Dehita

19.1K 2.2K 174
                                    

Aku penasaran apa yang akan Dehita katakan padaku, hanya ada dua kemungkinan yang pasti terjadi yaitu Dehita berbicara padaku sambil marah, atau ia berbicara dengan ramah. Aku belum tahu yang mana, tapi aku berusaha untuk tetap tenang. Tentang Aldi, bukankah aku tidak meminta ia mendekatiku? Aldi sendiri yang mengajukan sebuah komitmen keseriusan denganku.
Setelah Mirna pamit pergi, aku bersiap untuk berdiri, tak ada pilihan lain selain menemui dan menghadapinya.

“Selamat siang, aku Dehita,” ucap seorang wanita, tangannya juga terulur untuk menjabat tanganku. Refleks aku menatapnya, beberapa saat kemudian aku membalas jabatan tangannya.

“Bolehkah aku duduk? Sepertinya lebih baik berbicara di sini dari pada di ruangan, sebelumnya maaf sudah mengganggu makan siangmu,” ucap wanita itu sangat ramah, ia saat ini sudah mengambil posisi duduk di hadapanku, duduk di tempat yang biasa Rizal gunakan saat makan siang denganku.

“Kamu Dara, kan?” tanya wanita itu lagi. Aku mengangguk.

“Maaf tadi aku ngikutin perempuan tadi, aku pikir lebih santai ngobrol di sini dari pada di ruangan kamu,” lanjutnya.

“Ada apa, ya?” tanyaku. Mungkin ini pertanyaan retorik, sudah pasti Dehita akan membahas Aldi.

“Langsung saja pada pembahasan, ya, sepertinya kamu akan makan siang jadi sebaiknya aku nggak perlu banyak basa-basi. Tentunya kamu pasti tahu kan siapa aku? Atau Mas Aldi belum pernah cerita?” tanya wanita itu.

“Aldi udah pernah cerita kok,” jawabku santai.

“Apa yang dia ceritakan?”

“Nggak terlalu banyak, hanya sekadar tahu kalau Mbak Dehita adalah mantan istrinya,” jawabku. Jujur aku degdegan, tapi tetap harus tenang. Aku harus mampu, lagi pula aku tidak salah.

“Kamu mencintainya, Dara?”

Ya Tuhan, aku tak bisa menjawab pertanyaan ini. Bahkan aku sendiri belum tahu bagaimana perasaanku terhadapnya.

“Aku rasa pertanyaan Mbak Dehita terlalu pribadi, aku nggak bisa...”

“Oke,” potongnya sambil menganggukan kepala tanda mengerti. “Nggak perlu dijelaskan bagaimana perasaan kamu. Maaf kalau pertanyaanku barusan dirasa kurang berkenan. Hm, aku ganti pertanyaannya, apa aku boleh tahu kalian sudah kenal berapa lama?”

“Kurang lebih satu bulan, Mbak.”

“Sebelumnya maaf banget, kamu jangan berpikir macam-macam dulu tentang aku, tujuan aku ke sini cuma mau mengajak kamu bernegosiasi.”

Aku tak mengerti dengan maksud dari kata bernegosiasi. Aku berkata, “memangnya kenapa? Apa bisa diperjelas?” tanyaku sopan. Aku tak mau membuatnya tersinggung dengan setiap kata-kataku karena dia pun sama, menjaga ucapannya agar aku tidak tersinggung olehnya.

“Aku mantan istrinya, hanya saja ada yang perlu kamu ketahui, pernikahan kami dianugerahi satu orang anak, usianya sudah lima tahun. Sudah bukan rahasia umum lagi kalau perceraian akan sangat berpengaruh pada psikologis anak. Dan apa kamu tega melihat putri kami merasa sedih terlebih kalau tahu ayahnya akan menikah lagi?”

Ya Tuhan, aku bahkan belum menikah dengan Aldi. Kenapa ia bertanya seperti itu. Kalaupun mencari siapa yang salah, mereka berdua lah yang salah sehingga terjadi perceraian dan itu menjadi penyebab utama yang berpengaruh pada psikologis anak mereka. Kenapa ia malah bertanya apakah aku tega seolah-olah akulah yang bersalah dan menjadi penyebab kerusakan rumah tangganya?

“Aku nggak tahu menahu tentang perceraian kalian,” jawabku.

“Justru aku ingin memberi tahu, Dara. Dengar,” ucapnya serius. “Sebulan yang lalu kalian baru kenal, kan? Dan sebulan yang lalu pula hakim masih memberi kesempatan pada kami untuk mempertimbangkan apakah kami benar-benar ingin berpisah. Kamu tahu, Dara. Awalnya Aldi luluh, dia hampir setuju tapi pada hari sidang ia berubah, ia bersikeras tak mau kembali. Aku sebenarnya udah curiga dan aku baru tahu ternyata kamu penyebabnya. Nggak akan ada asap kalau nggak ada api, kamu apinya, Dara. Kamu apinya! Dan aku nggak pernah setuju sama perceraian ini,” ucapnya dengan pelan, namun nada bicaranya sangat membunuh. Kenapa aku yang disalahkan? Oh Tuhan..

Dara : Menemukan Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang