Bab 10 - Reality Without You

11 2 0
                                    

Catatan : Huruf yang di cetak miring yang berada di dalam tanda kutip (") adalah pengucapan bahasa inggris ya -ceritanya. haha. Kalau huruf dengan format bold dan italic artinya pengucapannya nyanyi ya -ceritanya juga sih. Hehe, thanx!

***


Jadi.. di sinilah aku. Duduk berdua berhadapan dengan idola-ku dan siap untuk mengutarakan apa keputusanku.

"Jawabannya 'aku gak mau'."

Matt terperanjat di kursinya dengan mata melotot, "APA?! KAMU SERIUS??! AKU SUDAH MENUNGGU DUA HARI DAN JAWABANNYA.. 'TIDAK' ?!!"

"Maaf untuk kekecewaan ini. Tapi aku gak bisa. Aku sudah fikirin ini matang-matang."

Nafasnya memburu karena amarah, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. "Apa kamu gak ingin hidup bersamaku?"

"Cuma orang gila yang gak mau, tapi ini persoalan yang berbeda. Aku gak bisa ninggalin bandku. Gimana pun juga.. mimpi menjadi bintang -itu mimpi kami bukan mimpi aku sendiri."

"Kan sudah kubilang kalau semua bisa terjadi kalau kamu jadi terkenal dulu! Ini kesempatan langka, Jullie!"

"Aku tahu tapi aku tetap gak bisa."

"What!" Bisik Matt dalam-dalam. Ia lalu mengacak-acak rambutnya frustasi dan pergi meninggalkan ruangan. "Ini gak sesuai harapan."

"Maaf."

"BUKAN MAAF! AKU GAK BUTUH KATA MAAF! YANG AKU BUTUHIN CUMA KAMU-IKUT!!"

"Kenapa kamu jadi marah?"

"JELAS AJA! KARENA AKU MAU KAMU GABUNG!"

"Jadi ini semua seperti bisnis MLM –mencari-cari orang lalu kamu dapat bonus?"

"APA?? KAMU UDAH GILA?"

Jujur saja saat ini separuh hatiku mengatakan kalau aku memang salah dan separuh lainnya mengatakan kalau dia gak seharusnya bentak-bentakku begini.

"Jadi sekarang apa? Kamu mau pergi dari kehidupanku?"

"Menurutmu?" Matt melirikku dengan tatapan yang sebelumnya tak pernah kusangka ia memilikinya. Mengerikan. Tubuhku bahkan beku saat mendapatkannya.

"Kalau begitu terima kasih.. telah membiarkanku merasakan cintamu untuk sesaat." Ujarku gemetar dan pergi keluar pintu. Tubuhku benar-benar bergetar dan kalimat itu keluar dengan sendirinya. Aku bahkan belum paham betul arti dari kalimatku sendiri.

Namun Matt gak menyuruhku kembali, ia hanya membiarkanku pergi dan hanya melihat. Ok, kuanggap itu sebagai jawaban atas semuanya 'bahwa ia gak benar-benar menginginkan aku'.

Perasaanku kini berubah menjadi perih. Langkah demi langkah menjauh dari kebahagiaan sesaat, perlahan mendekati kesengsaraan. Tak akan lama. Tak akan lama sampai pada akhirnya aku kembali.. sekarat.

***


Hari demi hari pun terlewati. Aku masih aku yang sama dengan pekerjaanku yang sangat menyibukkanku ditambah dengan aktivitas band di akhir pekan. Aku masih di Indonesia dan masih gak terkenal. Hari itu –enam bulan lalu- aku secara resmi menolak pada sponsor yang ditawarkan padaku. Aku tahu aku sangat bodoh, tapi sekarang aku menyadari bahwa ini adalah jalanku, pilihanku. Jujur aku menyesal (karena keputusan itu merenggut dua hal berharga dalam hidupku; Matt dan sponsor) tapi aku berusaha menyikapinya dengan bijaksana toh hubunganku dengan Irfan dan Steve masih baik. Itu yang paling penting.

Falling AwayWhere stories live. Discover now