acara perpisahan

11 5 0
                                    

Minggu tiba,

Sebenarnya acara perpisahan itu bakal diadain jam 8 malam. Tapi dari jam 5 sore aku sudah mandi dan mempersiapkan semua. Mulai bergaya didepan kaca. Coba gaya rambut ini, gaya rambut itu. Pake bedak make up kayak artis-artis. Tapi makin dilihat makin gak pede dan keliatannya malah menor. Berkali-kali aku oleskan eyeshadow tapi aku hapus lagi. Aku coba pakai maskara malah brantakan. Yang berhasil hanya lipgloss.

Akhirnya aku nyerah mencoba tampil beda, karna itu semua bukan aku banget. Aku masuk lagi kekamar mandi. Ibuku yang melihat hanya bisa geleng-geleng kepala. Aku mau ambil ilham dulu dan kembali menyegarkan diri. Biar aku gak keliatan kusut penuh keringat karna sibuk ngurus tata rias.

Setelah lebih tenang, aku kembali mempersiapkan diri kembali. Aku memakai baju dan aku memberi syal dileher. Aku memakai handbody dan farfum agar segar. Wajahku yang masih basah karna air, kuusap dengan bedak padat. Aku memberi sedikit maskara dan eyeshadow dimataku. Sedikit lipgloss saja sudah cukup. Karena aku tau Taufah melihatku dari apa adanya aku, bukan dari semua yang aku kenakan.

Dengan diantar Ayah, aku membawa izin untuk pergi malam ini. Ya dengan syarat jam 11 sudah dirumah kalau tidak akan dijemput paksa. Penuh wajah berseri aku keluar dari taxi ayahku. Disana sudah ramai yang datang. Kami memang membuat ini untuk teman sekelas aja. Tapi kelas sebelah mau datang juga lebih bagus.

Aku disambut Dian yang punya rumah, pas banget karna aku gak sanggup langkahin kaki buat masuk duluan. Mataku mencari dimana Taufah, tapi sepertinya belum datang. Aku pun malu untuk bertanya. Dian menggiringku buat masuk kedalam rumahnya. Biar bantu siapin cemilan dan minuman. Pasrah aja dehhh..tohh biar ada yang dikerjain, dari pada nunggu kayak orang longor.

Sambil potong buah dan bagi-bagi cemilan dimangkuk. Ernita datang juga. Liatlah penampilan dia, wahhhh..banget. Gaun putih, rambut dilepas. Make upnya natural. Ernita beda banget, mungkin dia ke salon...?

"cantiknya kamu Er... kesalon ya..?"

"gaklah...!!!aku liat tutorial di youtube"

"eleh...sok iya..ehh...Taufah dah datang belum..?"

"belum, Eko juga belum, katanya pada nyari gitar buat musik nanti"

"Taufah mau main gitar..?"

Ernita:"sssttt...diam-diam aja ini Eko yang bilang"

"ok dehh, ya udah nunggu diluar yuk"
Kami keluar kelapangan depan rumah Dian.

Musik dari speaker aktif dihidupkan. Acaranya sangat sederhana, makannya juga sederhana. Kami membuatnya ini dadakan dengan biaya dari sisa kas kelas dan iuran. Ini aja udah wah banget. Super dehhh buat Dian yang ambil tanggung jawab ini.

Sambil denger-denger lagu, Santi naik buka acara. Mulailah kami dipersilahkan buat nyumbang lagu karokean, atau apa pun keahlian yang mau ditampilkan. Ade sebagai ketua kelas wajib naik duluan. Semua tepuk tangan pengen tau apa yang mau dia tampilkan. Lalu pikirku, habis Ade wakil ketua donk yang artinya Taufah....!!! Tapi Taufah belum keliatan juga.

Ade membuka suara dengan lagu karoke malaysia. Gak cuma satu, nih anak rakus juga sampe dua lagu dibawain. Tapi gak apa-apa biar pas giliranku ntar waktunya habis.

Ade akhirnya turun, betul juga Taufah dipanggil buat naik. Aku melihat kesana kemari memang kayaknya dia telat. Jangan sampai ada masalah dijalan.

Kenapa dia telat, aku memutar ujung syalku kejari menahan cemas. Aku ingin sekali malam ini bersama Taufah. Aku ingin sekali melihat Taufah tampil. Tau-tau Taufah berdiri disampingku ngagetin.

"nyari siapa neng..?"

"Taufah...!!! Ngagetin aja, kenapa telat kamu udah ditunggu-tunggu dari tadi. Kamu katanya nyari gitar...."

Uppss..pipiku dicubit Taufah. Aku gak sempat lanjutin pertanyaanku.

"cerewet, yang penting aku udah datang. Yaudah aku naik dulu ya"

Taufah naik dengan Taufik dan Eko. Mereka bertiga membawa gitar masing-masing. Semua bersorak menanti penampilan apa yang akan mereka suguhkan.

Gitar mulai dipetik, perlahan nadanya bisa ditebak. Lagu "sempurna" dari "Andra and the backbone". Mereka pemain gitar dan mereka bertiga juga penyanyinya. Suara riuh pun makin menjadi-jadi bak nonton konser Peterpan aja. Aku makin meleleh kayak lilin liat Taufah bermain gitar, karna sebelumnya aku gak pernah tau dia jago gitar.

Ternyata masih banyak hal tentang Taufah yang belum aku tau. Mungkin banyak juga tentang aku yang dia tidak tau.

Nyanyian ini seperti membawaku didekatnya. Andai lagu itu khusus buatku.

Setelah Taufah selesai, acara lanjut dengan koordinasi yang telah ditentukan. Keseruan masih berlanjut. Gitar tadi berpindah tangan keteman-teman yang lain yang juga mau memainkannya.

Taufah berjalan menghampiriku. Sambil membawa dua gelas air minum. Dengan tangan kanannya dia menyodorkan tanpa ada bicara. Aku tau dia pasti juga sangat deg degan saat ini.

"aku gak tau lohh, kamu bisa main gitar. Tapi tadi bagus banget, kalian keren...!!!"

"itu ide Eko, tapi bagus juga udah lama gak main gitar soalnya belajar mulu"

Kami pun terus menyaksikan satu persatu penampilan teman -teman yang lain. Ada yang gak mau naik, ada yang gak datang. Tapi ada juga yang ketagihan gak turun-turun. Sampailah namaku yang terakhir. Karna memang berdasarkan absensi aku anak baru diurutan terakhir.

Meski terus ditanya mau nampilin apa. Aku tetep merahasiakan dari Taufah dan Ernita. Aku pergi sambil menatap Taufah agar dia tau ini untuk dia. Sampai dipanggung sederhana kami, aku semakin grogi. Aku memulai membuka suara, aku akan membacakan puisi.

Me & Twin boys Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang