BAB 9

47 3 0
                                    

Auryn berjalan di lorong sekolah sambil membawa tumpukan buku bersampul coklat, tujuannya hanya satu yaitu menyimpan buku-buku tersebut di atas meja Bu Fatimah-guru matematika.

Setelah melaksanakan tujuannya Auryn kembali ke kelas dengan langkah ringan. Namun dalam perjalanan, matanya tak sengaja menangkap sosok Adrian yang sedang berjalan seorang diri menuju atap bangunan ini. Auryn memicingkan matanya ketika Adrian secara terang-terangan mengeluarkan sebungkus rokok. Dengan entengnya Auryn mengikuti Adrian.

Ketika sampai di atap, Auryn melihat cowok itu menaruh sebatang rokok di bibirnya lalu menyalakannya menggunakan korek gas. Dengan segera Auryn menghampirinya lalu berusaha mengambil rokok tersebut namun gagal. Adrian dengan gesit menghindar lalu menjauhkan rokok tersebut dari jangkauan Auryn.

"Apa-apaan sih lo?"

"Lo yang apa-apaan? Ngerokok di sekolah? Siniin rokoknya!"

"Pergi!"

"Gak mau!"

Auryn merebut sebungkus rokok di saku Adrian lalu mengambil sebatang dan berusaha ia nyalakan menggunakan korek. Adrian membelalakan matanya dan dengan gesit ia mengambil rokok di tangannya Auryn.

"Gila ya lo? Rokok  bahaya buat lo."

"Terus? Lo pikir rokok gak bahaya buat lo?" Dengan sinis Auryn membalas ucapan cowok di hadapannya ini.

Adrian berdecak kesal dan terpaksa  ia mematikan rokok tersebut dengan cara membuangnya ke bawah lalu menginjaknya.

"Puas?"

Auryn menghela napas kasar lalu menatap Adrian dengan tajam.

"Lo tuh kenapa sih? Kalau gue ada salah, bilang!" Adrian mendelik lalu membuang pandangannya menatap ke arah lain. "Punya mulut gak lo?"

"Harus gue jawab rasa penasaran lo itu?"

"Bukannya dalam hubungan itu harus saling terbuka? Gue cuman pengen tau lo itu kenapa."

"Cuman pengen tau? Bukan karena peduli?" Auryn terdiam mendengar itu, sebenarnya bukan itu maksud Auryn tapi karena ia salah bicara akibatnya Adrian salah paham. "Dalam hubungan harus saling terbuka. Apa kabar sama lo? Ketika lo gak masuk sekolah dan gak ngasih kabar ke gue sama sekali, bikin gue khawatir dan ternyata lo baik-baik aja di rumah Bella,"

"Itu yang lo sebut terbuka dalam hubungan?"

"Hp gue mati, batrenya abis."

"Emang di rumah Bella gak ada charger? Atau harus bayar kalau mau nge-cas? Bilang gue yang bayar nanti."

"Apa sih maksud lo Yan?"

"Maksud gue? Kasih kabar ke mana pun lo pergi! Kalau lo gak mau diganggu, bilang! Gue gak akan ganggu. Gue bukan tipe cowok yang bakal melanggar hak asasi manusia. Cuman butuh satu menit buat kasih kabar apa susahnya?"

Auryn hanya terdiam dan menatap Adrian dengan dalam, cowok di hadapannya terlihat jengkel dan tanpa mendengar jawaban dari Auryn ia langsung pergi meninggalkan Auryn dengan rasa bersalahnya.

***

"Gue ikut ke kantin." Kalimat yang terucap dari mulut Auryn itu membuat ketiga sahabatnya melongo tak percaya. Ini kali pertama Auryn mau ke kantin dengan sukarela, tanpa adanya unsur paksa.

"Kesambet dedemit apaan lo?" Kata Fay seraya meletakkan punggung tangannya di kening Auryn.

Cewek menepis tangan Fay dengan kasar dan menekuk wajahnya. "Giliran gue mau ke kantin malah disangka kesurupan." Gerutunya.

When I See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang