Bab 8 - Home

12 2 0
                                    

Catatan : Huruf yang di cetak miring yang berada di dalam tanda kutip (") adalah pengucapan bahasa inggris ya -ceritanya. haha. Kalau huruf dengan format bold dan italic artinya pengucapannya nyanyi ya -ceritanya juga sih. Hehe, thanx!

***


Aku sedang berkerja di sebuah projek ulang tahun sebuah perusahaan besar di Bandung. Projek ini memakan waktu persiapan hampir dua bulan dan akan meminjamku satu minggu untuk tinggal di Bandung. Aku tidak terlalu mengenal Bandung karena, well, aku gak hobi jalan-jalan. Malam ini adalah malam yang di gadang-gadang sebagai hari-H dan di waktu ini-lah energiku harus terkuras habis. Menjadi protocol gak selamanya sulit, gak mudah juga, intinya harus aktif dan konsisten.

Acaranya sih sebenernya gitu-gitu aja cuma panita dari perusahaan itu sendiri yang ribet dan lebay. Minta semuanya serba baru dan bagus. Di saat semua sudah siap, si panitia satu minta ini di rubah atau ditambahin, nanti ketemu panitia yang satu lagi, yang itu di ilangin aja. Gak ngerti deh sama mereka. Apa karena perusahaan itu kelebihan uang dan bingung mau dibuang kemana atau gimana.

Jam setengah empat pagi, acara benar-benar selesai dan aku sudah benar-benar kehabisan energi. Dan di saat yang sama pula aku dapat satu pesan masuk lewat Instagram kalau Matt ada di Bandara dan minta jemput. KAN KONYOL! Setelah dia menghilang beberapa bulan dan sekarang cowok itu kembali dengan membuat kerepotan!

Tapi.. cowok itu adalah Matt! Matt Wentworth yang ku tunggu-tunggu selama ini! Tanpa berfikir banyak aku langsung mengendarai sedanku dan melaju ke arah cengkareng.

"Hai, Jullie?!" Teriaknya saat berhasil menemukanku. Ia terlihat sangat tampan dan segar (terlebih efek gak ketemu berbulan-bulan). Gak sedikitpun kelihatan kalau cowok itu sedih karena lama gak ketemu. Dia lebih kelihatan seperti orang yang baru pertama kali kenalan –antusias.

"Hai. Penerbangannya mulus?"

"Tentu saja. Aku menikmati banget perjalanan ke sini. Kamu baik-baik aja, kan, selama aku pergi?"

Baik-baik aja kepalamu peyang! Aku hampir mati tahu! "Hmm."

"Apa aku membangunkanmu? Maaf karena hanya tiket pesawat ini yang tersisa."

"Gak apa."

Matt lalu diam. Ia lebih sering bicara saat tidak bersama yang lain. Kami lalu berkendara menuju... menuju mana nih?!

"Kamu tinggal dimana selama di sini?" Tanyaku lemah.

"Aku sudah pesan hotel tapi jam masuknya nanti siang. Hehehe."

Jujur, tawanya itu menggemaskan banget! Tapi sekarang aku sedang gak mood.

"Yeah.. kamu bisa istirahat di rumahku."

Aku gak bergitu tahu ekspresinya karena fokus menyetir. Sengaja aku gak memperbolehkan dia nyetir, meski ngantuk tapi akan jauh lebih bahaya kalau si cowok bule ini yang ambil alih, bisa-bisa nyasar ke negeri antah berantah atau nabrak-nabrak karena gak hapal medan (jalur dan letak roda kemudinya juga berbeda).

Entah ini jam berapa tapi matahari sudah cukup tinggi dan aku sangat lelah. Aku pasti akan langsung tertidur jika sampai di atas kasur. Dengan tergopoh aku memasuki rumah dan duduk di sofa. Mataku sudah gak kuat terbuka.

"Kemana Ayahmu?"

"Entahlah. Aku habis dari luar kota jadi gak tahu. Panggil saja sanah."

Dan tanpa kusadari, aku jatuh tertidur di atas sofa.

***


Falling AwayWhere stories live. Discover now