Semester baru, kepergian Bu Endang

15 8 0
                                    

Hari ke 14,

Hari ini hari terakhir aku libur, semua persiapan menyambut semester yang baru sudah siap. Baju, sepatu dan tas cukup memakai yang lama. Tapi untuk buku aku membeli beberapa yang sudah penuh terpakai.

Aku tidur dengan harapan bisa melihat Taufah lagi. Karna aku rindu sekali dengannya. Aku berkhayal dia akan menyatakan rasa cinta itu ke aku. Sampai aku tertidur dan dihiasi mimpi-mimpi akan hari esok yang bahagia.

Senin,

Hari ini aku datang lebih cepat, karna kalian tau aku udah gak sabaran melihat Taufah. Tapi karna duluan datang aku ditunjuk jadi petugas upacara dadakan. Aku dipilih menjadi pembaca UUD 1945. Dan beberapa anak yang lain juga sedang latihan.

Upacara terlihat sedikit kacau, tapi semua memakluminya karna ini tanpa latihan. Aku yang berdiri didepan terus melihat posisi Taufah berdiri. Taufah malah berdiri dibelakang. Jadi agak sedikit susah mengamatinya.

Setelah selesai, kami masuk kekelas dengan wali kelas. Pak Eriadi membagikan daftar pelajaran. Dan kami memulangkan hasil raport ke Pak Eriadi. Kemudian Pak Eriadi keluar lagi.

Kali ini semua belum bisa belajar efektif. Semua Guru masih sibuk entah ngapain. Kami muridnya hanya dapat duduk dikelas seperti orang longor. Yang mau bising ya silahkan. Yang mau makan silahkan. Yang mau jungkir balik mungkin juga silahkan.

Kemudian puas mengeluarkan kehebohan, lalu Pak Eriadi masuk kekelas. Semua langsung diam, Pak Eriadi menyuruh kami memilih tempat duduk lagi. Aku tidak mau buang-buang masa. Aku menatap sadis Ernita agar aku duduk dengan dia. Dan Eko yang tau untungnya mau mengalah.

Aku dengan cepat menarik Ernita ketempat dudukku. Karna aku gak mau disuruh sebangku dengan Taufah. Rony yang duduk denganku juga langsung mencari partner. Aku tau dia malas duduk dengan cewek cerewet dan jutek sepertiku.

Jam 12 siang,

Kami pulang tanpa ada yang dipelajari hari ini. Aku juga pulang dengan rasa kecewa terhadap Taufah. Setelah sekian lama libur dia masih aja cuek. Seakan yang datang kerumahku kemarin adalah orang yang berbeda.

Jum'at,

Kami sudah mulai belajar, dan hari ini sudah banyak tugas yang menumpuk. Aku datang kesekolah dengan cepat agar dapat sedikit mencontek hasil tugas. Tapi saat baru dipagar aku melihat kedalam sudah ramai oleh orang. Apa yang terjadi..? Karna ini bukan siswa disekolah ini. Mereka pun sudah tua-tua..?. Apa orang tua murid berdemo..?

Aku masuk dan mencari tau apa yang terjadi. Aku terus masuk kewilayah sekolah, sampai kerumah dinas Bu Endang. Bu Endang wali kelasku saat kelas 1 dulu. Yang rambutnya panjang. Aku berjalan semakin dekat. Sampai seorang Ibu-Ibu melarangku mendekat.

"dek...jangan disini"

"ada apa Buk, apa yang terjadi..?"
Aku masih terus berusaha melihat kedalm rumah dinas Bu Endang.

"Bu Endang meninggal"

Aku kaget bukan main, "innalillahi wainna illahirojiun". Apa benar..? Bu Endang kan masih muda, apa yang terjadi..? Karna Ibu itu terlihat sehat. Aku bingung gak percaya, tapi inilah yang terjadi. Aku gak bisa mendekat lagi karna orang yang datang kerumah Bu Endang sangat ramai. Aku pun mundur ke arah kelas. Hingga satu persatu murid berdatangan dan terus bertanya padaku.

Kemudian kepala sekolah datang dan memberi pengumuman bahwa hari ini sekolah diliburkan. Kami pun disuruh keluar pagar agar tidak membuat bingung dan kekacauan. Disana kami melihat saja apa yang terjadi. Sampai ambulance membawa Bu Endang ke pemakaman.

Aku mendengar Bu Endang meninggal karna pendarahan hebat. Karna dia sedang hamil. Sayangnya terlambat ditangani dan merenggut nyawanya. Aku tidak bisa ikut pergi mengantarkannya, aku hanya bisa mendoakannya dirumah saja.

Besoknya,

Kami berkumpul dilapangan dan membacakan yasin untuk almarhumah Bu Endang. Guru yang lembut. Yang banyak mengajariku dan membimbingku menjadi manusia yang lebih baik lagi. Guru yang aku ingat rambut kepangnya. Yang menjadi inspirasiku dulu mengepang rambut juga. Karena ingin sepertinya aku enggan memangkas rambutku. Dan kini semua hanya menjadi sebuah kenangan.

Selamat jalan Bu Endang 2002.

Me & Twin boys Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang