Berusaha Lebih Yakin

22K 2.3K 112
                                    

Aku sadar bahwa berani memulai berarti aku punya tanggung jawab untuk menyelesaikannya, bukan malah mengakhirinya.

~Dara~




***

Tidak salah lagi, pasti Aldi dengan Risty memang saling mengenal, entah apa hubungan antara mereka berdua yang pasti ini membuatku terkejut sekaligus penasaran. Aku bahkan tidak fokus pada acara yang sudah dimulai. Tak kupedulikan pembawa acara yang sejak tadi berbicara di atas pentas.

"Dara," panggil seorang lelaki, dari suaranya dia bukan Rian, bukan juga Aldi. Ini lebih tepatnya suara Bang Zali. Sontak aku menoleh, benar saja, Rizal tersenyum dengan memperliharkan lesung pipitnya. Wajahnya terlihat lebih segar, tampaknya ia sangat bersemangat. Tapi, untuk apa dia datang ke acara ini?

"Rizal, kenapa ada di sini?" tanyaku.

"Ini weekend, aku nggak mungkin ke kantor, kan?"

"Maksudku, kok datang ke acara ini?"

"Aku cuma mau mastiin laki-laki yang katanya bakal dampingi kamu hadir atau nggak. Kasihan kan Elsa kalau laki-laki itu nggak hadir. Aku rela gantiin kalau dia beneran nggak hadir," jelas Rizal.

Sesekali kuperhatikan Elsa yang duduk berdampingan dengan Kinara. Aku khawatir ia mengetahui kehadiran Rizal, aku rasa putriku benar-benar tak menyukainya. Syukurnya fokus Elsa tertuju ke atas panggung. Ya, acara memang sudah di mulai meski aku tak bisa fokus sejak tadi.

"Laki-laki itu nggak dateng, ya?" tanya Rizal lagi sambil mencari-cari seseorang.

"Maaf ya, Rizal. Bukannya aku nggak mau didampingi, tapi Aldi hadir kok," jawabku dengan merasa bersalah.

Faktanya memang aku merasa tak enak, Rizal ternyata tulus juga, ia bahkan rela datang ke sini hanya untuk memastikan Elsa tidak kecewa. Rizal memang baik dan perhatian hanya saja aku sudah memutuskan memilih Aldi. Aku tak boleh memberi harapan padanya. Aku tak mau mempermainkan perasaan Rizal maupun Aldi. Jadi, sebaiknya aku tegas. Cukup Aldi yang kuberi harapan, untuk Rizal biarkan kami berteman biasa saja.

"Oh, hadir. Sekarang di mana dia?"

Dari pertanyaannya, tampak jelas kalau Rizal menyembunyikan kekecewaannya. Ya, aku tahu dia kecewa tapi mau bagaimana lagi. Aku bukan wanita serakah yang mau memberi harapan pada dua lelaki sekaligus.

"Dia di mana, Dara?" tanyanya lagi.

Ya Tuhan, kenapa aku malah melamun?

"Eh? Maaf..," ujarku. "Aldi sedang ke... dia ke toilet," jawabku bohong. Kenyatannya Aldi sedang berbicara hal rahasia dengan Risty.

Dari mana aku tahu kalau yang dibicarakan adalah hal rahasia? Tentu saja mereka tak mungkin membicarakan hanya berdua saja kalau bukan rahasia. Aku juga yakin kalau yang dibahas adalah hal yang penting. Sayangnya aku tak bisa menebak apa yang mereka bicarakan.

"Ya udah syukur kalau laki-laki itu datang. Aku permisi, ya?" ucap Rizal. Meskipun ia tersenyum, aku yakin jauh di dalam hatinya merasa kecewa.

"Makasih ya, dan juga sekali lagi aku minta maaf," jawabku. Rizal kemudian berbalik badan dan melangkah meninggalkanku.

Maafkan aku, Rizal.. Aku tak bermaksud melukai perasaanmu dengan menolak kebaikan yang kamu tawarkan. Tentu saja aku tak bisa memberi harapan pada dua lelaki sekaligus. Maaf..

Melihat kepergiaannya, aku ikut sedih sekaligus merasa bersalah. Rizal sudah benar-benar menghilang dari pandanganku. Pikiranku jadi campur aduk, terlebih memikirkan Aldi dan Risty yang tak kunjung kembali. Apa yang mereka bicarakan sehingga lama sekali?

Dara : Menemukan Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang