Bab 7 - Ghost In The Machine

14 2 0
                                    

Catatan : Huruf yang di cetak miring yang berada di dalam tanda kutip (") adalah pengucapan bahasa inggris ya -ceritanya. haha. Kalau huruf dengan format bold dan italic artinya pengucapannya nyanyi ya -ceritanya juga sih. Hehe, thanx!

***

"AYAAAHH?!!!"

Ayah sangat terkejut mendapatiku berada di teras bandara terminal kedatangan domestik. Dan seperti seseorang yang baru saja ketahuan mencuri, ia mendadak panik dan melihat-lihat sekeliling. Lalu dengan mindik-mindik ia berjalan kearahku.

"Kenapa kamu kesini?! Seharusnya tidak perlu jemput segala."

Hmm, mencurigakan.

"Yasudah ayo kita pulang." Ayah menggiringku ke parkiran basement bandara. Aku baru tahu kalau ia membawa mobil yang ini.

"Jadi Ayah ngapain aja di Bali?" Tanyaku saat kami melewati gerbang utama bandara Soetta.

"Secara garis besar kerjaan."

"Dan.. garis kecilnya?"

" 'Garis-kecil-nya?' "

"Well, kenapa tadi panik?"

"Kenapa kamu jadi mengintrogasi Ayah?"

Aku melipat mulutku. Pft, mungkin ia sedang Jet Lag. Namun masih ada satu pertanyaan yang sangat mengganjal (soal Matt) yang tadi belum sempat kutanyakan juga pada cowok California itu. Aku jadi semakin penasaran. Tapi wajah Ayah menjelaskan semuanya. Ia-sedang-gak-ingin-ditanyai. Ok.

Ayah melempar kunci mobil ke sofa, "Rumahnya rapih. Habis ada pesta apa sabtu kemarin?"

"Gak ada apa-apa. Lagian siapa juga yang mau datang ke pestaku. Aku kan gak populer. Temenku aja cuma dua."

Dia diam saja, sepertinya ia ingat soal aku-yang-marah karena ke-ikut sertaannya dalam bandku di festival itu.

"Aku juga baru tahu kalau ternyata Ayahku adalah seorang promotor. Sebenarnya ada berapa rahasia lagi yang ia sembunyikan." Ujarku menyindir lalu menaiki tangga.

Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang, hahh.. lelah sekali. Sepertinya ranjangku memang lebih baik dari pada yang ada di hotel (versiku). Aroma ini yang menemaniku sedari aku mulai bisa mengingat aroma hingga sekarang. Benar-benar aroma rumah, membuatku merindukan berbaring disini.

Aku melirik jam, sudah lewat jam delapan. Apakah Matt sudah sampai?

***


i'm more than just a ghost in the machine

not just a hollow vessel aimlessly sailing

it's not easy to believe what our eyes can't see

but i am more than just a ghost in the machine


Aku melempar iPod kedalam ransel secara asal. Sudah dua hari dan Matt tidak ada kabarnya. Ada apa dengan perkataan 'aku akan menghubungimu' ? Sialan!

Aku tahu kalau ini akan terjadi (ia melupakanku karena sudah menemukan yang baru) tapi perasaan di saat ini terjadi terasa begitu menjengkelkan. Bahkan ia mengajakku jadian tapi belum sempat kujawab sudah begini kelakuannya?! Oh, mungkin cowok itu sibuk tapi masa ia sibuk setiap waktu. Pasti ada waktu luang pergi ke café. Owh.. atau jangan-jangan dia pergi ke café dengan cewek harazuku yang imut dan manis lalu mereka menginap di kamarnya seperti... Ugh, menyebalkan!

"Interview di mana, Jul?" Tanya Irfan yang baru datang dengan berkeringat, tepat setelah iPhod-ku benar-benar rusak karena tidak sengaja kubanting. "Papan gue jangan digituin, bego!"

Falling AwayWhere stories live. Discover now