RYUJINISM- © 2017
🍂🍂🍂
Wanita itu melangkah dengan terburu-buru menuju ruangannya. Pikirannya sedang kalut hingga berimbas pada ritme respirasinya yang kian tak beraturan. Secepatnya ia mencari iPhone pink miliknya dan memencet speed dial nomor empat.
Terdengar tiga dering dari ponsel tersebut sebelum terdengar bunyi 'bip' yang cukup kentara.
"Chan?"
Ya, empat adalah speed dial untuk Lee Haechan.
"Ya, kenapa Ri?"
"Mark. Dia.... dia di sini, di Quebec," ucap Yeri dengan suara bergetar pula napas yang putus-putus. Ia panik.
"Sumpah? Jangan bercanda, Ri," Haechan menaikkan notasi suaranya, begitu terkejut dengan perkataan karibnya. Terdengar pula helaan napas berat pemuda Lee itu dari seberang sana.
"Aku tidak sedang bercanda, Chan. Apa gunanya aku meneleponmu hanya untuk lelucon tak berbobot semacam itu? Apalagi ini tentang Mark. Aku takut, Chan. Aku belum berani bilang pada Kak Jonghyun maupun Kak Wendy kalau aku dan dia tak sengaja bertemu di sini. Kau tahu sendiri Kak Jonghyun akan jadi seperti apa jika aku bicara tentang Mark," jelas Yeri diambang keputusasaan.
Rasanya Yeri ingin menangis, namun ia sengaja menahan lelehan air di sepasang pelupuk matanya.
Enam tahun menjadi single parent tentu saja mengubah beberapa aspek dalam diri Kim Yeri. Ia bukan lagi seorang wanita yang selalu membutuhkan sosok pria di sisinya. Yeri kini menjelma sebagai seorang wanita mapan yang mandiri dan tahan banting.
Belum ada balasan dari Haechan. Hal ini membuat pikiran Yeri makin kalang-kabut tidak karuan, "Haechan-a, apa kau bisa membantuku ke luar? Tadi aku sempat melihat pengawalnya masih di sini. Aku belum siap bertemu dia lagi, Chan. Cuma kau yang bisa aku andalkan sekarang,"
Ungkapan memelas yang disuarakan karibnya itu lekas menyentuh nurani Haechan. Bagaimana pun juga Yeri masih seorang perempuan yang memiliki ketakutan akan trauma dramatis yang pernah terjadi di masa lalunya.
"Oke, di mana kau sekarang?" putus Haechan.
Yeri menghembuskan napas lega, "Aku di lantai tujuh gedung utama Clavetd Group, depan kantor Kedutaan Besar Republik Korea."
"Aku ke sana sekarang. Kau siap-siap di basement. Agar kita bisa pergi tanpa diikuti mereka," jelas pemuda itu.
"Oke. Thanks a lot, Chan."
Sambungan itu pun terputus. Yeri langsung merapikan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas. Wanita itu langsung hengkang dari ruangan lantas memasuki lift menuju lobby. Ia harus sampai di basement dengan cepat dan tanpa diketahui oleh pengawal Mark.
🍂🍂🍂
Sekembalinya ia dari gedung group, Mark terburu-buru memasuki kantornya. Herin dengan susah payah mengejarnya di belakang, sementara Haknyeon ia suruh untuk tetap berada di gedung group, mengawasi sosok wanita yang bernama Katy itu.
Dengan secepat kilat, pria itu mengalakan laptopnya lantas menghunuskan pointer ke aplikasi skype dan menemukan permintaan panggilan video dari Renjun. Sesegera mungkin ia menerima panggilan tersebut.
"Jun!" serunya ketika layar laptopnya menampilkan wajah Renjun. Pemuda Huang itu nampak sama gusarnya dengan Mark, namun ia lebih lihai dalam mengendalikan diri.
"Sekarang kau tenang dulu dan jelaskan padaku pelan-pelan."
Mark mulai mengatur napasnya, bersiap melontarkan inti yang akan membuat Renjun paham, "Yerim di Quebec. Kami bertemu saat presentasi produk di Clavetd Group beberapa jam yang lalu. Perkiraanmu benar, Jun. Dia mengubah identitasnya."
Raut wajah Renjun berubah terkejut, "Kau serius 'kan, Mark? Tapi kenapa kau sepanik ini? Harusnya kau senang bisa bertemu lagi dengannya dan langsung menjelaskan biduk masalah kalian."
Ekspresi Mark makin mengeruh. Saking frustasinya, jemarinya tergerak refleks melepas ikatan simpul dasinya asal-asalan,"Masalahnya Yerim seperti tidak mengenalku. Argh, aku bingung, Jun. Aku harus mulai dari mana?"
Renjun menghela napas berat, memfokuskan diri untuk berpikir cepat dan cermat di tengah kepanikan yang melanda ini, "It's okay, Mark. Yang penting Yeri udah kita temuin. Selanjutnya kita harus cari cara agar kalian bisa bertatap muka dan menyelesaikan masalah kalian."
Mark mengangguk. Mungkin telah tiba waktunya. Tentu saja ia tidak ingin perjuangannya selama enam tahun ini berakhir sia-sia, "Kau harus secepatnya ke Kanada, Jun. Pindahkan semua fokus penyelidikan ke sini. Aku ingin masalah ini cepat selesai."
Renjun tampak berpikir sejamang, "Oke, aku akan mengambil penerbangan Seoul-Quebec malam ini juga. Aku akan menghubungimu sesampainya di sana."
"Aku tunggu. Be safe, Jun," ujar Mark yang kemudian mengulas senyum tipis. Senyum pertama yang ia ulas hari ini.
Selang tiga sekon, sambungan skype pun terputus.
Pria Kanada itu menelungkupkan sepasang tangannya di meja. Sebuah titik terang muncul tanpa ia duga-duga. Ia tak menyangka jika selama enam tahun ini keberadaan istrinya begitu dekat dengannya, di Kanada, di Negaranya.
Kim Yerim, I will reach you again, no matter what.
-"The labyrinth is going to be solved by them little by little."-
-to be continued-
setelah mencoba keluar zona nyaman (nulis pake eyd/ebi) dengan nulis pake bahasa kekinian, akhirnya aku merasa kalo aku ngga cocok di situ. Jadi aku kembali ke zona nyamanku. Daan karena aku males ngedit ulang, so chapter sebelum-sebelumnya. Anggap aja sebagai perbandingan dan bukti kalo aku ngga bisa nulis pake bahasa kekinian /kkkk/
See you in the next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Labyrinth
RomanceMark mencintai Yeri dengan rasa sakitnya, sementara Yeri membenci Mark dengan torehan luka di hatinya. Dua arus yang saling bertubrukan ini ke mana akan bermuara jua? LABYRINTH ©2019, influenceaurora
