarkan sejak penculikannya terakhir kali. Hanya saja belati dingin itu diletakan di perutnya. Ia takut jika bergerak sedikit saja, nyawa buah hatinya tidak dapat tertolong.
"Lihat saja kau pelacur, sedikit saja tubuhku kau lukai. Kakak-kakaku dan Bian akan menghabisimu. Aku mati kau pun begitu. Hanya saja, aku bisa memastikan kematianmu akan sangat pelan dan menyakitkan." Wanita itu mengeram kemudian menampar Agatha. Ia tidak suka dengan jawaban Agatha yang begitu lancang. Sudah terjepit masih saja sombong.
"Tulis surat! Surat bahwa kau pergi meninggalkan Bian dengan kemauanmu sendiri." Agatha menyeringai. Bagus, ia bisa menyisipkan kata-kata rahasia.
"Tulis seperti apa yang aku ucapkan, dan jangan coba-coba untuk mengirim pesan rahasia. Kalau kau mencoba hal itu, aku bisa membunuh anakmu, dan aku tidak peduli kekasihmu akan mengejarku karena aku akan terus bersembunyi dineraka sekalipun!"
Rahang Agatha mengetat, tubuhnya kaku dilahap amarah. Wanita itu benar-benar kurang ajar. Menekan egonya demi sang buah hati, Agatha akhirnya menulis pesan sesuai perintah wanita itu.
Setelah selesai ia menulis, wanita itu memerintahkan Agatha untuk meremas surat yang ia tulis kemudian melemparnya kedalam tempat sampah didekat toilet. Dengan kasar wanita itu menghentak tubuh Agatha sembari setengah menyeretnya menuju basement.
Beberapa mobil dengan berbagai merk dan warna sudah menunggu mereka. Bahkan beberapa laki-laki bertubuh besar dengan pakaian casual yang berupa jeans dan t-shirt terlihat tidak seperti penculik.
Yeah... di zaman modern ini memang harus seperti itu. Mana ada penculik menggunakan mobil hitam dan pakaian serba hitam. Itu malah akan menarik perhatian lebih banyak.
Mereka menutup mata Agatha sebelum memaksanya memasuki salah satu mobil. Tentu saja ia tidak tahu yang mana. Agatha sudah pasrah, ia akan memikirkan jalan keluar setelah mereka sampai di tempat tujuan.
Perjalanan tidak terasa lama. 30 atau 40 menit. Agatha memperkirakan. Mobil juga tidak bergerak terlalu cepat. Dengan dipotong berhenti akibat lampu merah atau apapun itu selama beberapa menit. Jarak tempuh terjauh mungkin hanya beberapa puluh kilometer. Yeah... ia tidak sehebat Bian dalam memperkirakan jarak dengan kecepatan mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In Love
Roman d'amourRaza menatap gadis itu dengan pandangan kosong, selama tiga hari ia mengintrogasi gadis itu. Lagi, dan lagi ia hanya mendapatkan jawaban yang sama. Tidak, bukan karena jawaban yang tidak relevan. Namun, karena gadis itu mengakui semua perbuatannya d...