BAB 7

50 3 0
                                    


"Kenapa nggak pernah ke kantin?"

Auryn mendongakkan wajahnya, terkejut melihat Adrian yang kini berdiri di hadapannya.

"Ngapain lo di sini?"

"Jawab dulu pertanyaan gue."

"Pernah."

"Cuman sekali?"

"Giliran lo yang jawab pertanyaan gue tadi."

"Suka-suka gue dong, perpus kan tempat umum."

Auryn mendelik lalu kembali memfokuskan diri membaca novel yang ia ambil. Adrian menarik kursi di sebelah Auryn dan duduk dengan tenang sambil menatap Auryn.

"Jawab pertanyaan gue."

"Yang mana?"

"Cuman sekali?"

"Ohh, iya cuman sekali, itu pun diganggu sama lo."

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa lebih suka di perpus dari pada di kantin?"

"Lo ternyata banyak nanya yaa kayak dora."

"Nggak boleh nanya-nanya sama pacar sendiri?"

"Boleh sih."

"Jadi lo udah anggap gue pacar?"

"Lo pikir omongon gue di depan pelanggan cewek kemarin bercanda?"

Upss. Auryn keceplosan dan hal itu malah membuat Adrian melambung tinggi. Adrian mengulum senyumnya ketika melihat wajah Auryn yang memerah, gadis itu pun dengan cepat menutup wajahnya menggunakan buku yang ia pegang.

"Jangan ditutupin dong." Ujar Adrian seraya menarik buku yang dipegang Auryn namun gadis itu dengan kuat memegang benda tersebut alhasil Adrian sedikit sulit mengambilnya.

"Erat banget sih megangnya."

"Apa yang udah gue suka pasti bakal gue pegang erat-erat dan nggak pernah gue biarin diambil orang."

"Kalau gitu lo salah pegang."

"Maksud lo?" Auryn menurunkan buku tersebut dan menatap Adrian dengan serius.

Adrian menarik tangan Auryn lalu menggenggamnya.

"Pegang tangan gue erat-erat dan jangan pernah biarin orang lain ambil posisi lo."

"Kan gue bilang apa yang gue suka."

"Jadi, lo nggak suka sama gue?"

"Bukan nggak suka."

"Terus?"

"Belum."

"Masih ragu?" Auryn mengangguk sebagai jawaban pertanyaan itu.

"Kalau gitu gue yang bakal pegang lo erat-erat dan nggak akan pernah biarin orang lain ngambil lo dari gue. Sampai lo suka sama gue dan kita sama-sama berpegangan erat, gue harap yang namanya cinta sejati itu memang ada."

"Lo kok puitis banget sih."

"Gue nggak puitis, gue cuman ungkapin apa yang ada di pikiran gue."

"Gue kira lo itu irit bicara."

"Tergantung orangnya."

"Jadi, lo nggak mau lepasin tangan gue gitu? Nggak malu diliatin banyak orang tadi?"

"Ngapain malu? Mereka aja yang iri."

"Lo nggak malu punya pacar kayak gue?"

"Kasih alasan kenapa gue harus malu jadi pacar lo."

When I See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang