Catatan : Huruf yang di cetak miring yang berada di dalam tanda kutip (") adalah pengucapan bahasa inggris ya -ceritanya. haha.
***
"Lakukan saja. Aku tahu kamu bisa."
OKH-MY-GOD!! KIYAAAAAAAAAKKK!! MATT BARU SAJA BERBICARA PADAKU! Suaranya begitu berat dan seksi dan ia menatapku terus. Aku yakin ini bukan mimpi.
"Juli! Jangan kebanyakan bengong, dasar oon!"
Itu suara Steve. Ia berteriak dari sisi panggung dan di sebelahnya ada Irfan yang langsung mengangkat iPhone-nya.
Aku kembali melihat yang ada di atas panggung, apakah mereka serius? Aku ini amatir! Ok, kelihatannya mereka serius. Aku menarik nafasku dan menaruh kesepuluh jariku mengambang di atas tuts piano. "Aku siap."
Trevor langsung bicara lagi pada penonton dan suasana meriah kembali terdengar di telingaku yang sesaat tadi terasa tuli. Tapi tunggu! Aku harus memainkan lagu apa?!?!!
"..kami menyebut ini sebagai SUNRISE!"
Spontan (entah disuruh siapa) tanganku langsung menekan tuts-tuts piano begitu mendengar intruksi. Ya, lagu itu memang sudah di luar kepala tapi aku masih kaget saja kok bisa se-spontan itu. Dan aku berhasil melewati hal yang kukira sangat menyulitkan itu dengan mulus tanpa salah satu not pun. Dan Our Last Night selesai.
***
"Jadi.. namamu Juli?" Woody duduk di sebelahku dan menawariku sebuah bir kaleng yang entah itu merk apa.
"Tidak, terima kasih. Dan ya aku Juli."
"Salahkan Matt yang tiba-tiba menyuruhmu ikutan."
Aku menatap Trevor yang baru saja bicara kemudian pada Matt yang duduk di kursi lipat memangku Kiesel-nya. Ia hanya mengangkat bahu dan melebarkan matanya. Lucu sekali.
"Tapi permainanmu sungguh bagus. Minggu lalu kami menonton lagi beberapa video-mu, dan kamu memainkan intro sweet child o'mine dengan kostum Stitch." Lanjut Trevor kemudian tertawa dan diikuti yang lain. Mataku masih menatap Matt dengan malu-malu. Cowok itu ganteng sekali bahkan terlihat sangat kalem saat tertawa.
"bey..pa.. mu.. mu.. itu?"
"Apa?"
Tim mengulangi pertanyaanya, "Berapa umurmu saat itu?"
"Oh. Uhm, enam tahun? -sepertinya. Aku lupa karena saat itu aku hanya mengikuti Ayahku."
"Ayah yang sangat hebat!"
Aku melihat Cola di dekat meja, "Apa itu punya seseorang?"
"Soda itu? punyaku, tapi minum saja kalau mau."
Aku ingin berteriak tapi tidak bisa (entah kenapa) saat Matt menjawab spontan pertanyaan yang kulontarkan secara umum. Astaga, suaranya memang sangat seksi terlebih setelah bernyanyi suaranya menjadi sedikit lebih serak dan kalian tahu apa? Ia berkeringat dan belum di hapus. (Well, sebenarnya tenda ini penuh aroma keringat laki-laki. Aku sedikit tidak nyaman -sebetulnya.)
Aku mengambil Cola itu dengan canggung dan berdiri menghadap si Tuan Kiesel, "Hei, apakah kamu mau berfoto denganku? Satu kali saja tidak apa-apa, tapi kalau mau lebih juga boleh."
Si- Tuan Kiesel diam lima belas detik menatapku aneh. Sialan, apakah sekarang aku terlihat seperti seorang maniak?! Kemudian cowok rambut coklat tua tapi mengkilap itu tertawa. "Kenapa harus bertanya. Dengan HP ku atau HP mu?"
HP-ku? Itu dia, kemana ponselku?!
"Sepertinya hp-mu hilang. Pakai punyaku saja kalau begitu." Lalu si-Tuan Kiesel Matt yang tampan dengan keringat seksi itu berdiri dan mengarahkan kamera depan iPhone-nya sejajar denganku. Dia tinggi dan aku hanya sepundaknya. "Bersiap."
CKLIK!
Aku yakin itu hasilnya pasti jelek. Tolong hapus!
Matt memendam tawa saat melihat hasilnya,"Bayi Stitch yang malang."
Sialan, rupanya ia mengesalkan juga seperti Steve.
Matt lalu mengedarkan foto itu ke teman-temannya dan menjadikan itu sebuah guyonan. Asli, mereka kekanak-kan sekali.
"Jadi.. Jullie?" Namaku jadi terdengar kebarat-barat-an saat dilafalkan oleh Matt.
"Waktunya untuk pulang."
Ukh! Si bapak-bapak gondrong satu itu selalu memotong perkataan Matt-ku. Dan mereka semua bergerak dan ini dan itu hingga berujung pada aku kembali ke VW Combi kami dan dalam perjalanan pulang.
"Kenapa muka lu jorok gitu?"
Crewet Steve! Irfan dan Yuke langsung tertawa dan aku diam saja karena merasa sangat bodoh. Foto itu! Fotoku bersama Matt ada di ponsel Matt dan bagaimana cara aku memintanya?!! Hzzz!
***
Pagi ini cukup buruk karena setelah hari konser itu, aku terus memikirkan bagaimana cara agar bisa bertemu kembali dengan Matt. Aku tidak terlalu mengetahui jadwalnya selama di Indonesia, mungkin ia akan berkeliling lalu pulang tapi sekali lagi.. BAGAIMANA AKU BISA BERTEMU LAGI DENGANNYA! atau setidaknya BAGAIMANA AKU BISA MENDAPATKAN FOTO ITU!
KLING!
Satu pemberitahuan masuk.
Aku memuncratkan air putih dari dalam mulutku dan tersedak hingga keluar air mata dan air hidung (ingus, ups!). Sial, mengejutkan sekali! Matt Wentworth menandaiku di sebuah tautan akun instagramnya dan tautan itu berisi fotoku yang berekspresi sangat jelek! (foto yang diambil sehabis konser).
'Aku tidak tahu kenapa, dia sangat berbakat tapi begitu pemalu' -> caption Matt!
Apa-apaan! Antara perasaan senang dan malu bercampur aduk. Lalu satu pesan langsung yang di kirim dari user bernama @mattyry masuk ke inbox-ku.. dan ini-lah awal dari pengalaman termengesankan-ku sepanjang aku hidup di dunia ini.
Dalam sekejap duniaku pun berguncang!
***
Hi, just info yah ini link salah satu lagu dari album terbaru Our Last Night 'Selective Hearing' -> https://www.youtube.com/watch?v=cjgZ0dBJwTY
Thx for reading :)
YOU ARE READING
Falling Away
Fanfiction[SELESAI] Aku Juliana dan dia Matt Wentworth. Aku musisi lokal tidak terkenal dan dia adalah anggota band indie aliran alternative-postcore asal Callifornia yang di kenal oleh seluruh penjuru dunia!