Kata yang ditunggu

14 5 0
                                    


Ketika langkahku berirama
Semua karnamu...
Senyuman yang selalu ada
Semua karnamu..
Jejak yang dibelakangmu
Kupacu mengikutinya
Kini kau pengalih perhatianku
Secarik kenangan dulu kubawa kemana saja
Sampai membawaku kembali mengelana dihatimu...
Bersikap semaunya
Melihat seperlunya
Berkata seadanya
Aku hafal tabiat itu..
Tapi aku masih mau kamu..
Aku kembali untuk meneruskan pandanganku
Aku kembali untuk menyambung ceritaku
Aku kembali untuk mencintaimu
Jika sama mengapa tak satu
Jika satu mengapa tak bersama

Aku membacakan puisi singkatku didepan teman-teman, dan aku harap semua terhibur. Terlebih lagi Taufah, aku berharap semua sampai padanya. Taufah bertepuk tangan tanda dia menikmati puisiku. Aku sangat senang, seolah semua sesak dihatiku berkurang.

Acara hari ini sukses berat, semua nampak senang dan gak ada yang bete-betean. Terlebih lagi aku, tapi waktu sudah jam 10 artinya sebentar lagi aku harus pulang. Lalu bagaimana ini...!!?? Kapan Taufah bakal bilang perasaannya. Karna tadinya aku fikir dia bakal nembak depan semua orang. Tapi sepertinya enggak, karna sebagian sudah dibereskan. Dan sebagian sudah pulang.

Jadi mau gak mau aku harus pasrah, ambil langkah buat pulang duluan. Aku pamit dengan yang lain, terutama sama Dian dan keluarganya.

Aku mau pamit dengan Ernita dan Eko, rupanya Ernita udah pulang duluan. Gak sempat pamit karna ada urusan mendadak. Lalu disana aku pamit juga dengan Taufik dan Taufah.

"aku pamit ya, karna udah jam 10 nanti dijemput pula kan malu"

"aku antar ya..?"
Taufah langsung beranjak seketika.

"gak usah, ntar Taufik gimana pulangnya..?"

"aku pulang sama Eko aja nanti"
Taufik mengalah demi aku dan Taufah.

"nah..ayo aku antar"
Taufah terus meyakinkan aku biar pulang sama dia.
Bagus juga sihh... karna aku juga takut pulang sendiri malam-malam. Kami naik motor berdua, helmnya diberikan padaku.

"kan deket buat apa..?"

"udah gak apa-apa, gak bagus anak gadis jalan sendirian..!!!"
Sambil menarikku ke motor yang diparkirnya.

Gak tau dehhh...apa emang perhatian atau gimana. Taufah menyodorkan helm padaku dan menyuruhku memakainya, sementara dia gak. Padahal yang bawa motor dia. Taufah memacu pelan motornya, aku tau pasti modus dehh. Aku sedikit kikuk diatas motor, bagaimana ini...??? aku pegang dia ntar dia mikir apa. Gak pegang aku takut jatuh gak seimbang. Jadinya aku megang ujung jaketnya supaya dia gak mikir aneh-aneh dan aku juga bisa tenang duduk dimotor.

Sesekali Taufah liat kekaca spion, aku tau dia lirik-lirik. Aku juga ia sihh..nyuri-nyuri liat ke kaca spion. Kadang tanganku gak sengaja megang pinggangnya karna Taufah ngerem atau ada tanjakan. Aduhhh....sumpah situasi yang canggung...!!! Karna ini pertama kalinya kami dimotor berdua.

Sesampainya didepan rumah, Ayah nampak duduk menunggu diteras. Saat melihat kami datang ayah memberi kode dan dia pamit masuk kedalam. Asikk...Ayahku emang juara...!!! Akukan nepati janji karna pulang sebelum jam 11 malam.

Sebelum pamit, aku mengajak Taufah duduk dulu diteras rumah. Taufah pun mengiyakan, karna dia gak perlu jemput Taufik jadi gak apa-apa donk dia lamaan dikit dirumahku.

"aku ambil minum ya...?"

"gak usah udah kebanyakan minum sirup tadi, sini duduk dulu aku mau ngomong"

"ngomong apa..?"

"aku butuh keberanian buat bilangnya, dari tadi aku nunggu-nunggu waktu yang tepat tapi belum ada. Aku tau kamu sudah tau apa yang aku rasa kekamu, aku pun tau kamu ada rasa ke aku. Tapi....aku mau ngomong langsung"

"Trus.."

"kamu...mau jadi pacarku..? Aku tau kita setahun ini gak begitu dekat, tapi ada sesuatu antara kita yang bikin kita saling memahami tanpa bicara. Dan saling mengerti tanpa selalu bertemu. Apa kamu ngerasain yang sama denganku..?"

"kamu udah jadi pusat perhatianku sejak kita kelas 1, aku tau aku harus pindah. Tapi saat ada kesempatan untuk kembali, aku berusaha untuk kembali kesekolah itu demi bisa melihatmu lagi"

"Masak..? Sejak kamu datang lagi aku tau ada yang berbeda antara kamu dan cewek lain disekolah. Tapi aku takut kamu gak mandang aku, karna banyak cowok yang ada disana deketin kamu"

"aku hanya nganggap semuanya teman, kecuali Johan, dia udah kayak abang bagiku"

"iya..aku sempat mikir kesana. Sampai mereka sendiri yang datang dan yakinin aku kalo kamu sukanya sama aku. Barulah aku sedikit ada keberanian buat deket sama kamu. Tapi.. aku gak mau ganggu sekolah, makanya aku nunggu saat kita udah lulus"

"aku ngerti kok.."

"jadi..gimana, kamu mau jadi pacar aku...?"

"mmm...iya aku mau...!!!!!"
Aku menutup wajahku yang memerah dengan kedua tanganku.

Taufah langsung berdiri mengepalkan kedua tangannya, seperti habis berhasil memenangkan perlombaan. Aku menenangkan Taufah dan menyuruhnya agar duduk dan gak berisik, karna sudah malam dan nanti didengar Ayahku. Setelah mendapat jawaban Taufah sangat seneng dengan wajahnya berseri-seri. Dan aku pun sangat bahagia karna yang slama ini aku tunggu sudah tercapai.

Hampir waktu berhenti berdetak ketika kebahagiaan ini menyentuh kami berdua. Yang ditunggu sudah datang, yang diharap sudah dikatakan. Penantian ini menjadi sangat indah.

Taufah kemudian pamit pulang, ayahku sudah tidur jadi Taufah pamit denganku aja. Dia memegang rambutku dengan lembut. Tangannya membelai kepalaku dan menenangkanku. Dia mendekat... semakin mendekat... Taufah mengecup keningku dengan sangat hangatnya. Kecupan kasih sayang yang pertama. Aku sungguh terpana dan tak bisa bertindak apa-apa. Aku hanya menunduk menahan malu didepan Taufah.

Taufah naik kemotornya, dan berbelok pulang. Tapi saat sudah mulai jauh, aku baru sadar helm tadi lupa Taufah bawa. Aku tau, helm akan jadi alasan nanti untuk dia kesini lagi.

Me & Twin boys Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang