hilang kontak

890 26 0
                                    

Seminggu setelah kejadian di rumah aisye aku masih sibuk untuk menghindari yang namanya feri. Entah kenapa aku begitu kesal kepada nya saat dia mengatakan hal yang bagi ku hanya dusta belakang.

"Assalamualaikum ustadzah ukhti?."itu dia orang yang sedang aku tunggu dari tadi. Dia adalah nury sahabat baik ku saat di SMA ku dulu. Kita tak berdua ada juga 2 sahabat ku yang lain. Yah tia dan nana.

"Wa alaikum salam. Gimana kerjaan kalian udah kelar." Kata ku mencoba membuka obrolan.

"Alhamdulillah udah kok dan ini memang jam pulang aku kok bit." Kata nana.

"Alhamdulillah deh. Kalau gitu" aku tersenyum bahagia melihat sahabat ku yang semakin hari semakin berubah menjadi lebih baik lagi.

"Tapi aku gak bisa lama-lama ni bit harus balik lagi ke bank." Kata tia disertai anggukan dari nury.

"Iya di kantor banyak banget pekerjaan yang belum selesai aku kerjakan." Kami tertawa melihat wajah lesu milik nury.keliatan banget kalau dia memang kewalahan dengan urusan kantor nya.

"Oh iya bit katanya kemarin kamu ketemu feri ya pas kunjungi murid kamu yang lagi sakit ya. Kok bisa sih?." Ini nih tia cerewet nya kalau ada hal tertentu yang mengganjal di hati nya.

"Tunggu-tunggu...Feri itu siapa sih? Wah parah kamu bit gak kasih tau aku siapa itu feri padahal selama ini kita selalu terbuka satu sama lain. Ah ngambek aku ni?." Yah ngambek deh nury.

"Feri itu cowok masa lalu bita yang dulu pernah singgah di hati bita..." Nah mulai kan meledek aku,ah emang lah kalian ini hobi banget deh merubah mood aku. Untung sahabat.

"Ooh gitu ya? Terus?." Lanjut nury.

"Yah gitu deh. Dan kalian tau kemarin ibu aisye mengira kalau aku tuh istrinya dia dan yang parahnya lagi dia dengan enteng nya bilang 'insyaallah segera mbak doa kan saja. Mbak tunggu aja undang nya'. Parah kan aku sampai geram lihat wajah nya sampai aku gak mau lagi pulang bareng dia." Oceh ku panjang lebar.

Ku lihat ketiga sahabat ku tertawa mendengar nasib ku yang sial bagi ku.

"Cie...cie...amin deh kami doakan secepatnya nikah.hahaha." kenak bully kan aku. Awas kamu ya fer.

"Udah ah gak usah bahas dia." Karena kesal aku lebih baik mengalihkan topik pembicaraan kami.

"Oh iya gimana proses ta'aruf kamu sama rival bit?." Kata tia.

"Yah aku udah 3 minggu ini gak dengar kabar dia dari adriana." Aku sih gak terlalu khawatir saat tak mendapatkan kabar dari adriana tentang rival karena aku gak mau berharap yah meski terkadang-kadang harapan itu sering datang ke hati ku. Aku akui aku memang memiliki rasa kepada rival cuma rasa trauma karena cinta itu masih ada dalam hatiku.

"Bit...bita. kenapa sih? Ada masalah cerita dong?." Nana memang yang paling mengetahui isi hatiku dibandingkan kedua sahabat ku tia dan nury.

"Enggak kok cuma lagi mikir aja. Kira-kira aku bisa gak ya dapat jodoh yang bisa membuat aku lebih taat lagi kepada sang khalik." Bohong iya cuma gak semua kata ku tadi bohong kok.

"Pasti allah sudah memberikan jodoh terbaik buat kamu bit. Dan mungkin salah satunya adalah rival?." Kata tia dengan wajah senang

"Nah benar tu?." Sambung nury.

"Atau feri." Lah kok feri dibawa-bawa sih nana.

"Kenapa mesti feri juga sih. Udah ah aku mau balik. Bayarin ya punya aku assalamualaikum." Setelah itu aku pun meninggalkan restoran tadi.

"Aku tau bit kamu berbohong. Bit aku ngerti kamu gak mau merepotkan kami,tapi kami selalu ada buat kamu bit. Aku selalu berdoa semoga kamu bahagia bit dan mendapatkan jodoh yang baik bit. Aku gak pernah percaya pada rival bit,aku takut dia seperti hanif yang akan menyakiti hati kamu lagi bit." Batin nana. Nana memang yang paling dekat dengan bita dan dia jugalah yang perlahan bisa membuat seorang bita yang super duper tertutup perlahan bisa terbuka kepada sahabat nya mesti tak semua rahasia atau apapun masalahnya yang bisa diceritakan kepada kami. Bita orang nya lebih memilih diam dan menyimpan semua rasa sakit sendiri dibanding harus berbagi kepada kami sahabat nya. Prinsip bita itu tak mau merepotkan banyak orang tentang masalah pribadinya.

"Na aku harus balik kantor ni. Aku duluan ya assalamualaikum." Setelah nury pamit di susul oleh tia dan tinggal aku sendiri disini. Saat hendak bangun tiba-tiba aku bertemu dengan mantan yang paling aku sayang. Yah kak agas. Namun saat aku ingin menyapa kak agas. Kaki ku lemas hatiku hancur dan raga ku tak bisa berkutik kemana-mana. Sakit itulah yang aku rasakan.

"Secepat itu kah kakak mendapatkan penganti ku." Air mata ku lolos begitu saja aku pun pergi melewati kak agas yang sedang menatap ku dengan tatapan...entahlah sulit untuk aku mengerti.

"1 tahun sejak kami putus dan kami hilang kontak dan 1 tahun telah berlalu dia begitu mudah mendapatkan pasangan kembali,tetapi aku. Aku bahkan masih sangat setia untuk menunggu dia meminta aku kepada kedua orangtua ku. Tapi sekarang semua sudah berakhir aku sudah tak bisa lagi memiliki dia yang telah mendapatkan pasangan lain.

"Aku harus bisa. 'Aku tinggalkan dia demi Dia' itulah kata-kata yang harus aku ingat selalu,jika dia jodoh ku maka allah akan menakdirkan aku dengan kak agas."Batin ku.Aku pun mengusap air mata ku dan meninggalkan restoran yang bisa membuat aku patah hati. Sekarang aku bisa mengerti bagaimana rasa nya sakit yang dirasakan oleh bita. Dan bahkan bita masih bisa bertahan dengan rasa sakit itu kenapa aku tidak bisa?. Good bye kak agas.assalamualaikum.

***
Aku akan kembali ke jakarta hari ini untuk menjenguk mama ku yang sedang sakit. Semalam aku telah minta izin sama pihak sekolah dan juga teteh. Selama perjalanan aku lebih memilih memutar musik dan sekali-kali aku memutar murottal alquran.

Tiba di rumah aku di sambut hangat oleh kedua orangtua ku dan juga sepupu ku yang kebetulan ada di rumah ku.

"Assalamualaikum." Aku memeluk mama ku dan kemudian berganti memeluk papa ku.

"Wa alaikum salam. Akhirnya kamu pulang juga nak?." Ku perhatikan wajah mama yang sudah mulai keriput dan penuaan. Mama yang telah melahirkan ku dan yang telah membuat aku seperti ini. Mama dan papa sudah berhasil membuat ku menjadi orang yang berarti bagi semua orang. Aku ingin menangis ketika melihat wajah pucat mama,badan mama yang kurus dan rambut yang mulai tumbuh uban. Mama sudah tua,perlahan rasa ketakutan itu muncul takut mama meninggal dunia ketika aku belum bisa membuat mama dan papa bahagia.

"Mama pasti gak jaga kesehatan mama kan? Ma. Bita kan udah bilang mama gak boleh stress dan kecapean. Sekarang mau apa biar bita yang masak buat mama." Mama pun memeluk ku sangat erat.

"Kamu gak pernah kabarin mama Tsabita. Mama khawatir loh." Sesederhana itu ya allah. Namun aku sebagai anak malah mengabaikan rasa kasih sayang mama ku dan bahkan aku sering merasa kalau mama terlalu berlebihan dengan kehidupan dan kegiatan ku sehari-hari. Ma maaf kan bita ya?.

"Maafkan bita ya ma. Bita udah buat mama khawatir dan bita malah mengabaikan mama yang selalu menunggu kabar bita. Bita minta maaf ya ma?." Ucap ku beserta air mata yang mengalir di pipi ku. Namun dengan telaten mama menghapus air mata ku.

"Gak papa. Jangan di ulangi ya?." Mama terimakasih atas apa yang telah mama lakukan selama ini dan untuk papa makasih pa selalu ada untuk mama saat bita tidak bersama mama.

Aku kembali ke kamar ku setelah makan malam. Di dalam kamar aku terus memikirkan kemana rival kata adriana dia hilang kontak. Apa dia baik-baik saja? Apa dia di jakarta atau apa dia tau kalau aku disini?. Berbagai pertanyaan memenuhi pikiranku.

"Kenapa tiba-tiba kamu menghilang rival? Aku bingung dengan alur hidup ku ini." Karena tak sanggup lagi memikirkan tentang kemana rival akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat.

Rasa sayang yang aku berikan itu tulus dan bahkan aku berharap kamu yang akan menjadi jodoh ku. Namun aku tak bisa menepis takdir allah. Allah yang maha kuasa di atas bumi dan seisi nya dan bahkan sejagat raya ini. Dan aku sadar aku ini hanya seorang hamba yang hanya menaati apa yang sudah di tetapkan oleh sang khalik.

~ biarkan waktu menjawab ~

Biarkan Waktu MenjawabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang