Sebelas

5.4K 365 42
                                    

Sudah tiga hari mata itu terpejam dan sampai sekarang belum ada tanda tanda mata itu akan terbuka. Hal itu membuat orang orang yang ada disisinya merasa bersalah, mungkin?

Devin masuk ke ruangan putih dengan alat penunjang hidup Devan sebagai hiasannya.

Devin duduk disebelah ranjang Devan. Dia melihat wajah pucat adiknya.

Masih pantaskah dia disebut seorang kakak?
Setelah apa yang dilakukannya pada Devan selama ini

Itu pertanyaan yang ada dibenak Devin. Bila ditanya seperti apa perasaannya saat melihat adiknya tidak sadarkan diri seperti saat ini.

Devin menyesal? Iya
Devin sedih? Sangat
Devin takut? Amat sangat
Devin bingung? Dia juga bingung harus bagaimana lagi caranya agar adiknya ini bangun dari tidur nyenyak nya

Devin menggengam tangan dingin milik Devan.
"Gue minta maaf dev, gue tau gue salah. Gue nyesel dev" Devin mulai terisak

"Maaf karena udah rebut Alya dari lo. Maaf karena udah ambil perhatian papa dari lo. Maaf juga udah buat papa jadi benci sama lo" satu air mata kembali turun dari mata hazel milik Devin.

"Lo boleh pukul gue, lo boleh tampar gue, lo boleh hina gue, lo boleh lakuin sesuka lo ke gue. Tapi gue mohon van, lo bangun. Buka mata lo bego" nada Devin meninggi, tapi yang diajak bicara tetap diam.

"Gue sayang sama lo Dev" lirih Devin.

Lain halnya dengan Devin yang selalu menemani Devan selama tiga hari ini. Tomi, ia justru menyibukkan diri dengan bekerja dikantornya.

Tomi pikir dengan bekerja seharian akan membuat rasa bersalah di dirinya hilang.Tetapi justru rasa bersalah itu semakin besar. Tomi teringat ucapan Gio - adik sekaligus dokter yang menangani Devan.

Flasback on

Tomi, Sinta dan Devin menunggu pintu UGD itu terbuka. Setelah hampir satu jam pintu itu terbuka dan menampilkan Gio dengan wajah merahnya menahan amarah.

Gio mendekati Tomi dan langsung memberi bogem mentah mentah untuk Tomi, hingaa dia sedikit terhuyung kebelakang.

"Lo bisa gak sih jaga anak. Kalok lo gak bisa gue pernah bilang kan sama lo, biar Devan tinggal di rumah gue" ucapan Gio penuh penekanan.

"Apa apan sih lo"

"Lo masih tanya, apa yang lo lakuin Ke Devan. Sampek dia koma"

"De devan koma" ucap Tomi tidak percaya. Sedangkan Sinta semakin histeris

"Iya. Devan koma. Puas lo, itu kan yang lo mau"

"Devan sakit apa?" tanya Tomi

"Ngapain lo tanya dia sakit apa"

"Devan sakit apa?" ulangnya

"Kalok gue kasih tau apa lo bakal berubah"

"Devan sakit apa" Suara Tomi meninggi

"Gue udah janji sama Devan buat gak ngomong ke siapapun. Biar Devan aja yang ngasih tau kalian" Gio berjalan menuju ke ruangannya

"Gue saranin ke kalian. Ubah sikap kalian sebelum semuanya terlambat" Gio melanjutkan langkahnya.

Ucapan Gio yang terakhir tadi membuat mereka terdiam. Sebelum semuanya terlambat
Kalimat itu sungguh membuat mereka merasa takut luar biasa.

Takut kehilangan orang yang mereka sayang atau takut kehilangan orang yang sudah mereka sia-siakan selama ini.

Flasback off

DEVARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang