"Sedang jatuh cinta pak." Bastian menirukan ucapan Adrian sambil tertawa terbahak-bahak begitu pun dengan Daffa dan Bima.
Adrian mendengus sebal lalu menggelepak kepala Bastian.
"Sumpah, ngakak anjirrr,"
"Berisik, bangsul."
"Berisik, bangsul." Bastian malah meniru apa yang Adrian katakan dan tawanya semakin meledak.
Cowok itu berdecak kesal lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun. Ia mengambil ponselnya dan langsung mengirim pesan kepada Auryn.
Di tempat lain Auryn terpaku dengan kedatangan seseorang yang mengaku sebagai Pamannya. Ia duduk di sofa dengan canggung, kepalanya ia tundukkan dan jarinya tak bisa berhenti memainkan kukunya.
"Om, tau kamu kaget dengan kedatangan Om ini. Tapi Ryn, apa yang Om ceritain ke kamu itu benar."
"Pertama kali anda datang ke sini waktu itu, anda bilang hanya sahabat dari almarhum Papah, dan sekarang anda datang mengaku sebagai adik kandungnya Papah terlebih lagi anda mengatakan hal yang sulit saya percaya."
"Om tau kamu pasti gak akan percaya. Tapi, memang seperti itu kenyataannya."
Auryn diam, tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia masih berusaha mencerna apa yang Wira katakan sebelumnya. Hatinya mendadak gelisah dan pikirannya berkelana entah ke mana.
"Oke, untuk saat ini Om berusaha mengerti kamu. Tapi, Om minta sama kamu buat gak terlalu dekat dengan Bella dan Adrian. Yaa, kalau bisa kamu gak usah lagi berhubungan dengan mereka, Om cuman gak mau kamu sakit hati nanti."
Wira menatap Auryn yang masih menundukkan pandangannya, enggan untuk bersitatap. Hela napas panjang di keluarkan dari hidung Wira, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu segera berdiri dengan perasaan gelisah. Takut jika Auryn tidak mempercayai ucapakan Wira.
"Om pamit dulu," sampai kalimat itu keluar dari mulut Wira pun Auryn masih tetap pada pendiriannya. Tanpa menunggu respon Auryn, Wira segera pergi dari rumah panti.
Dari jarak yang tak jauh dari situ, sebuah mobil parkir tersembunyi dan di dalamnya seorang lelaki tengah mengamati Wira yang baru saja keluar dari rumah panti.
"Dia sudah pergi," katanya sambil meletakkan ponselnya ke telinga kanan tanda ia sedang menghubungi seseorang. Tak lama sambungan itu terputus dan lelaki tersebut segera melajukan mobilnya ke arah yang berlawanan.
***
"Ryn, tumben lo ke rumah gue gak ngabarin dulu." Kalimat itu meluncur pertama kali ketika Bella membuka pintu rumahnya dan menemukan sosok Auryn sedang berdiri menatapnya canggung.
"Gue lagi bete aja."
"Masuk, Ryn."
Bella mengajaknya ke balkon lalu menyuruh Auryn duduk menunggu selagi ia mengambil minum dan beberapa cemilan.
"Lo lagi ada masalah ya?" Sontak Auryn menolehkan kepalanya dan melihat Bella sedang berjalan ke arahnya sambil membawa beberapa cemilan.
"Nggak kok."
"Kita udah kenal lama, Ryn, gue tau lo kayak gimana. Muka lo keliatan biasa aja tapi, mata lo murung."
"Lo emang sahabat yang paling ngerti, Bell."
"Jadi, masalahnya apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When I See You
Teen Fiction"Dan maksud lo tadi apa? Kemarin lo nyuruh gue buat jadi pacar lo dan sekarang lo bilang ke banyak orang kalau gue tunangan lo. Terus besok apa lagi yang mau lo bilang, lo mau bilang di depan kedua orang lo kalau gue calon istri lo." Mendengar itu A...