Suasana terasa mencekam dalam mobil. Dia bahkan tak memberitahu mau kemana sekarang. Dia hanya berkata ada hal yang penting, dimana aku harus ikut serta didalamnya. Dengan tenang dan santai dia mengemudikan mobil bahkan tak merasa bersalah karena menggangu acaraku dengan Kyungsoo tadi.
LINE!!
dudu : Tidak apa, Yena-ya. Kau tidak setiap hari bisa menghabiskan waktu dengan mereka.
Aku terpaksa berbohong padanya. Mana mungkin aku mengatakn kejadian sebenarnya.
Kim Yena : Maafkan aku merepotkanmu.
Kim Yena : Maafkan aku, Do Kyungsoo.
Astaga, aku bahkan ingin menangis sekarang, aku merasa sangat bersalah padanya.
Memang benar, jika kita berbohong sekali, maka kebohongan lain akan terjadi.
Dan hal itu terjadi padaku.
Aku bahkan tak peduli dengan manusia tak waras disampingku.
LINE!!
dudu : semerasa bersalah itu kah kau padaku?kau tak perlu meminta maaf seperti itu. Toh, kau tidak berbohong.
dudu : tenanglah, aku bisa menghabiskan 3 jus ini sendiri. Kau tau sendiri daya tampungku.
Dudu calling you.
Mataku membulat,"Ya?"
"Kau tak perlu merasa tak enak. Aku tak marah kecuali kau berbohong,"
Mati aku.
Aku menggigit jempolku mengurangi rasa takutku. Pasalnya, kyungsoo akan dengan mudah menemukanku jika sedang berbohong hanya dengan mendengar suaraku.
"Maafkan aku merepotkanmu, bahkan dengan dua jus jeruk itu," aku merasa menyesal meminta dua, kenapa satu tak cukup?
"Matikan teleponmu," Baekhyun bersuara kencang dimobil.
Sontak,aku menjauhkan ponsel dari telingaku dan menutup speaker phone berpikiran agar Kyungsoo tak mendengar dengan jelas suara dari sini. Entah berpengaruh entah tidak, aku tak tau. Tak ada salahnya berusaha bukan?
"Baekhyun-ssi" aku sedikit berbisik,"sst" kupinta padanya untuk diam sebentar, lalu aku menunjuk ke ponselku yang masih tersambung dengan Kyungsoo.
"Yenaya, kau tak apa?"
Baru aku hendak menjawab, dengan sigap Baekhyun mengambil ponselku dan memutuskan sambungannya sepihak. Lalu dia tak lupa menonaktifkan ponselku dan mengantonginya. Semua dilakukannya sangat cepat.
"Apa-apaan kau ini?"
Dia menghentikan mobilnya ke pinggir jalan agar tak menggangu pengguna jalan lain,lalu menatapku marah.
"Apa?"
"Kau bahkan tak mengajakku berbicara dari tadi, dan kau malah menghubunginya?"
"Kyungsoo yang menghubungiku," aku menatapnya marah sekarang. Apa hak dia berbuat sejauh ini padaku? Bahkan dia bisa saja menghancurkan persahabatan kami.
"Aku tak peduli,"
Aku tak ada tenaga berdebat dengannya sekarang," Terserahmu saja. Sekarang, kembalikan ponselku,"
"Berjanji padaku kau tak akan pernah menyebut namanya saat bersamaku,"
"Kau kenapa sih?" suaraku meninggi," Kemarin nama lengkapmu yang tak boleh, sekarang bahkan kau melarangku menyebut namanya. Apa hakmu melarangku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aimless
FanfictionTaukah kalian rasanya bagaimana, saat khayalanmu menjadi nyata? Namun, tak seindah dan tak seburuk pemikiranmu. Bisa jadi lebih buruk dan tak indah sama sekali. . . . Selamat datang dalam duniaku, dunia Fantasiku.