harusnya aku

57 2 0
                                    

Tak terasa hubungan ku dan feri makin lama makin membaik. Persiapan pernikahan antara aku dan feri pun telah dipersiapkan oleh orang tua kami. Tinggal menghitung hari..kami akan sah. Entahlah aku merasa masih belum yakin, apalagi setelah kejadian yang aku saksikan antara feri dan mantan dia. Sakit jelas , patah apalagi.

"Hei..melamun apa sih?." Aku tersadar dari lamunan ku. Ternyata Ina.

"Sama siapa kesini na.?" Dia  tersenyum seraya menunjuk ke arah suami nya. Bahagia banget sahabat ku ini. Aku bersyukur dia bisa move juga..

"Mikirin apa?". Aku tersenyum.

"Langkah ku sudah benar gak sih na." Ina memeluk tubuh ku.

"Aku tak tau gimana perasaan mu saat ini..tapi aku hanya ingin kamu tau. Setiap orang punya kesempatan kedua. Dan aku yakin feri berhak mendapatkan kesempatan itu. Dan aku yakin feri pasti bisa bahagia kan kamu."yah mungkin Ina benar.

"Lagipula, pernikahan kalian kan sebentar lagi. Tinggal menghitung hari kan. Aku mohon kamu pikirkan itu, jangan kayak gini, jangan ragu untuk melangkah bit. Aku hanya ingin kamu bahagia. Coba lah maafkan kesalahan feri ya. Aku tau itu berat, demi kebaikan kamu dan kebahagiaan kamu. Aku tau kamu cinta sama feri, jangan menutup hati hanya karena satu kesalahan dia. Ingat dia yang membuat luka mu sembuh." Yah lagi-lagi perkataan Ina benar. Mungkin inilah saat nya aku bahagia. Jangan takut lagi karena masa kalau bit.

***
Hari ini aku dan feri berjalan sejenak untuk membeli cincin pernikahan. Yah feri ingin aku terlibat disini. Karena kata dia disini bukan cuma dia yang menikah tapi juga aku yah kita. Itu lah kata dia. Lagi-lagi feri berhasil membuat aku semakin jatuh cinta sama dia. Aku bahagia fer, sangat terimakasih atas apa yang telah kami lakukan sehingga luka ini sembuh tanpa bekas.

Saat sedang berjalan dan tertawa bersama seseorang memanggil nama ku. Dan betapa kagetnya aku saat melihat wajah itu, wajah yang pernah buat hati ini hancur.

"Assalamualaikum bit."aku tersenyum. Feri dapat melihat wajah ku yang menahan amarah.

"Jika itu masa lalu mu, coba lah berdamai dan lupakan apa yang telah ia perbuat."bisik feri, aku tersenyum dan mencoba saran dari feri.

"Wa'alaikumussalam Rival."  Aku dapat melihat wajah bingung rival. Aku yang melihat wajah bingung itu langsung memperkenalkan feri kepada rival.

"Oiya val. Kenalin ini calon suami aku, nama nya feri. Fer, kenalin ini rival yang waktu aku cerita hati tuh." Feri tersenyum dan menyalami rival sebagai tanda perkenalan.

Rival tampak tak suka dengan hubungan ku dan feri. Dan sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu namun di urung kan. Feri melihat jelas gerak gerik dari rival.

"Alima, seperti nya rival ingin bicara sama kamu. Mungkin kalian bisa selesaikan dengan baik-baik." Ya Allah feri, kenapa kamu jadi cowok sangat peka sih.

"Anda sangat peka, memang benar bit, aku ingin bicara sama kamu. Berdua."jujur aku tak mau, dan aku melirik feri. Feri paham maksud aku dia berusaha menguatkan aku dan mengecam tangan ku berusaha meyakinkan diriku.

"Fer, tetao disini. Aku gak bisa hadapi ini sendiri."bisik ku pada feri. Feri paham, namun dia gak bisa egois. Masalah mereka harus segera selesai dan mereka butuh waktu berdua untuk bicara. Walaupun feri cemburu, namun dia tak bisa seperti itu.

"Aku percaya kamu bisa. Aku ada disana, kamu tenang ya."akhirnya alima mau mendengarkan feri.

Setelah kepergian feri mereka pun berbicara. Ada rasa canggung diantara mereka. Hingga rival berbicara duluan.

"Aku minta maaf atas apa yang telah aku lakukan selama ini. Aku memberi harapan palsu terhadap kamu. Maaf, jujur aku gak tau harus apa saat itu. Dan hati ku tak bisa menolak dia. Aku sangat mencintai dia bit. Hingga aku lupa ada cewek yang baik yang mencintaiku sangat tulus, namun aku menyia-nyiakan cinta tulus nya. Sebenarnya aku ingin memulai kembali hubungan kita." Feri bisa dengar pembicaraan mereka.jujur dia sangat marah pada rival. Namun dia berusaha untuk tenang dan percaya sama alima.

"Dan saat aku melihat kamu tadi, aku masih punya harapan untuk memperjuangkan kamu bit. Tapi sayang kamu sudah di kamar orang dan mau menikah. Aku bodoh ya, telah menyia-nyiakan kamu bit. Andai waktu bisa di putar, aku pasti saat ini sudah bahagia sama kamu. Menikmati hari-hari bersama mu dan memiliki anak bersama mu gadis yang baik." Jujur air mata ku mengalir begitu deras dan tangan ku bergetar, aku gak sanggup mendengar penyesalan itu, aku gak sanggup buat orang lain terluka. Tapi aku gak bisa berbuat apa-apa aku telah jatuh cinta sama feri dan rival hanya masa lalu ku.

"Maaf.."ucap ku bergetar.

"Aku minta bit..sungguh."

"Aku udah maafin kamu." Kata ku dengan suara parau.

"Aku berharap ada harapan. Tapi.." aku memotong perkataan nya cepat.

"Aku gak bisa, kamu lihat dia." Aku menunjuk ke arah feri.

"Dia lah orang yang telah menyembuhkan luka ku. Dia berusaha membuat ku bahagia. Dia.."aku tak bisa melanjutkan perkataan ku karena suara ku parau dan gemetar.

"Jangan diteruskan, jika tidak sanggup." Feri datang menggenggam tangan ku. Karena hal itu yang di lakukan feri saat aku kehilangan kekuatan. Feri lah yang mampu menenangkan hati ku.

"Dia gadis yang hebat, dia orang yang kuat. Dan dia orang yang tulus. Dan dia berhak bahagia, jadi kamu gak punya hak untuk mendapatkan kesempatan itu. Bukan aku gak punya salah, justru aku pernah melakukan kesalahan sama alima, tapi akhirnya aku sadar. Dia begitu berharga. " Ucapan feri membuat rival menyesal telah menyia-nyiakan bita dan sekarang dia kehilangan gadis itu.

"Aku harap kamu datang ke pernikahan aku dan feri. " Kini alima tsabita sedikit tenang. Feri tersenyum melihat gadis disampingnya.

"Aku akan datang. " Aku bisa melihat senyum itu. Senyum penyesalan.

Setelah itu feri segera membawa alima ke mobil dan pulang ke rumah.

Penyesalan itu memang datang terlambat. Dan kenapa yah, disaat kita udah mendapatkan seseorang yang menyembuhkan luka kita. Masa lalu kita datang kembali. Jujur rasa nya sakit saat melihat wajah seseorang yang pernah membuat kita terluka apalagi tak pernah menganggap kita ada. Ingin menangis, namun takut dibilang cengeng. Ingin tersenyum di bilang sok kuat. Tapi aku yakin takdir tak pernah salah. Dan buktinya Allah mempertemukan aku dengan dia. Seseorang yang selalu ada disamping ku dan aku bahagia bersama dia. Terimakasih untuk mu..

Love

Dia💕

Biarkan Waktu MenjawabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang