genggaman pertama

48 14 0
                                    

Hari kedua,

Pagi ini aku harus lebih terlihat rapi, manis dikit and aku mulai menata rambut, gaya kepangan rambut yang sudah lama aku tinggalkan. Karna Taufah kemaren bilang dia mengingatku dari rambutku. Aku ingin jadi pusat perhatiannya.

Setelah siap aku berjalan perlahan kesekolah, dengan riang seakan ada irama musik yang mengiringi langkahku. Aku sangat percaya diri menuju sekolah.

Namun saat tiba dipagar dan melihat Taufah sedang bersandar ditembok kelas. Aku langsung salah tingkah dan tertunduk bingung. Rasanya aku mau melepas rambut ini, aku gak mau dia geer atau ngeledek aku. Tapi sudah tidak ada waktu untuk merapikan rambut. Berjalan kekamar mandi pun sama saja akan terlihat oleh Taufah.

Aku mengenakan jaketku dan menutup kepalaku agar tidak dilihatnya. Aku berjalan menunduk hingga kekelas. Entah Taufah memperhatikan yang jelas aku sudah selamat. Aku duduk dan langsung mencari sisir untuk membuka kepangan rambutku. Namun ternyata Taufah masuk kekelas dan lewat disampingku.

"udah cantik kok.."
Dengan nada guyonan, dia berlalu kekursinya.

Aku yang merasa dipergoki tak sanggup menahan malu dan hanya bisa menoleh kebelakang dan memonyongkan mulutku padanya. Dalam hati aku terus tertawa, pelajaran pun terasa lucu. Bahkan melihat muka temen-temen pun terasa bahagia.

Jam pelajaran pertama sudah selesai.

Kami akan melanjutkan kepelajaran olah raga. Kami keluar kelas untuk berganti pakaian olahraga ditoilet.

Satu persatu murid selesai mengganti pakaian dan berkumpul dilapangan. Kami melakukan peregangan sebelum melakukan olahraga berat. Setelah itu guru olahraga kami menyuruh kami membentuk lingkaran besar dan saling berpegangan. Serentak semua mencari posisi aman. Dan tinggallah aku disamping Taufah berdiri. Dasar..!!! Semua kompak menjebakku. Ya..jebakan yang manis. Oh..teman-temanku kalian mang paling tau maunya aku..hehehe..

Aku kikuk bukan main, bagaimana..? Masa iya aku duluan yang raih tangannya. Temen yang lain melihat nampak bersiul menggoda. Lalu Taufah menyodorkan tangan kirinya. Dan aku dengan sedikit perlahan namun pasti menyambut dengan tangan kananku. Gak bisa aku nyembunyiin mukaku yang memerah karna malu. Aku melirik Ernita dan membelalakkan mata. Pasti dia yang cerita keanak-anak tentang perasaan aku. Namun Ernita hanya tersenyum sambil mengangkat alisnya.

Kami melakukan olahraga memindahkan Hulahop secara estapet sampai semua terlewati. Dan genggaman kami ini terasa hangat dan kokoh. Tangannya mantap menggenggam tanganku. Andai ini takkan berakhir.

Setelah selesai sampai semua murid terlewati, kami disuruh mengulang lagi sampai 3 kali putaran. Lalu kami berlari ringan mengelilingi lapangan untuk lebih sehat.

Lelah terasa saat selesai berolah raga, semua duduk dibawah pohon dan menunggu semua yang berlari berkumpul. Karna guru olahraga kami memberitahukan untuk mengadakan lomba membuat senam antar kelas. Senam mana yang bagus akan dipakai untuk senam setiap sabtu paginya. Senam ini khusus dilombakan untuk kelas 3 saja.

Lalu semua berdiskusi, terpilihlah latihan setiap selasa dan rabu karna hari yang lain akan ada les dan lain-lainnya. Lalu untuk latihan dimana, kami mulai bingung. Karna tidak semua murid mempunyai area rumah yang luas dan lapang. Akhirnya Dian bersedia rumahnya dipakai untuk latihan. Karna hari ini selasa kami belum siap karna dadakan, kami kompak akan memulai besok selepas pulang sekolah.

Aku tidak sabar menunggu hari esok, karna artinya akan lebih banyak waktu bertemu Taufah.

Me & Twin boys Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang