Bersabar

110 4 0
                                    

Surah 1 bulan ini feri ke jerman, dan sudah  dua minggu ini feri tak memberikan kabar tentang dia selama dia disana. Aku menghirup udara segar di kebun teh milik keluarga ku yang ada di bandung.  Yah aku memutuskan untuk menghabiskan liburan ku di sini.  1 minggu lagi aku harus kembali mengajar.

"Udahlah, mungkin dia sedang sibuk dengan acara wisuda nya disana?. " aku bersyukur karena nana masih setia menemani ku disini. Dia bahkan sampai minta cuti karena aku sedang sedih seperti ini.

"Aku mulai ragu na sama dia. " ku rasa nana mengerti apa yang aku rasakan. Dia memeluk ku dan aku menumpahkan air mataku karena rasa yang saat ini aku rasakan.

"Jangan ragu sama dia, berdoa saja. " nana benar.

"Bunda?. " aku melepaskan pelukan ku dan melihat jagoan kecil ku yang sudah berdiri dengan sebuah robot mainan di tangannya.

"Artha sini sama bunda. " artha pun berlari ke arah ku dan memeluk ku.

"Bunda artha lapar. "Aku tentang senyum melihat tingkah laku artha. Begitupun dengan  nana. Kami menghabiskan  makan siang di sebuah kafe yang cukup tentang kenal di daerah bandung.  Ku lihar wajah nana yang sedih dan tak berselera makan. Ada apa dengan  nana.

"Na, kenapa sih? Ada masalah ya?. " dia hanya tersenyum dan aku tau arti senyuman itu.

"Aku lelah bit, aku sudah berusaha untuk melupakan kak agas. Tapi... Dia  hadir kembali  dalam kehidupan ku bit. " aku mengerti perasaan nana sekarang  ini.

"Ingat allah disetiap luka itu, ingat allah disetiap pertemuan kalian. Insyaallah  kamu akan segera melupakan dia. Jika kamu mempunyai tekad yang kuat dan  senantiasa berdoa sama allah. Allah maha mendengar na. " nana menghapus air matanya dan kemudian ia memeluk ku.

"Aku ingin kamu selalu  didekatku bit. "

"Insyaallah aku akan selalu  didekatmu. " kami  kembali  ke rumah tepat jam  17.00 wib.

" nana...ada yang cari tuh di depan." Itu dia suara yang paling aku rindukan sahabat ku yang juga selalu menyayangi ku.

"Iya nury sayang, siapa sih?." Kata nana pada ku.

"Udah lihat aja dulu siapa tau ada kepentingan." Nana pun mengajak ku ikut bersama dia.

Nana pun keluar dan betapa kagetnya ia saat melihat kehadiran seseorang itu. Dia adalah sahabat masa kecil nya yang ku tau juga mantan pertama nya. Ah iya dia adalah reno.

"Reno? Kok kamu bisa ada disini. Maksudnya kok bisa tau aku tinggal di sini." Nana, aku tau dia pasti gugup saat ini berhadapan dengan orang yang dulu pernah ada di hati nya.

"Dari mama kamu dan aku kesini bawa ibu kamu dan keluarga untuk bertemu kamu." Ucapan reno membuat aku dan nana bingung. Hingga sebuah suara membuyarkan pikiran kami.

"Bisa ngobrol bersama keluarga kita?." Kata reno lembut.

"Bisa ayo masuk." Kata nana sangat lembut.

"Kita ngobrol di tempat yang sudah aku persiapkan saja dan orangtua kita pun sudah di sana." Aku jadi semakin bingung maksud dari perkataan reno dan kurasa nana juga demikian.

"Bita ya?." Aku kaget bagaimana bisa reno mengetahui nama ku.

"Iya, kok tau?." Sumpah wajah ku seperti orang kena hipnotis.

"Semua orang terdekat nana aku tau." Aku semakin bingung dengan reno.

Akhirnya kami memilih pergi ke tempat tujuan reno. Dan benar disana sudah berkumpul ibu dan paman nya nana serta ayah dan ibu reno. Aku memilih duduk di sebelah mama nya nana.

"Bismillah...na kamu pasti bingung kan dengan sikap aku dan tingkah aku tadi. Maksud aku mengumpulkan keluarga kamu dan aku itu karena aku ingin melamar kamu dan di saksikan oleh adik ayah kamu sendiri. Semua keluarga kamu sudah menyerahkan keputusan ini sama kamu na. Tinggal kamu menjawab antara iya atau tidak." Aku menggenggam erat tangan nana. Tangan dia sangat dingin dan aku yakin pasti dia sedang bimbang. Aku membisikkan sesuatu ke telinga dia.

"Istikharah." Kata ku. Aku bisa melihat bagaimana perasaan nana saat ini...jujur tidak mudah melupakan seseorang yang sudah hampir 5 tahun menemani dia dan berbagi kisah dengan dia, dan pada akhirnya hubungan itu kandas begitu saja. Namun takdir tidak ada satu pun yang tau, bagaimana kita ke depannya dan dengan siapa kita akan berjodoh ke depannya. Semua itu sudah tertulis di lauhmahfudz dan kita sebagai hamba hanya menerima ketetapan allah.

"Percayalah sama allah". Aku berusaha menguatkan sahabat ku yang satu ini.

"Makasih bit?." Nana menatap ku dengan perasaan yang tak bisa di artikan.

Sepulang dari kafe aku melihat nana yang tampak tak bersemangat saat ia hendak mengerjakan tugasnya.

"Na, sudahlah gak usah lagi memikirkan kak agas. Dia juga sudah bahagia dengan yang lain kan? Sudah saatnya kamu yang menjemput kebahagiaan mu sendiri na." Dia memeluk ku dan menangis di pangkuan ku.

"Na, sudah saat nya kamu melupakan kak agas dan ingat allah itu memberikan kita bukan apa yang kita ingin kan,tetapi apa yang kita butuhkan. Dan reno adalah orang yang kamu butuhkan untuk melengkapi kekurangan kamu na. Percayalah na allah itu maha baik dan maha adil." Aku menghapus airmata nana dan setelah itu aku menyuruh dia untuk sholat sunnah, aku berharap ia bisa tenang dan bisa mendapatkan keputusan yang terbaik untuk nya.

***
Pagi ini aku akan menyusuri ibu kota bandung dan berharap bisa menemukan satu kisah yang bisa ku jadikan bahan cerita untuk aku memuat di surat kabar atau sebagainya.

"Hem...bandung, ada kisah yang indah saat aku berada di sini mulai dari aku kehilangan dompet dimana di dompet aku itu banyak surat-surat penting sampai aku bertemu kembali dengan dia. Semuanya masih sangat terekam jelas diingatanku." Aku kembali menyusuri kota ini yang penuh dengan kenangan.
Begitu indah ciptaan mu ya allah..tiba-tiba aku melihat seseorang yang saat ini aku rindu kan..yah feri tapi siapa perempuan bersama nya itu..

"Aku kangen banget sama kamu fer.." kata perempuan tersebut. Aku semakin penasaran siapa dia. Aku pun mencoba berani mendekat ke arah mereka dan betapa kaget nya aku saat mendengar perkataan dia.

"Aku juga merindukan mu sayang. Aku berusaha untuk segera kembali kesini dan menemui mu, karena aku ingin melamar mu." Air mata ku mengalir seiring dengan perkataan nya.

"Makasih fer atas harapan, penantian dan luka yang kau berikan. Aku gak menyangka kamu gini..aku tunggu kamu disini fer, tapi kamu...terimakasih fer.." aku berlari tak peduli dengan panggilan dari feri. Cukup ya allah..cukup rasa sakit ini kenapa harus aku menerima lagi luka yang teramat dalam.

Biarkan Waktu MenjawabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang