Flashback: Teman dan Musuh

847 140 18
                                    

Wayo sekarang masih berada dikelasnya. Sudah hampir 4 bulan Wayo berada di sekolah ini. Wayo menghela napas bosan dan melirik Ming yang sibuk mengerjakan pekerjaan rumahnya yang belum sempat di selesaikan, padahal mereka sedang menunggu guru mata pelajaran itu datang dari rapat. ‘Ming terlalu mengumbar pesonanya akhir-akhir ini’ pikir Wayo terlalu hapal sifat sahabatnya itu.

Wayo menatap Zai yang sekarang dikelilingi murid lain. Zai terlihat tersenyum menjawab pertanyaan kumpulan para murid itu. Tanpa sadar Zai mengingatkanya pada P’Pha. Dia tampan,tinggi,pintar dan juga lumayan populer. Tapi Zai bukan anak yang brandal seperti P’Phanya, bahkan Zai itu sangat baik di mata Wayo. Zai dari keluarga terpandang di China-Thailand. Ayahnya adalah pengusaha besar dari China dan Ibunya adalah keturunan Thailand.

Dia dibesarkan dengan keras sejak kecil untuk menjadi panutan yang baik mengingat nama besar yang di sandangnya. Jadi tidak heran jika Zai berprilaku seperti pangeran, karena sejak kecil Zai memang dituntut menjadi sempurna. Apalagi saat Wayo mendengar bahwa kakak kandungnya telah meninggal, itu membuat Zai menjadi satu-satunya pewaris tahta. Membuat Zai di tuntut untuk menjadi sempurna lagi.

Wayo tersadar saat melihat Zai yang tersenyum dan melambai padanya. Zai menghampirinya dengan cara berjalannya yang begitu teratur.

“Hai!.. sedang apa?” tanya Zai.

Wayo menggeleng. “hanya menunggu Ming mengerjakan prnya.”

Zai melirik Ming “butuh bantuan?” tawarnya. Ming mendelik kesal padanya. Zai hanya mengangkat tangannya menyerah dan tertawa pelan.

“hai.. kau mau pergi bersama nanti malam?” ajak Zai pada Wayo.

“mau kemana?” tanya Ming cepat, menyela dengan tidak sopannya.

“hanya pergi ke cafe saja. Kau juga boleh ikut. Beberapa anak juga ikut diundang.” jawab Zai pada Ming. Ming menyipit curiga, Wayo menatap kedua pemuda di sampingnya aneh.

“tentu saja aku akan ikut jika Wayo juga ikut.” kata Ming. Lalu Zai dan Ming menatap ke arah Wayo bersamaan.

Wayo gugup mendadak di tatap seperti itu. “hmm.. aku ikut saja..” jawab Wayo tersenyum kecil. Zai balas tersenyum lebar.

“Baiklah! Nanti malam aku jemput?” tanya Zai pada Wayo.

“tidak usah. Wayo biar aku saja yang menjemput. Kau bilang saja nama Cafenya.” potong Ming. Zai menatap Ming lalu tersenyum lebar. “Tentu saja. Di Rose Cafe.” jawab Zai

“Oke.” balas Ming. Lalu Zai bangkit meninggalkan mereka.

Bukanya Ming tidak suka dengan kehadiran Zai, hanya saja sejak Ming melihat Wayo dan Zai bermain piano bersama, Zai terlihat seperti mencoba mendekati Wayo. Ming hanya khawatir kejadian seperti Phana waktu dulu terulang lagi. Walau sebenarnya Ming juga sadar bahwa sekarang Wayo juga sudah mulai lebih baik setelah bersama Zai.

‘Ini membingungkan.’ Keluh Ming dalam hati. Ming melirik Wayo yang sudah tidak murung lagi semenjak kejadian dengan Phana itu. Tapi tetap saja, Ming tau bahwa Wayo belum melupakan Phana bahkan walaupun sedikit saja.

Ming tersadar dari lamunanya saat melihat guru mata pelajaran kali ini sudah memasuki kelasnya. Ia segera bangkit dan mengumpulkan prnya ke meja di pinggir kelas.

Mungkin nanti dia akan menanyakan prihal ini pada Wayo. Pikir Ming
_________________________________________

Ming dan Wayo menganga dengan suasana Cafe ini. Rose Cafe, sesuai namanya dipenuhi banyak sekali jenis bunga. Tapi bukan itu intinya, tetapi pada tamu yang semuanya adalah murid dari sekolah mereka.

Para siswa dan siswi di sini terlihat seperti pangeran dan putri. Para pemuda mengenakan pakaian semi formal yang terlihat sangat mahal dan para gadis mengenakan dress simple yang menawan. Rupa mereka yang sudah rupawan dengan ditambah pakaian mereka membuat Ming dan Wayo serasa memasuki negeri dongeng.

Kenangan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang