BAB 3

90 4 0
                                    

Caesar Methew menatap putra tunggalnya yang sedari tadi hanya terdiam dan tak bergeming sama sekali, bahkan ia tak membalas sapaan dari sang Papah. Sikapnya yang kelewat dingin membuat Caesar agak kesal pasalnya Caesar adalah tipe orang yang tidak suka diabaikan sedangkan oleh anaknya sendiri ia sering diabaikan.

"Gimana sekolah kamu?" tanya Caesar meecahkan keheningan.

"Nggak usah basa-basi, Adrian tau kalau selama ini Papah memata-matai Adrian." Jawab Adrian dengan ketus.

"Apa maksud kamu?" Caesar masih tak mengerti arah pembicaraan Adrian ia malah menatap anaknya seraya menaikan sebelah alisnya.

Adrian melemparkan dokumen yang berisi tentang biodata Auryn serta foto-foto yang ia temukan. "Adrian nggak ngerti sama jalan pikiran Papah. Bukannya Papah sendiri yang bilang kalau Adrian bebas berteman sama siapa aja, bebas pacaran sama siapa aja tapi kenapa Papah diem-diem nyari tau tentang Adrian. Kalau Papah mau tau tentang Adrian harusnya Papah tanya langsung ke Adrian bukan dengan cara memata-matai Adrian kayak gini." Ujar Adrian panjang lebar yang langsung pergi tanpa menghiraukan panggilan sang Papah.

Caesar mengambil dokumen tersebut dan membaca isi biodata yang dilampirkan. Matanya membelalak kaget ketika membaca nama yang tertulis di kertas putih itu.

Auryn Fedra Alexandria.

"Alexandria." Gumamnya seraya berpikir sejenak lalu mengambil ponselnya dan menghubungi sekertaris pribadinya.

"Ada yang ingin saya bicarakan mengenai dokumen yang kamu taruh di atas meja saya." Ujar Caesar yang berbicara kepada lawan teleponnya.

"Saya segera ke sana Pak." Jawab seseorang dari seberang telepon dan langsung di putuskan sambungan telepon tersebut oleh Caesar.

'Semoga itu kau' batin Caesar.

***

"Shit." Adrian mengumpat seraya memukul stir mobil yang sedang ia kendarai. Keadaannya sedang naik pitam sehingga ia mengendarai mobilnya di atas rata-rata. setelah berkendara cukup jauh ia menepikan mobilnya di jalan yang sepi dan menstabilkan emosinya.

Dering notifikasi yang berasal dari ponselnya membuat ia menggerakan tangannya dan merogoh saku celananya mengambil benda pipih yang sedari tadi berbunyi.

'The Boys Group'

Daffa : P

Daffa : P

Daffa : P

Bima : Spam nyet!!

Daffa : Gabut gue.

Bastian : Perasaan kita ada di apartemen yang sama kok malah chatingan sih.

Daffa : Lah kan emang iya duduk aja kita sebelahan, lo sendiri ngapain ikut chat?

Bima : Biar Adrian bisa ikutan dia kan ga ada di sini.

Bastian : Aa Daffa sensi mulu sama aq

Bastian : Ehh iya, Ian lo balik nggak?

Daffa : Ian muncul kek jangan sider.

Bima : Keyboard lo sariawan yan?

Adrian : Hmm

Bastian : Ehh kunyuk edan spj amat lo.

Adrian : kafe 19 sekarang!!

Daffa : ngapain?

Adrian : klu g mw g ush dtng.

Bima : OTW

When I See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang