Bab 5

62 4 1
                                    

Adrian dan ketiga sahabatnya berjalan memasuki kantin, ia mengedarkan pandangannya dan melihat ketiga sahabatnya Auryn sedang makan sambil sesekali bercanda namun tidak dengan Auryn. Ia berjalan menghampiri mereka dan membut ketiga sahabat Auryn mengernyit heran ketika Adrian berada di hadapan mereka.

" Auryn mana?" tanya Adrian dengan wajah datar.

"Di kandangnya." Jawab Fay yang membuat kedua sahabatnya terkekeh.

"Gue serius." Tekan Adrian sedangkan ketiga sahabatnya hanya tersenyum penuh arti dan ikut duduk bergabung dengan ketiga sahabatnya Auryn.

"Ngegas amat. Pengen banget ya diseriusin." Ledek Bastian yang malah membuat Adrian berdecak kesal.

"Auryn di perpus, dia nggak pernah ikut ke kantin. Palingan kemarin doang itu pun kita yang paksa." Ujar Bella dan tak mendapat respon apapun dari Adrian, ia malah langsung berjalan meninggalkan kantin. "Yaelah bilang makasih kek udah dikasih tau juga ya." Gerutu Bella.

"Dia mah orangnya emang rada jaim, maklumin aja." Sahut Daffa.

Seiring berjalannya waktu mereka mengobrol banyak hal, bercanda dan sesekali tertawa lepas. Tak sedikit pasang mata yang menatap mereka dengan iri terutama pada ketiga sahabatnya Auryn yang bisa dekat dan bercanda dengan most wanted sekolah.

Di lain tempat Auryn duduk di bangku perpus seraya meletakan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya. Raut wajahnya terlihat sangat lelah dan tidurnya seperti tak nyaman. Keringat bercucuran membasahi dahinya yang berkerut bibirnya bergumam tak jelas dan matanya ngeluarkan cairan bening. Tidurnya gelisah, ia bermimpi buruk.

Adrian memperhatikannya dengan khawatir ia sangat ingin membangunkannya tapi ada keraguan yang menggeluti pikirannya. Entah apa yang sedang ia lakukan saat ini tanpa ia sadari ia mengusap air mata Auryn dan perlahan membawanya kedalam dekapannya hingga tak terdengar suara kegelisan dalam tidur Auryn.

Jarum jam terus bergerak sesuai rotasinya begitu pun dengan Adrian yang masih mendekap Auryn sesuai dengan isi hatinya meski terkadang pengunjung perpus memperhatikan mereka namun ia tak peduli, yang ada di benaknya kini hanya Auryn. Entah sejak kapan rasa ini muncul, spekulasi tentang cinta yang muncul tanpa adanya alasan memang tengah dirasakan Adrian dan kini ia hanya perlu mencari alasan untuk tetap mempertahankan cinta itu bukan mencari alasan mengapa cinta itu muncul.

Auryn mengerjapkan matanya yang terasa sembab dan sedetik kemudian ia membelalakan matanya saat sadar kalau ia sedang berada di dalam dekapan seseorang. I alangsung bangkit dan menatap orang itu yang ternyata Adrian.

"Lo ngapain di sini?" tanya Auryn seraya menormalkan detak jantungnya.

"Temenin pacar tidur." Jawab Adrian santai yang malah membuat Auryn berdecak kesal. "Tadi lo mimpi buruk?" lanjutnya.

"Bukan urusan lo!"

"Mulai sekarang urusan lo jadi urusan gue juga."

"Sebenarnya lo itu maunya apa sih? Asal lo tau ya kalau lo itu cuman pengganggu dalam hidup gue."

"Gue nggak peduli."

"Tapi gue peduli!" suara Auryn naik satu oktaf dan untuk sesaat mereka saling pandang dalam diam seolah tak aja objek lain selain mata mereka.

Auryn berdeham dan segera memalingkan wajahnya, detak jantungnya bekerja lebih cepat dan perasaannya seketika tak menentu. Ia gugup dan gelisah namun ia tak tahu harus berbuat apa.

"Gue ke kelas duluan, nanti pulang gue tungguin di parkiran." Ujar Adrian yang langsung bangkit dan berjalan meninggalkan Auryn.

Auryn terdiam ia memikirkan yang baru saja ia katakan, seketika rasa bersalah menyergap benaknya. "Adrian pasti kesinggung dibilang pengganggu." Lirihnya sambil menunduk dan memasang wajah lesuh.

When I See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang