Kecelakaan

17 5 0
                                    

21 July,

Tanggal bersejarah yang akan aku ingat sampai kapan pun. Dimana dua hati kini menjadi satu. Taufah dan aku menjadi satu, selamanya...

Aku tau, malam ini aku gak akan bisa tidur saking senengnya. Dan kalo tidur pasti hanya akan ada Taufah dimimpiku nanti. Aku mengganti pakaianku dan memajangnya, aku menuliskan tanggal, dan hari ini dengan spidol. Dimana dengan baju ini, dan ditanggal ini aku dan Taufah memiliki status.

Aku memejamkan mata, tapi yang terlintas senyum Taufah. Aku membuka mata dan menutup telinga, tapi kata-kata Taufah yang malah terus terdengar. Aku membolak balik badanku ditempat tidur. Tanpa terasa sudah jam 1 malam.

Tiba-tiba telpon rumah terus berbunyi, aku heran siapa yang menelpon semalam ini. Tapi untungnya aku belum tidur, jadi bisa menjawabnya.

"halo...siapa ini...

"Ernita...Nu..."

oh..Ernita"

"Nuala...Taufah...!!!"

"iya..dia tadi ngantarin aku pulang dan dia nembak aku...tau gak dia nembak aku..aku seneng banget Er...!!!"

"iya Nuala...tapi.. Taufah..dia..dia.."

Ernita terus mengulang kata yang sama. Dengan suara berat seperti menahan tangis.

"Nu...Taufah..dia kecelakaan..!!!!!!"

"apa..!!??? Gak mungkin tadi dia nganterin aku, trus dia pulang"

"iya, dia kecelakaan saat menuju rumahnya. Sekarang dia dirumah sakit. Aku, Eko, dan anak-anak mau kesana. Kita ketemu dirumah sakit ya.."

Aku langsung syok dan melepas telpon dari tanganku. Aku berlari kekamar Ayah dan Ibu. Dengan sekuat tenaga aku menggedor, untuk membangunkan Ayah.

"Ayah....bangun...!!!"

"ada apa..??"
Sambil membuka pintu.

"Taufah Yah...Taufah tadi habis ngantar Nuala, terus dijalan mau pulang dia jatoh dari motor..."

"iya..ya.. udah sana ganti baju kita pergi.."

Aku bergegas kekamar, semua isi rumah terbangun mendengarku. Aku gak bisa jelasin, Ayahlah yang jelasin ke Ibu, Tante-Tanteku dan Adikku. Lalu kami berangkat naik Taxi Ayah menuju Rumah Sakit.

Ayah memacu mobilnya dengan kencang, untungnya jalanan sepi karna sudah malam. Aku terus menelpon Ernita menanyakan dimana Taufah dirawat dan bagaimana keadaan Taufah.

Sampailah kami di Rumah Sakit dekat rumah Taufah. Sudah banyak yang menunggu diluar, karna tidak bisa masuk kedalam. Sebagian masih memakai baju perpisahan tadi. Semua mata melihatku.

Johan datang menepuk bahuku, tanda dia memberi support padaku. Ernita menangis terus disamping Eko. Aku berusaha masuk tapi tidak bisa, karna sudah tidak menerima jam besuk.

10 menit sudah aku menunggu bagaimana Taufah didalam, kemudian Ibunya dan Taufik keluar. Wajah Ibunya yang lelah, dan Taufik yang nampak sangat terpukul. Mereka keluar karna hanya boleh satu orang dalam ruangan, dimana Ayah Taufah yang didalam.

"Taufik, gimana Taufah...??"
Aku menghampiri Taufik yang bersandar lemas didinding.

"dia masih di ICU, belum bisa dipindahkan.."

"bagaimana kejadiannya..?. Dimana dia jatoh.."

"Taufah dalam perjalanan menuju rumah. Kata saksi disana ada yang bawa mobil ugal-ugalan. Taufah ditabrak dari belakang, parahnya lagi didepan ada tembok pembatas jalan dan dia nabrak itu. Kepalanya terbentur keras, dan dia gak pakai helm...."

Taufik menangis seperti anak-anak. Aku tau Taufah adalah kembarannya, dimana dia gak pernah berpisah sehari pun dengan Taufah. Dan helm itu... ada padaku...ya.. aku ingat..!!!

"semua salahku, dia ngantarin aku. Dan helmnya aku yang pakai, pas dia pulang dia ninggalin dirumah, dia gak pakai helm karna aku...!!!??"

Aku menangis sejadi-jadinya, sebab karna aku semua ini. Andai Taufah gak ngantarin aku, dia gak harus lepas helmnya. Dan kalo dia pakai helm dia gak akan separah ini jatuhnya. Tapi Ibunya Taufah dengan lapang dada menerima keadaan anaknya. Beliau memelukku, dan menyuruhku pulang.

"pulang aja nak, malam ini kita gak bisa liat dia. Jadi percuma kamu disini, lebih baik kamu pulang istirahat. Besok baru kesini lagi"

"Tapi Buk, saya mau liat Taufah dulu sebentar aja..."

"jangankan kamu, kami aja disuruh keluar sama susternya. Suruh juga teman-teman kamu yang lain pulang, kasian pada capekkan habis perpisahan"

Ayah pun membujukku agar pulang. Anak-anak yang lain juga mengikuti untuk pulang dulu, dan berjanji akan kembali besok. Aku pamit dengan Ibu Taufah dan Taufik, aku tau dibanding aku merekalah yang paling menderita saat ini.

Me & Twin boys Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang